Kedelapan orang itu dengan wajah serius nampak mendengar semua apa yang tengah dibicarakan oleh Chenle yang kini kembali berbaring di atas ranjang King Size yang letaknya berada di tengah-tengah kamar.
"Sebelumnya emang pintu kamer gue gak pernah gue kasih password kayak gitu. Soalnya kan cuman sekedar kamer kan? Beda sama pintu rumah atau pintu hotel, apartemen segala macem," jeda Chenle yang kini kembali mencoba membenarkan letak bagaimana ia bersandar, Kamal dan Jisung yang berada di sampingnya membantu.
"Tapi emang harusnya gitu sih kudunya, soalnya pertama rumah lo gede. Setiap ruangan juga pasti ada barang berharganya kan? Udah gitu lo punya banyak pelayan, lagi juga kamer lo bukan kek kamer gue yang isinya cuman kasur, lemari, ama meja belajar doang. Tapi juga ada brangkas tabungan lo, macbook sama segala macemnya. Pelayan lo juga manusia, kan kita gak tau sewaktu-waktu mereka pada khilaf," ujar Jaemin menanggapi.
Mereka mengangguk mendengarnya, merasa setuju.
"Alesannya sebenernya beberapa hari ini tuh gue ngerasa kayak ada yang mantau aja gitu, kalo pulang sekolah kek ada yang ngikutin gue. Tapi gue tanya supir gue jawabannya selalu bilang gak ada apa-apa. Terus empat hari kemaren katanya ada orang yang pura-pura jadi pelayan gue, kata Papah sih itu pasti musuhnya dia. Gue tadinya ngerasa yah... kalo musuhnya Papah sih gue bisa ngatasin itu, tapi Mamah gue jadi parnoan, makanya die akhirnya suruh gue buat pake gagang password yang begituan. Padahal gue rasa ini lebih serem, kalo tiba-tiba tuh orang naro kamera di sekitar pintu gue buat tau pwnya gimana?" jelas Chenle sembari melirik pintu kamarnya yang berwarna hitam yang kini tertutup rapat.
"Bisa jadi sih Le, lo juga berarti emang harus hati-hati. Kalo setiap masuk kamer biasain buat merhatiin sekitaran pintu lo. Apalagi soal kasus makanan lo yang tadi pagi itu. Mungkin aja yang naro cincin itu orang yang sama, kita gak tau kan?" Mereka mengangguk mendengar ucapan Jasmin.
"EH! Tapi lo pada curiga ke Mina, Mina itu gak sih? Gue punya feeling buruk ama tuh orang," ujar Jisung yang kini mengernyit sambil memberikan kaleng roatbeer AW yang sengaja ia bawa sebelum kemari.
Chenle dan yang lain tampak menatap Jisung bingung kecuali Renjun tentunya. Renjun mengangguk dan menadahkan telapak tangannya. Jisung segera melempar dengan perhitungan kepada Renjun, tentu saja dengan sigap Renjun tangkap.
Lelaki itu membuka kaleng roatbeer dan menutup hidungnya terlebih dahulu. "Tapi gue gak tau sih, apa di setiap kalengnya air raksanya itu ada."
"Maksud lo?" tanya Haechan bingung.
"Gue sama Bang Renjun tadi ke Bu Moonbyul buat minta bantuan ngecek air raksa yang ada di kaleng itu, kan kata Brelin semua dari Mina," ujar Renjun membuat Brelin mengangguk membenarkan.
Haechan berdecak dan mengambil tanpa aba-aba kaleng tersebut. Dan menegak airnya secepat kilat. Mereka semua terlihat membulatkan mata terkejut.
"Ah~ segeeer..." Haechan meletakkan kaleng tersebut di lantai yang ia duduki.
Mereka memang duduk di tempat yang acak. Haechan, Renjun, dan Jaemin yang berada di lantai. Kamal dan Jisung di atas ranjang bersama Chenle, lalu Jeno, Jasmin, dan Brelin yang duduk di atas sofa dekat dengan pintu kaca menuju balkon.
"Gak ada apa-apa?" tanya Haechan dengan raut tak bersalah.
Mereka yang melihatnya menghela napas lega, tak menyadari bahwa mereka menahan napas kala Haechan dengan nekat meneguk dengan santai kaleng yang mereka duga memiliki isi air raksa yang Renjun jelaskan sebelumnya. Jaemin memukul bahu lelaki di sebelahnya dengan kencang.
"Bajingan lo anjrit! Bikin gue jantungan ajee!!" kesal Jaemin sembari meraih kaleng yang berada di ubin.
Dan mencium bagian permukaan kaleng. Tak ada yang aneh, bau roatbeer pun sangat khas. Baginya baunya seperti bau balsem. Tapi memang ia akui rasanya membuat orang merasa ingin mencicipinya lagi. Jaemin sangat menyukai minuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...