Bukan hal aneh lagi bagi mereka untuk mendengar semua hal yang berbau arwah, apalagi kini dari sembilan orang itu ada dua orang dari mereka yang ternyata memiliki kemampuan melihat. Entah jika dipikirkan dengan logika, mungkin agaknya tidak mungkin.
Apalagi kemampuan Jasmin, yang lebih sangat aneh dari kesembilannya. Meresap arwah yang ia inginkan untuk melindungi diri. Tentu saja sangat membantu untuk mereka juga yang ingin berkomunikasi secara langsung.
Bahkan tanpa mereka sadari juga, ada satu anggota yang dapat membaca pikiran. Rasanya semua kelebihan itu memang sangat diperlukan untuk mengetahui kenyataan dari orang yang berbicara dengannya.
Seperti saat ini, Jasmin dengan rambutnya yang tergerai dan kaki yang terduduk santai seperti pose kedua lelakiㅡJeno dan Jisung. Meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri. Benar-benar berbeda dengan kepribadian gadis itu, mungkin ucapan Jasmin selalu terdengar kejam tapi tetap saja sikapnya yang asli amat benar lembut dan feminin.
Berbeda dengan apa yang ia lakukan saat ini. Tertawa lepas, pose duduk yang amat jauh dari 'Jasmin,' bahkan Brelin sendiri agak kikuk. Brelin seperti sedang berada di antara perkumpulan laki-laki tongkrongan dan hanya ia sendiri perempuannya.
"Udahlah... hahaha... cape bangke ketawa mulu!!" ujar Jasmin meredakan tawa lepasnya.
Jaemin sendiri agaknya sudah tidak sadar bahwa perempuan bernama Jasmin itu adalah adik perempuan tersayangnya. Dibayangan pikiran lelaki itu adalah seorang lelaki bernama Mark yang memiliki humor terlalu rendah.
"Udah! Udah! Kapan seriusnya!" kesal Mark lalu menghela napas untuk berhenti tertawa.
Tadinya, saat arwah lelaki itu masuk ke dalam tubuh Jasmin. Sudah amat sangat berniat untuk berbicara serius, dan tak akan terpancing oleh apapun. Tapi pada dasarnya Haechan dan Renjun menyeletuk sesuatu hal yang tak jelas.
Jadi, wajar saja Mark yang memiliki pertahanan tawa rendah, membuat lelaki itu menggagalkan rencana dan niat awal dirinya.
"Gini... gue keknya kenal nama orang yang tadi Jaemin bilang," ujar Mark dengan suara perempuan Jasmin.
Jaemin sendiri kini mulai merasa aneh saat bagaimana Jasmin memanggilnya tanpa ada kata 'Abang' di depan kalimat yang gadis itu ucapkan.
"Iyalah alig! Orang semua masalah ini berhubungan sama elo juga," ujar Renjun dengan santai.
Mark atau Jasmin dengan jiwa Mark di dalamnya, menggaruk alis dan mengangguk menyetujui. Ada sedikit kelegaan sebenarnya, karena secara tidak langsung kesembilan orang ini membantu masalah kematiannya.
"Oh ya bor masalah yang sidik jari itu, gimana? Jaem, udah dua hari, udah dapet belom?" tanya Haechan mengingat kembali mengenai tes sidik jari yang mereka ambil dari boneka beruang berwarna cokelat itu.
Ketika mereka menemukan boneka itu, Jeno dan Chenle yang selalu memiliki persediaan khusus untuk melakukan pengambilan barang-barang akhirnya menyuruh untuk Kamal yang akan mengambil boneka ituㅡuntuk memakai sarung tangan karet terlebih dahulu agar sidik jari si peneror tidak bercampur dengan sidik jarinya.
Dan sampai saat ini memang dari mereka sangat menunggu pemilik dari sidik jari tersebut. Karena peneror itulah satu-satunya kunci dari masalah ini. Mereka yakin peneror itu memiliki segudang informasi.
"Iya bangsul, dia nih udah pasti tau banyak hal, mulai dari penyebab kematian Mark, terus abu yang ada di dalem boneka, terus masalah Yuna sama Nancy, pokoknya kuncinya ada di dia," ujar Jeno setelah tadi Jaemin menjawab bahwa sidik jari sudah bisa diambil.
Namun, sebelumnya mereka juga harus mencari orang-orang sebagai dugaan untuk mencocokkannya. Memang tak ada yang mengerti dari mereka sendiri.
Mengingat bahwa semua hal ini berbau-bau penyelidikan yang amat serius dan sangat diharuskan memiliki ilmu yang sama dengan polisi. Dan mereka sendiri hanyalah remaja yang mencoba untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan yang mereka punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...