Part 32

54 7 0
                                    


*****

"Eugkh!" lenguh Finza yang baru saja bangun dari tidurnya. Dirasakan tangan Arga yang melingkarkan di pinggangnya. Finza melepaskan tangan Arga dengan pelan-pelan, dan keluar dari selimut dengan perlahan-lahan. Finza tidak ingin membuat Arga terbangun karna gerakkannya. Setelah turun dari ranjang, Finza meretangkan ke dua tangannya, lalu megoyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan. Setelah merasa enakkan, Finza berjalan menuju kamar mandi.

Dilain waktu, Fendi baru saja selesai melaksanakan sholat subuh. Sedangkan Findo baru saja selesai mandi, dengan memakai handuk di pinggang. Dia berjalan menuju ruang ganti pakaian. Setelah memakai seragam sekolahnya, Findo baru melaksanakan sholat subuh.

Sementara di lantai bawah, Luna terpaksa dilarikan ke rumah sakit, karna tiba-tiba saja Luna pingsan. Rayn dan Ratu sengaja tidak membuat keributan, karna tidak ingin membuat anak-anaknya ikut khawatir.

Sementara itu, Arga baru saja selesai berkemas. Dia dan Finza akan berangkat ke sekolah mereka masing-masing.
Finza tampak begitu semangat pergi sekolah hari ini. Sifatnya tidak seperti seperti hari-hari biasa, yang selalu lesuh jika pergi sekolah. Membuat Arga sedikit bingung dengan sifat istrinya itu. Bahkan Finza juga membantu menyiapkan pakaian dan keperluan untuknya. Entah kesambet dari mana, tapi Arga senang akhirnya Finza mulai berubah dari sifat cueknya. Mereka berdua pun turun ke lantai bawah dan bertemu dengan Findo dan Fendi yang tengah sarapan.

"Kak, ibu sama ayah, mana?" tanya Finza saat tidak melihat kedua orang tuanya.

"Nenek masuk rumah sakit. Ibu dan ayah ada di sana sekarang," jawab Fendi.

"Nenek baik-baik aja, 'kan?" tanya Arga yang tampak khawatir.

"Gak tau adik ipar. Kita diminta untuk tidak terlalu khawatir," jawab Fendi.

"Aku harap nenek baik-baik aja," ujar Findo yang tampak tidak semangat.

"Aminn!" jawab mereka serentak.

*****

Saat ini tiga saudara kembar itu sudah berada di sekolah mereka. Mereka tengah mengikuti pelajaran, tapi tampaknya mereka tidak terlalu fokus belajar. Mereka hanya memikirkan tentang neneknya, yang saat ini tengah berada di rumah sakit. Hingga pelajaran pertama berakhir, dan bel tanda istirahat sudah berbunyi beberapa kali.

"Dek, ayo kita pergi kantin. Tadi pagi kamu gak banyak makan," ajak Fendi kepada Finza. "Kamu juga Findo," tambah Fendi menatap ke arah Findo, yang tengah merebahkan kepalanya di atas meja.

"Finza ... kenapa, Fendi?" tanya Enjel penasaran.

"Gak ada apa-apa kok, Enjel," jawab Fendi tersenyum.

"Syukurlah," jawab Enjel yang tampak lega.

"Ayo kita pergi ke kantin!" ajak Finza bangun dari tempat duduknya dan diikuti oleh Findo. Mereka berempat berjalan menuju kantin, dan pada saat mereka turun tangga yang kelima. Mereka kembali bertemu dengan Yulia dan mereka sempat beradu tatapan. Dan pada saat itulah kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Tanpa sepengetahuan Enjel, Yulia menyandung kaki Enjel yang membuat Enjel menarik Finza.

"Aaa ...!" teriak Enjel yang sebentar lagi akan mencium lantai. Namun, dengan sigapnya Finza menahan tubuh Enjel, dan membiarkan dirinya ditidih oleh Enjel.

"Finza!" teriak Fendi dan Findo yang lansung bergegas menghampiri Finza yang sudah tergeletak di bawah tangga.

"Finza, bangun Finza!" ucap Enjel yang panik, sambil menggoyangkan badan Finza.

Fendi langsung mengangkat kepala adiknya dan meletakkan di atas pahanya. Lalu berkata, "Finza, bangun Finza!"

"Fen, kepala, Finza!" Findo menujuk tangan Fendi yang sudah berlumuran darah.

"Tidak-tidak! Kamu tidak boleh kenapa-kenapa, Finza! Bangun Finza! Hiks ..." Fendi bagaikan kehilangan akal, dia terus menangis saat melihat darah yang terus mengalir.

"Fendi, sadar! Kita harus bawa Finza ke rumah sakit!" teriak Findo sambil menggoyangkan bahu Fendi.

"Benar-benar!" ucap Fendi yang langsung mengedong tubuh adiknya itu. "Kamu harus bertahan, Finza!" tambah Fendi sambil berjalan meninggalkan tempat kejadian itu. Beberapa siswa sudah melaporkan kejadian ini pada guru dan guru sudah menyiapkan mobil untuk membawa Finza ke rumah sakit. Setelah peninggalan Finza, Enjel disalahkan atas kecelakaan Finza. Enjel memang tidak bisa berbuat banyak, karna dia tidak punya bukti yang cukup.

******

Kring ... kring ... kring!

Arga yang tengah menikmati makan siangnya bersama Bima dan teman-temannya. Tiba-tiba saja teleponnya berbunyi dan panggilan itu berasal dari Findo.

"Ya. Hallo, kak ipar?" ucap Arga mengakat telpon itu.

"..."

"A--pa? Finza, masuk rumah sakit?" ucap Arga yang tampak kaget.

"..."

"Baik, aku akan segera ke sana," ucap Arga sebelum menutup telponnya.

"Kenapa, Arga?" tanya Bima yang penasaran.

"Finza baru saja jatuh dari tangga. Sekarang dia bawa ke rumah sakit," jelas Arga yang tampak begitu terpukul.

"Ok, biar aku yang bawa mobil. Aku gak bisa biarkan kamu bawa mobil dalam kondisi seperti ini," ucap Bima yang lansung bangun dari kursi. Sedangkan Arga hanya membalas dengan mengaguk pelan. Mereka berdua bergegas keluar dari kantin, lalu berlari menuju mobilnya.

"Arga!" panggil Dilla ketika melihat Arga yang tampak terburu-buru bersama dengan Bima. Namun, Arga tidak menghiraukannya. Baginya, Finza yang terpenting saat ini.

Bersambung...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang