17. Introgasi

1.3K 342 38
                                    

Kamar Jeno yang tampak nyaman kini diisi oleh sembilan orang termasuk Yuna yang sudah duduk di tengah Brelin dan Jeno. Wajah Jeno sendiri pun terlihat tidak nyaman di sebelah gadis itu. Apalagi ketika Yuna terus mencoba membuka perbincangan dengannya. Sedangkan temannya yang lain sudah sibuk dengan kesibukkan masing-masing.

Seperti Haechan dan Renjun yang sudah dengan serius bermain play station dan sesekali mengumpat. Ada Jaemin, Kamal, dan Jisung yang sibuk bermain game di ponsel. Lalu Brelin dan Chenle yang sibuk dengan layar ponsel Chenleㅡyang menampilkan aplikasi belanja online.

Jeno tengah memainkan ponselnya. Yuna sendiri mengelus bulu kucing yang berada di depan keduanya. Nampak terasa canggung padahal di sekitar mereka amat ramai.

"ARGH!!! TAI!! LICIK AH LO NJUN!!" kesal Haechan kala pertandingan mereka berakhir dan dimenangkan oleh Renjun yang tersenyum senang.

"Inget, seminggu anter-pulang gue." Ujar Renjun nampak senang.

Lalu Renjun membalikkan badannya ke arah yang lainㅡyang masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Oy, buru! Katanya mau cepet selesei," ujar Renjun sambil mengedarkan pandangnya ke arah mereka.

Chenle, Brelin, Jeno, dan Yuna dengan berjejer kini duduk di bawah yang diberi alas sebuah karpet berbulu yang terasa nyaman. Lalu di atas ranjang Jeno sudah ada Jaemin, Jisung, dan Kamal yang saling berhadapan memainkan ponselnya.

Jeno mendongakan kepalanya dari ponsel.
"Ya udah ayokㅡMal, Min, Sung, buruu!!! Mainnya lagi nanti."

Ketiganya mendengus kesal karena terganggu namun pada akhirnya tetap mengangguk menurut. Chenle sendiri mengangguk setelah mendengar jawaban Brelin.

"Oke deh, nanti kalo misal gue ada urusan keluar terus kurirnya dateng lo tinggal ambil aja duitnya di Mamah." Chenle tersenyum tipis.

Brelin mengulum bibirnya, "makasih ya Le, nanti kalo masalah gue udah kelar dan ekonomi keluarga gue udah baik lagi. Gue bakal balikin deh."

Chenle berdecak sebal. Kebiasaan gadis itu yang tak ia suka, selalu merasa tidak enak padahal ia hanya membantu sebisanya. Tadi Chenle menyuruh Brelin untuk memilih pakaian anak-anak untuk Yuli. MamahnyaㅡChenle yang meminta. Empat hari kemarin Mamah pulang dari Jepang tanpa Papah Chenle tentu saja.

Awalnya memang terkejut saat Chenle membawa seorang gadis dan anak kecil ke dalam rumah mereka, tapi karena mungkin Brelin memiliki kepribadian yang cocok dengan Mamah Chenle. Akhirnya Mamah malah jadi senang karena ada teman berbincang, bahkan Yuli suka diajak Mamah untuk jalan-jalan.

Jadi, makanya Brelin tidak perlu khawatir lagi untuk meninggalkan Yuli sendirian di rumah besar Chenle. Chenle juga nampak merasa lega karena Mamahnya mengizinkan.

"Gak usah gitu Lin, sama gue mah slow aja. Gak perlu diganti juga gak papaㅡgue ikhlas," jawab Chenle.

Beralih kepada Kamal, Jisung, dan Jaemin yang turun dari ranjang dan duduk di bawah seperti kelima temannya yang lain mereka mulai mendengarkan rencana yang sudah mereka rancang dan hanya tinggal dibagi menjadi beberapa kelompok.

"Jeno sama Chenle kan yang nyoba nyari tau teror boneka itu di komputer, nah kita nih sisanya coba buat nulis apa sekiranya yang bikin orang itu neror Yuna," ujar Renjun dengan sebaik mungkin.

Jeno dan Chenle tentunya benar-benar melakukan apa yang Renjun ucapkan namun selain mereka Haechan, Jaemin, Kamal, Jisung, dan Renjun hanya pura-pura melakukannya. Bersandiwara sebaik mungkin. Brelin sendiri akan pura-pura menemani Yuna.

"Ya udah kuy ke lantai bawah," ujar Jaemin sambil bangkit dari duduk.

Begitu juga dengan Jeno dan Chenle, namun sebelum mereka benar-benar melangkah. Suara Yuna dan tingkahnya yang sudah terbaca membuat Brelin mendengus malas.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang