"Iniㅡkok ada bolongannya? Gue baru tau," ujar Junkyu dengan mengernyit bingung.
Brelin dapat melihat kejujuran di dalam benak lelaki itu. Tidak seperti kasus Yuna. Entahlah, sejak kasus gadis itu. Brelin maupun yang lainnya jadi agak sensitif dan makin mudah curiga. Seperti saat ini saja tatapan mereka langsung menatap Junkyu mengintimidasi dan mencoba membaca mimik wajah.
Mereka juga melirik Brelin seakan-akan bertanya apakah lelaki itu jujur atau tidak. Dan sejak kasus Yuna pula, Brelin memiliki tugas tersendiri. Membaca mimik seseorang, padahal kenyataannya gadis itu tahu karena bisa membaca pikiran dan yang tahu soal itu sampai saat ini masih dan hanyalah Jisung dan Renjun.
Mereka semua menganggap Brelin memiliki kemampuan layaknya psikolog yang dapat membedakan jujur atau tidaknya orang saat berbicara.
Brelin mengangguk sebagai tanda kejujuran Junkyu. Awal melihat pun Brelin bisa merasakan bahwa lelaki berwajah manis itu benar-benar orang baik.
"Ya udah kalo gitu langsung gue buka aja ya," ujar Jasmin yang mulai membuka lipatan kertasㅡyang ia ambil dari lubang box musik tersebut.
Jasmin mengernyit tak mengerti.
"Fa... A? Apaan sih gak paham," ujar Jasmin yang kini kembali duduk karena mengingat tadi ia berdiri untuk mengecek box musik.
Jasmin meletakkan kertas tersebut di atas ubin yang dilapisi karpet. Agar Brelin dan Jeno yang memang tadi duduk di sebelahnya dapat ikut melihat. Jeno maupu Brelin menundukkan badan dan menumpu dagu dengan tangan kanan.
"Ini... clue bukan sih? Clue buat Junkyu biar bisa ngartiin maksud dari kertas yang isinya not angka," ujar Jeno ketika melihat deretan tulisan not angka dengan huruf yang berada di sampingnya.
Fa=A
Sol=B
La=C
Si=D
Do=E
Re=F
Mi=G
Fa=H
Sol=I
La=J
Si=K
Do=L
Re=M
Mi=N
Fa=O
Sol=P
La=Q
Si=R
Do=S
Re=T
Mi=U
Fa=V
Sol=WBenar-benar memang sesuai dengan not angka yang ada di pianika Chenle. Karena pianika biasanya berbedaㅡyang mrmang biasanya hanya sampai Do titik dua. Membuat mereka jadi sedikit merasa sedang diawasi. Bagaimana bisa sangat kebetulan. Jadi bahasa lainnya pianika Chenle limited edition.
"Ini... gak ada yang ngikutin lo kan?" tanya Jaemin yang berada di belakang Jeno.
Lelaki itu juga ikut turun dan duduk di belakang Jeno, mengintip dari celah dan menyimak apa yang Jeno ucapkan. Junkyu sendiri yang mendapat pertanyaan tersebut, menggaruk tengkuk yang tak gatal lalu menggeleng.
"Gak tau juga, gue sih gak ngerasa apa-apa," ujar Junkyu seadanya.
Brelin mendengus, ia rasa memang Junkyu sedang dipantau atau ada sesuatu lagi yang mereka tidak tahu. Padahal Brelin sudah memiliki perencanaan lagi bersama Renjun waktu tadi saat datang ke rumah Chenle. Mengingat Renjun dengan Brelin berangkat bersama.
Mereka sempat bertukar pikiran jika kertas tersebut dipecahkan sudah pasti semuanya akan langsung selesai. Mereka yakin not angka itu memiliki makna peringatan seperti kasus Yuna sebelumnya.
Jeno sendiri kini memberikan kertas tersebut kepada Jaemin agar Haechan dan Kamal yang berada di sebelah lelaki itu dapat melihat pula. Jaemin lalu kembali duduk di atas kursi dan membiarkan Kamal dan Haechan melihatnya.
Haechan mengernyit, "kampret! Udah cape-cape niup ternyata emang bukan jawabannya. Bahlul... Bahlul..."
Kamal terkekeh.
"Gak papa Bang yang penting lo udah usaha. Usaha gak ada yang mengkhianti hasil," ujar Kamal dengan senyum kuda.
"Ya itu gue merasa terkhianati blegug," ujar Haechan dengan penuh kekesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...