14. Dugaan

1.4K 344 26
                                    

Bruk

Bunyi sesuatu terjatuh sangat terasa jelas di belakang tubuh Kamal dan Haechan. Membuat mereka berdua bahkan Chenle dan Jeno pun ikut terkejut dengan bunyi nyaring itu.

Haechan dan Kamal dapat melihat arwah Mark yang menggaruk tengkuknya dan tersenyum kaku. Kamal bahkan Haechan menghela napas lelah.

"Maap gue lupa ngasih tau kalian, ehe. Gue rasa udah satu jam, jadi gue panik buru-buru keluar," jelas Mark membuat Haechan menggeleng kepalanya.

"Jasmin... kenapa?" tanya Chenle bingung.

Begitu pula Jeno, sudah pasti. Mereka tak mengetahui arwah Mark yang masuk ke dalam tubuh gadis itu dan tiba-tiba saja Jasmin pingsan tanpa sebab yang tak jelas. Kira-kira begitulah apa yang mereka pikirkan saat ini.

"Mungkin cape, bantu angkat Le," ujar Kamal membuat lelaki berkulit putih itu mengangguk, Haechan pun berinisiatif membantunya.

Dengan perlahan dan hati-hati mereka meletakkan tubuh Jasmin di sofa panjang. Dan Chenle dengan sigap mengambil sebuah selimut milik Jisung yang bermotif garis-garis untuk menutupi pinggang hingga kaki Jasmin. Tentu saja agar sesuatu yang tak harus mereka lihat ia tutup.

Sebelumnya memang Jisung sempat membawa selimutnya beberapa hari lalu saat di mana Renjun membawa Brelin datang ke ruang mereka di sore menjelang malam, karena Jisung pikir mereka akan menginap di sana. Namun, dugaannya salah dan jadilah selimut itu dibiarkan di ruangan ini. Lelaki itu tak berniat sedikit pun untuk membawanya pulang kembali.

Terlalu malas.

Katanya waktu itu, 'kagak ah buat nanti kali aja ada yang butuh.'

Setidaknya Chenle sedikit merasa berterima kasih karena kebodohan temannya itu yang membawa selimut ke sekolah.

Haechan membuka pintu lemari pendingin ruangan sembari melirik tajam Mark yang memerhatikan Jasmin yang masih memejamkan matanya. Mark yang menyadari tatapan Haechan mengerucutkan bibirnya.

"Maap Chan, kagak sengaja gue," ujar Mark membuat Kamal yang semula berjalan kembali ke komputer menoleh ke belakang mendengar ucapan arwah Mark itu.

"Jadi, itu cuman pem... balut doang?" tanya Chenle mengembalikan topik yang sebelumnya sempat tertunda akibat jatuhnya Jasmin yang membuat mereka terkejut bukan main.

Jeno yang tadi sibuk memerhatikan, kini mendongak ke arah Chenle yang berjalan mendekat.

Jeno mengangguk, "keknya sih gitu. Soalnya yang gue tau dari Kakak gueㅡdia cewek kan, katanya dan biasanya cewek suka ngebungkus itunya pake plastik terus biasanya karena malu... jadi mereka suka nyembunyiin gitu kalo gak dikantong ya... paling diapapun buat nyembunyiin itunya."

Mereka mengangguk paham, kecuali Haechan yang mengambil satu botol go*d day dari dalam lemari pendingin. Tenggorokannya sedaritadi amat kering, jadi kesegaran sedikit untuk menyembuhkannya.

Kamal dan Chenle kembali mengelilingi Jeno yang memutar ulang rekaman tersebut, cukup lama mereka menonton rekaman CCTV. Singkat cerita, sampai tibalah di mana Yuna benar-benar keluar dengan wajah panik dan menoleh kanan dan ke kiri.

Mencari seseorang yang bisa ia jadikan sebagai teman... (?) Mungkin. Entahlah, lalu merasa koridor nampak sepi Yuna dengan larinya mengarahkan kaki menelusuri koridor bagian barat, menuju sebuah tangga yang memang jalur untuk ke ruangan mereka berada.

Merasa ingin melihat kelanjutan dari gadis itu, Jeno dengan cepat keluar dari rekaman koridor depan toilet lantai tiga dan mulai mencari rekaman CCTV koridor  selanjutnya yang mengarah ke arah ruangan mereka. Bersamaan dengan Haechan yang datang sambil meneguk minumannya.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang