28. Wonyoung tenang

1.3K 334 24
                                    

Brelin hanya bisa menatap datar Bunda dan Ayah yang kini duduk di kursi berbeda dengan banyak orang menyaksikannya. Renjun yang berada di sebelah gadis itu hanya bisa diam menunggu Brelin berbicara.

Setelah pulang ke rumah dengan membawa Yuli dan Renjun juga ikut. Akhirnya Brelin tahu mengapa Bunda menghubungi. Saat pulang yang Brelin dapatkan hanyalah tetangganya yang baru saja mengunci pintu rumah Brelin yang tampak sepi. Tetangganya menjelaskan bahwa kini Bunda dan Ayah sudah pergi lebih dulu ke pengadilan.

Renjun terus dibuat khawatir ketika wajah Brelin terlihat tidak bersahabat setelah mendengarkan itu semua. Yuli yang berada di pangkuan Brelin, sudah memejamkan mata dengan tenang. Bahkan Renjun tak melihat wajah kesedihan yang terlihat dari raut wajah gadis itu.

Renjun juga sesekali memeriksa dan membalas pesan dari group chat untuk bertanya bagaimana kumpulan bukti dan juga bahwa ia masih dengan Brelin di sampingnya.

Brelin sendiri hanya diam dan memperhatikan persidangan berlangsung dengan wajah datar dan tatapan kosong.

Renjun juga baru saja mendapat pesan dari Haechan untuk membawa Brelin ke rumah Jaemin jika masalahnya sudah selesai.

Renjun dengan ragu menepuk bahu Brelin, "Lin."

Brelin masih terdiam tak membalas. Renjun menghela napas bingung, ia bisa merasakan perasaan gadis itu yang tertekan dan banyak pikiran. Sebenarnya ia juga ragu untuk bertanya mengenai ajakan Haechan mengingat kondisi hati gadis itu tidak baik-baik saja.

Brelin menoleh pelan, "iya gue ikut. Tenang aja, gue gak papa kok."

Balas Brelin, Renjun duga gadis itu mendengar perkataan hatinya. Lalu, Brelin mengambil ponsel dari saku jas almameter abu-abu sekolah mereka. Ada beberapa pesan dari Jasmin yang katanya sudah menunggu mereka di rumah Jaemin dan Jasmin.

Di tempat duduk baris pertama pun sudah ada Nenek dari Ayah Brelin yang datang menyaksikan persidangan tersebut. Wajah Nenek pun tampak tak bersahabat saat memperhatikannya. Seolah-olah merasakan apa yang Brelin rasakan.

Renjun menghela napas kala bunyi ketukan palu terdengar. Saat itulah suasana yang sunyi kini menjadi ramai,  beberapa orang membubarkan diri tersisa-lah beberapa kerabat dan Brelin dengan Renjun yang masih duduk di barisan paling belakang.

Brelin mendengus, "ayo Kak."

Renjun mengangguk, lalu ikut bangkit dengan Brelin yang menggendong Yuli yang sebelumnya tertidur di pangkuan gadis itu.

Renjun melangkah di belakang Brelin lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "ini gue gak papa ikut ke ortu lo?"

Brelin berhenti sebentar dan tersenyum tenang, "tolongin gue Kak, sebentar aja. Gue...."

Brelin menghela napas kasar, ia sangat benci terlihat lemah di hadapan seseorang. Tetapi untuk kali ini Brelin tidak bisa menahan rasa itu.

"Gue gak kuat kalo harus nanggung sendiri, gue butuh seenggaknya temen biar bisa keliatan tegar di depan bokap nyokap gue, gak papa 'kan Kak?" ujar Brelin dengan sorot mata yang tampak pasrah.

Renjun tersenyum, sudah pasti ia akan menolong gadis itu. Kalau bisa ia akan menjaga Brelin hari ini. Perasaan gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Jadi, yang ia lakukan hanya mencoba untuk menguatkan dan itu tidaklah sulit.

Brelin lalu kembali melangkah mendekati Nenek yang tengah berbicara serius dengan Bunda dan Ayah. Sebenarnya Renjun sendiri hanya takut bahwa ia terkesan ikut campur, tapi melihat Brelin membutuhkannya Renjun memilih mengiyakan dan mencoba untuk tidak merasa gugup. Nenek yang kini menghadap ke arah Brelin yang berjalan ke arahnya.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang