Ruangan berdominasi warna merah dan hitam dengan pendingin ruangan bersuhu enam belas derajat celsius. Menjadi pengimbang dengan camilan yang sudah disuguhi oleh pelayan rumah Chenle yang besar itu. Mamah Chenle sempat menyambut hangat mereka.
Mamah bahkan sempat ingin mengajak Jasmin dan Brelin ke salon khusus untuk berbincang. Namun, karena kedatangan mereka yang bertujuan untuk menyelesaiakan masalah Junkyu. Jadi, dengan agak sedikit membuat Mamah Chenle kecewa. Jasmin dan Brelin menolaknya.
Mereka berdiskusi di ruang musik di lantai tiga. Rumah Chenle benar-benar membuat Junkyu yang tadi datang bersama Jenoㅡmenganga tidak percaya. Bahkan lelaki itu sempat mengira bahwa mereka salah masuk rumah.
Karena tampilannya sudah seperti hotel. Saat masuk pun lagi, lagi mengejutkan. Karena banyak sekali pelayan yang menyambut mereka.
"Coba gue liat kertasnya," ujar Haechan yang kini sudah memegang sebuah pianika berwarna biru dengan tuts-nya yang berwarna putih tentu saja.
Chenle langsung memberikan pianika yang sempat disimpan di lemari kaca, kepada lelaki berkulit tan itu setelah mereka memasuki ruangan. Junkyu mengangguk dan kembali mengeluarkan kertas yang hampir saja tertinggal di rumah.
Haechan dengan cepat menerima, dan mulai mencobanya.
Mereka yang mendengar mengernyit kala tak ada nada indah yang keluar dari not angka itu. Tak ada irama apapun, bahkan amat sangat tidak nyambung.
"Lo bawa kotak musiknya gak?" tanya Jaemin kepada Junkyu.
Junkyu tersenyum kuda dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "bawa. Tapi ada di box motor, hehehe..."
"Oh ya udah diambil aja ama pelayan gue. Bentar," ujar Chenle yang langsung melesat keluar dari ruangan untuk menemui satu orang wanita paruh baya yang memang sengaja ditugaskan untuk berjaga di depan ruangan.
Takut memang ada sesuatu yang dibutuhkan. Dan akhirnya berguna juga.
"Chan, coba minjem," ujar Renjun yang berada di sebelah Haechan yang baru saja menaikkan bokongnya ke kursi.
Tadi ia sempat duduk di karpet hitam yang menjadi pelapis ubin. Karena merasa yang lain duduk di kursi yang berjejer menghadap panggung sedang dengan lengkap alat musik di atasnya akhirnya Haechan memutuskan bergabung.
Ruangan ini benar-benar luas dengan kursi berjejer layaknya kursi di bioskop dan panggung sedang di depannya dan tak jauh dari panggung ada pintu yang menjadi pintu masuk ruangan yang berisikan alat musik lainnya.
Benar, benar lengkap.
Renjun membaca setiap not angka yang tertulis di sana. Benar dengan apa yang Jeno ucapkan kemarin. Not angkanya sangat sedikit jadi wajar saja jika saat dicoba ternyata tidak membunyikan irama yang sedap didengar.
Bahkan Renjun yang tak begitu paham dengan not angka pianika saja bisa merasakan bahwa itu bukanlah sebuah iringan atau instrumen lagu.
"Gue rasa ya.. keknya yang ngirimin kertas ini tuh orang terdekat. Karena kalo orang jauh gak mungkin dia tau di mana lo mau pergi, di mana tempat lo duduk," ujar Jisung kepada Junkyu yang berada di sebelahnya.
Kamal mengangguk setuju, "bener. Kalo orang jauh mana bisa dia tau kecuali kalo emang dia stalker."
"Lo sendiri emang enggak ngerasa ada yang ngikutin atau hal aneh lainnya apa?" tanya Jaemin sambil mulai mengambil ciki yang sedaritadi tidak mereka sentuh.
Junkyu menggeleng, "gue sih ngerasanya enggak cuman emang kadang gue suka kalo lagi sendiri di rumah pasti kayak ada yang mantau."
Jasmin mengusap tengkuknya karena bulu kuduknya tiba-tiba saja berdiri.
"Lin, lo apa gak merinding?" tanya Jasmin kepada Brelin yang duduk di sebelahnya dan hanya menyimak sedaritadi.
Brelin menggeleng, "enggak Jas. Lo kedinginan kali jadi merinding."
"Ngeri juga ye anjrit! Gak kebayang kalo idup gue selama ini ternyata diawasin orang," ujar Jeno yang sepertinya merasakana apa yang Jasmin rasakan.
Tak berselang lama pintu ruangan musik terbuka dengan Chenle yang membawa debuah kotak musik di genggamannya.
"Waaah... bagus banget anjir, ini yang ngirim surat neror atau lagi ngirim barang-barang cinta sih? Cakeep banget," ujar Haechan saat melihat kotak musik yang baru saja Chenle ambil dari pelayannya.
Junkyu menerima kotak musik tersebut setelah Chenle memberikannya. Kotak musik yang memang terlihat bagus namun mereka juga yakin bahwa itu hanyalah kotak musik biasa. Dan tak ada keanehan apapun sesaat sebelum Jasmin mengernyit dan menarik kaitan tali kecil dari bawah kotak musik tersebut.
Tanpa melihat Junkyu yang memegang kotak tersebut dibuat terkejut karena Jasmin yang tiba-tiba tanpa sengaja mendekat ke arahnya.
"Kertas," ujar Jasmin sambil membuka kertas yang didapat dari kaitan tali yang membuka sebuah lubang yang ternyata di dalamnya terdapat sebuah kertas terlipat rapih.
Aroma lavender tercium menyengat di indera penciuman. Sangat menenangkan.
Jasmin dengan jari lentiknya mulai membuka perlahan lipatan tersebut.
"Apaan nih?"
••DND••
Aduuh aku dichap 32 lupa ngirim foto kertasnya😭
Jadi aku kirim di sini aja, ini naha sih kok pendek banget jadinya ya
Ya udah deh lanjut besok ya aku udah ngantuk daaah
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...