Part 45

50 7 0
                                    

Beberapa bulan kemudian ...

Sudah dua bulan tiga saudara kembar menginjak bangku kelas XII alias 3 SMA. Begitu banyak yang mereka hadapi selama itu. Seperti belajar, membersihkan rumah dan lain-lainnya.

"Selamat siang anak-anak!" sapa Fitri yang baru saja masuk ke dalam kelas XlI-IPA².

"Siang juga, Bu," jawab mereka dengan serentak.

"Kakak mau ke mana?" tanya Finza ketika Findo menyandang tasnya.

"Mau keluar cari udara segar," jawab Findo dengan nada dingin dan berniat akan pergi.

"Findo, kamu gak boleh meninggalkan kelas," cegah Fendi bangun dari kursinya.

"Jika wanita itu yang mengajar. Jangan harap aku akan mengikuti pelajarannya," jawab Findo tersenyum sinis menatap Fitri yang berada di depan.

Plak!

Satu tamparan melayang cukup keras di wajah mulus Findo dan pelakunya adalah Fendi, kakaknya sendiri. Fendi belum pernah menampar adiknya, tapi sikap Findo sudah melampaui batas.

"Jaga cara ucapanmu itu. Kau harus bersikap sopan kepada orang yang lebih tua!" bentak Fendi dengan wajah yang memerah.

"Apa benar kau saudara kembarku? Kau pasti mengerti bagaimana perasaanku saat ini," jawab Findo sambil menjilat sudut bibirnya yang berdarah. "Jangan halangi aku," tambah Findo berlalu pergi meninggalkan kelas XII-IPA².

"Kak Findo!" panggil Finza yang langsung memakai tasnya dan berlari mengejar Findo keluar dari kelas.

"Finza, kamu mau ke mana?" tanya Fendi.

"Aku tidak bisa membiarkan dia pergi sendirian," jawab Finza yang ikut pergi meninggalkan kelas.

"Huft!" Fendi hanya menghela nafas kasarnya dan kembali duduk di kursinya. Sedangkan Fitri hanya bisa diam menatap kepergian dua anak didiknya.

"Kenapa kamu ikut, aku?" tanya Findo.

"Aku tidak bisa membiarkan kakak pergi sendirian," jawab Finza tersenyum.

"Nanti kalau kak Arga marah sama kamu, gimana?" tanya Findo yang khawatir.

"Kak Arga pasti ngerti kok. Dalam kondisi seperti ini, kakak membutuhkan seseorang di samping kakak," jelas Finza. "Bagaimana kalau kita pergi senang-senang?" tambah Finza lagi.

"Boleh juga," jawab Findo yang setuju.

Dua minggu yang lalu, Fitri mengatakan kalau dirinya akan segera menikah dan meminta Findo untuk melupakan perasaannya. Awalnya, Findo tidak percaya, dia pikir Fitri hanya bercanda saja. Seminggu kemudian, Fitri benar-benar menikah dengan seorang dosen di sebuah Universitas terkenal, tempat Fitri kuliah sebelum menjadi guru SMA Kehakiman. Semenjak kejadian itu, Findo berubah total kepada Fitri. Sikapnya begitu dingin kepada Fitri dan tidak lagi bersikap sopan. Findo benar-benar terpukul, cinta pertamanya tidak berjalan mulus seperti dua saudara kembarnya. Itulah yang membuatnya menjadi dingin, pemarah dan tak percaya lagi dengan cinta lagi. Meskipun banyak gadis cantik yang ingin menjadi pacar Findo, tapi dia tidak tertarik lagi dengan cinta.

•••••

Dua saudara kembar baru saja sampai di sebuah pasar. Mereka mencoba menghibur diri dengan berjalan-jalan dan mencari makanan yang dijual oleh pedagang kecil. Finza tampak begitu semangat, saat melihat berbagai macam olahan yang ada di pasar itu. Mereka berdua bagaikan seperti sepasang kekasih yang begitu romantis, yang saling suap-suapan.

"Aaa ...." Finza membuka mulutnya sambil  menyodorkan sosis bakar pedas kepada Findo.

Haam!

Findo langsung menerima suapan dari adiknya.

"Gimana?" tanya Finza penasaran.

"Enak," jawab Findo yang tampak begitu menikmati makanannya.

"Kalian pacaran?" tanya wanita paruh baya tiba-tiba.

"Bukan, kita saudara kembar," jawab Finza dengan menggelengkan kepalanya.

"Kirain kalian pacaran," ucap wanita itu yang tampak malu. Finza hanya membalas dengan senyuman manis.

"Berapa, Bi?" tanya Findo yang akan membayar makanannya.

"20 ribu aja," jawab wanita itu dengan lembut. Findo pun mengeluarkan lembaran uang 50 ribu dari dalam dompetnya, lalu memberikan kepada wanita paruh baya itu.

"Ini kembaliannya, Aden," ucap wanita itu.

"Makasih, Bi," jawab Findo menerima uangnya.

"Ada yang mau dibeli lagi?" tanya Findo kepada adiknya.

"Hmmm ... gak ada lagi. Ini sudah cukup," jawab Finza dengan menjinjing beberapa kantong plastik yang berisi makanan.

"Finza-Finza, isi otaknya makanan melulu," ucap Findo sambil mengusap-usap rambut adiknya dengan lembut. Finza hanya membalas cengiran dan kembali memakan gorengan yang juga mereka beli.

Bersambung ...

SMA Kehakiman {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang