24. Potongan mayat

1.3K 333 57
                                    

Chenle dengan tatapan jijik memasukkan potongan jari itu ke dalam plastik klip yang tadi Chenle minta dari pelayannya. Kini Yuna duduk diam di single sofa. Yang membuat Chenle agak lega adalah karena teriakan Nancy tak sampai membuat Mamah yang berada di lantai empat rumahㅡterbangun.

Semua mata menghujam pada gadis itu yang mencengkram tali sling bag erat. Ia tidak suka ditatap menghakimi seperti itu.

"Lo pasti tau sesuatu 'kan?" tanya Jisung dengan nadanya yang selalu terdengar tenang.

Yuna menggigit bibirnya, "enggak!! Gue gak tau soal jari itu yang ada di dalem bonekanya!! Gue malah ke sini buat ngasih tau kalo gue diteror lagi sama boneka yang sama!!"

Nancy mencibir dan menatap Yuna tak suka. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan wajah angkuh. "Lo bahkan nuduh gue sama yang lain kalo udah neror lo!!"

Yuna memicingkan matanya menatap Nancy mengancam. Seolah-olah berkata 'lo-ngomong-gue-bongkar-rahasia-lo.' Yuna mendengus dan berdiri. Menatap mereka dan menatapnya secara bergantian. Hingga tatapannya berhenti di gadis bernama Brelin yang kini tengah memperbaiki tatanan rambut Yuli.

Pipi kanan Brelin sendiri masih tercetak merah. Namun, sampai saat ini gadis itu belum juga ingin mengompresnya. Padahal Renjun dan Chenle sudah membujuk gadis itu.

Yuna melangkah cepat dan menarik Brelin untuk berdiri. Mencengkram pergelangan tangan Brelin dengan kencang yang mampu membuat Brelin meringis kesakitan.

Yuli yang sedaritadi memperhatikan kini menangis dan membantu Brelin dengan mencoba melepaskan tangan Yuna dari pergelangan tangan Kakaknya.

Jisung yang melihat itu dengan cepat membantu dan menarik Yuna untuk menjauh dari Brelin berada. Jasmin sendiri baru saja pulang karena besok ia masih ada ulangan dan tugas yang belum dikerjakan.

"Apaan sih lo?!" kesal Jisung.

Brelin yang sudah terlepas kini menatap Yuna dengan alis mengernyit, "lo kenapa sih?!"

Yuna menatap Brelin tajam dan tersenyum menyeringai.

"Cewek kayak lo tuh gak berhak berada di posisi kayak sekarang! Cewek miskin, pinter juga enggak. Bisa ya lo... berani-beraninya asal buka jaitan itu dengan seenaknya!" ujar Yuna dengan tajam.

Brelin tersenyum tipis, amat tipis yang saking tipisnya hinggga hanya Yuna-lah yang dapat melihatnya.

Brelin mendekatkan jaraknya dengan Yuna, "gue tau pelaku utamanya itu elo." Bisik Brelin.

Lalu memundurkan badannya, menatap gadis di depannya itu dengan datar. Dan menghela napas sebentar, lalu menoleh ke arah Jaemin yang tengah memperhatikan mereka. Bahkan bukan hanya Jaemin yang menonton hal tersebut, semua yang ada di ruangan ini pun memperhatikan mereka.

"Kak Jaemin... gue rasa kita butuh tau pemilik potongan jari itu," ujar Brelin dengan tenang.

Haechan mengangguk setuju, "sependapat. Ini bener-bener masalah serius, bangkee... sih ituㅡjari manusia, kenapa bisa ada di dalem boneka?"

Untuk pertama kalinya bagi Nancy, ia memihak pada gadis berkulit pucat yang sebelumnya sangat menjadi rivalnya karena berteman dengan Jasmin. Tapi, untuk saat ini... ia rasa berada di pihak Brelin, tidak ada salahnya.

Jaemin mengangguk mengiyakan.

"Boleh, besok kalo gitu pulang sekolah aja," ujar Jaemin yang kini bangkit.

Brelin kembali menatap Yuna dan tersenyum tenang.

"Tenang, masalahnya bakal kita selesein. Jangan khawatir."

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang