"Iya tai, mantaap banget!" saat ini mereka tengah berkumpul di ruang diskusi.
Brelin sendiri kini mencoba mengobati luka cakaran yang katanya terkena oleh kuku tajam Nancy di wajah Jasmin. Saat menarik rambutnya, entah apakah sengaja atau tidak perempuan blasteran eropa itu mencakarnya. Kini plester sudah rapih Brelin tempel di bagian bawah mata Jasmin.
"Lo sekarang kenapa gak ikut ekskul karate lagi aja Lin?" tanya Chenle.
Mereka sempat heboh membicarakan petarungan Jasmin, Brelin, dan Nancy. Jisung dan Renjun saja sampai heboh menirukan perkelahian mereka.
"Nah, sekolah kita ada ekskul karate kan kalo gak salah?" ujar Jasmin setuju.
Selesai merapihkan alat-alat P3K Brelin mendongak dan kembali duduk dengan tenang.
"Iya, cuman karate kalo mau naik sabuk harus ikut UKT, UKT biasanya diwajibin bayar," jelas Brelin.
Entah karena mulai terbiasa dengan delapan orang di depannya ini. Brelin sendiri jadi bisa berbincang dengan normal. Walaupun sesekali memang ada saatnya ia merasa malu dan gugup, tapi Jasmin yang melihat perkembangan sifat temannya itu, membuatnya tersenyum tipis.
Ia yakin Brelin sebenarnya adalah orang berkepribadian yang menyenangkan, hanya saja mungkin faktor sesuatulah yang membuatnya agak sedikit menutup diri.
Mereka yang mendengar jawaban gadis itu mengangguk mengerti. Mereka, kecuali Jasmin amat tahu bahwa kondisi Brelin untuk meminta sesuatu apalagi uang ke orangtuanya sangat tidak memungkinkan. Apalagi dengan kondisi yang 'hampir hancur.'
"Oh ya, eh jadi gimana soal rencana Jeno yang kemaren? Kita lakuin apa nyari si Siyeon dulu?" tanya Renjun mengganti topik karena melihat suasana mereka jadi agak canggung.
Kamal berdecak, "ini nih apa ya. Gue rasa emang ada yang disembunyiin, maksud gueㅡbadut it yang lagi terkenal ini nih sengaja buat pengalihan topik penculikan."
Jisung mengangguk setuju.
"Dengan adanya berita badut it, penculik-penculik ini jadi aman buat nyulik orang, dan padahal kalo kita liatㅡatau gue liat sebenernya biar gak diculik itu jangan pernah pulang lewat gerbang belakang sendirian, jangan juga pulang lewat jam empat," jelas Jisung memberikan semua hal yang seharusnya mereka hindari.
"Hah? Maksudnya gimana Sung?" tanya Haechan tidak paham.
Jisung mendenguskan napasnya, "nih denger. Gue sama Chenle kemaren sempet merhatiin CCTV pas kalian udah pada tidur, badut it itu sendiri kelakuannya cuman ngikutin setengah jalan doang. Ngerti gak? Jadi gak sampe rumah si yang dia ikutin."
"Dan dugaan gue soal badut it ini niat baik, emang bener adanya. Lewat jam empat si badut it udah ilang jadi emang dia ngikutin murid-murid sampe jam empat doang nah setelahnya kalo lo liat CCTV dia gak ada atau mungkin pulang, dan saat itu sekolah kan juga sepi banget dan itu yang memungkinkan si penculik nyari mangsa," jelas Jisung.
Brelin mengulumkan bibirnya memikirkan sesuatu.
"Mm... lo yakin dia punya niat baik? Maksud gueㅡbisa aja kan dia komplotan si penculik," ujar Brelin dengan gugup.
"Adooh! Teorinya banyak banget bangsat! Otak gue kagak cukup mikirnya," ujar Jaemin kesal.
"Halah otak kosong aja sok-sokan mikir," celetuk Jeno.
"Inilah bunda salahnya mengajarkan anak untuk banyak bicara saat kecil tapi gak diajak mikir, ngomongnya doang yang banyak otaknya kosong dijadiin pajangan jadi gak guna. Potong aja pala lo Jaem biar gak nyusain beratkan dibawa doang dipake kagak," ujar Renjun yang mampu membuat wajah Jaemin terlihat masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...