2. Broken home

1.8K 394 14
                                    

Langkah gadis itu terus mengarahkan Renjun ke halte dekat sekolah. Renjun terdiam sebentar, mencari keputusan. Memilih kembali ke sekolah atau ikut bergabung duduk di sebelah Brelin yang kini serius mendengarkan lagu dari earphone yang tersambung kepada ponsel.

"Ikut duduk ya," ujar Renjun dengan nada pelan.

Brelin entah mungkin karena volume di earphone-nya kecil. Suara Renjun membuat gadis itu menoleh lalu mengangguk kaku.

Cuaca sore ini nampak lebih cerah dari biasanya. Renjun juga mensyukuri karena rumah perempuan bernama Brelin sendiri searah dengan rumahnya. Jadi, Renjun tak perlu memutar untuk pulang nanti. Tentu saja Renjun tahu perumahan tempat tinggal Brelin karena melihat alamat dari biodata yang ia ambil beberapa jam yang lalu.

Sedangkan Jeno dan yang lainnya sudah memutuskan melanjutkan kasus badut pengikut itu setelah Renjun benar-benar bisa membujuk Brelin agar masuk ke dalam organisasi.

Lelaki itu juga tak mau kalah mengambil ponsel dari saku seragam. Hanya untuk terlihat ada kerjaan saja sembari menunggu bus datang. Renjun melirik Brelin yang masih menundukㅡmemainkan kakinya sesekali menoleh ke kanan di mana Renjun juga duduk di sebelah kanannya, tapi tujuan gadis itu sendiri hanya untuk melihat arah bus muncul.

Renjun memainkan media sosial sesekali melirik sebelah kirinya, melihat apa yang gadis itu lakukan.

Entah, Renjun amat yakin bahwa Brelin akan mengiyakan ajakannya. Atau lebih tepatnya Renjun amat sangat yakin dengan kepintaran gadis itu untuk organisasi ini nanti. Renjun sangat mengharapkan besar kepada gadis itu.

Padahal jika dipikirkan anggota di organisasi itu sendiri sudah sangat cukup, dengan Chenle yang melakukan pemograman tak jauh berbeda dengan Jeno. Lalu ada Hueningkai yang memiliki mata batin seperti Haechan, ada pula Jisung yang amat teliti. Dan terakhir Jasmin satu-satunya perempuan yang lebih sensitif dan mudah dijadikan sebagai bahan informasi walaupun informasi tersebut didapat dari 'arwah.'

Sangat amat cukup. Tapi bagi Renjun masih ada yang kurang, karena selain ia tidak memberikan rekomendasi murid. Renjun juga tidak ada teman bekerja sama seperti Haechan dengan Hueningkai, Jasmin dengan Jaemin atau Jeno dengan Chenle dan Jisung. Terkadang Renjun jika mendapat tugas merasa sangat sendirian.

Ciit

Bunyi bus yang menghentikan lajunya, kini terdengar jelas di depan Renjun. Renjun mendongakkan kepalanya dari layar ponsel. Brelin sudah berjalan masuk menuju bus.

Renjun dengan terburu-buru ikut menyusul masuk ke dalamnya. Bus saat ini bisa dibilang tak begitu ramai. Banyak bangku kosong yang bisa Renjun duduki untuk mengawasi Brelin yang sudah duduk nyaman di bagian depan.

Renjun dengan senyamannya memilih tempat duduk paling belakang agar bisa lebih mudah memantau.

Renjun melirik jam tangan yang selalu setia terpasang di pergelangan tangannya. 16:23 WIB. Ia memang beberapa hari ini sedang dalam mode tobat, sejak siang tadi ia selalu gelisah jika belum menyempatkan solat dhuhur maupun ashar.

Masih ada waktu untuk beribadah sepulang dari ini.

Bus berhenti. Renjun sendiri mulai panik saat perempuan yang ia ikuti tak berada di kursinya. Renjun membulatkan mata saat Brelin sudah berjalan di luar bus. Bus itu sendiri sudah mulai kembali berjalan, Renjun dengan segera berteriak meminta bus dihentikan.

Lalu dengan cepat menyusul keluar setelah selesai membayar.

Huft, untung saja.

Renjun terdiam sebentar saat Brelin kini sudah berada di seberang jalan. Renjun menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menyusul gadis itu.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang