26. Boneka beruang lagi.

1.3K 336 71
                                    

Haechan dengan posisi bersujud di atas ranjang kamarnya. Membalas perkataan Mark dan Wonyoung sesekali. Wajah lelaki itu terbenam di bantal membuat suaranya saat berbicara sedikit tertahan.

"Semoga masalah kamu sama aku bisa selesei ya, terus kita bisa ke atas bareng-bareng," ujar Wonyoung dengan senyuman getir.

Mark tersenyum tipis, "Aamiin, gue selalu gak bisa nahan tangis di dunia. Apalagi kalo udah liat keluarga gue yang makin ancur."

Haechan mengernyit dan terbangun dari posisinya itu. Lelaki itu terduduk sila dengan menatap Mark dalam, seakan-akan sedang mencerna apa yang arwah itu katakan.

"Nyokap lo masih depresi?" tanya Haechan kepada arwah lelaki yang dengan nyaman melayang acak di langit-langit kamar.

Wonyoung sendiri dengan tenang duduk di atas kursi yang selalu Haechan jadikan tempat duduk ketika bermain game di meja belajar, atau bisa dibilang agar terlihat sedang belajar mengingat jika ia bermain ponsel tanpa suara dengan ada beberapa buku di atasnya, akan terlihat seperti sedang belajar apalagi posisi pintu yang berada di belakang posisi kursi itu.

Mark kini berhenti melayang lalu ikut duduk di sebelah Haechan, dan mengangguk.

"Terus perusahaan bokap gue juga hampir bangkrut," ujar Mark dengan senyum miris.

Untuk hari iniㅡhari minggu, tak ada yang Haechan lakukan selain bermain game atau paling-paling membantu kegiatan Mamah seperti membuang sampah, mengantar adiknya untuk membeli beberapa bahan untuk di masak saat makan malam.

Mereka belum bisa melanjutkan kasusnya pada hari ini dikarenakan masing-masing dari mereka memiliki acara keluarga atau kesibukan yang lainnya.

Seperti Jaemin dan Jasmin, kedua adik-kakak itu sedang berada di Jogjakarta karena acara keluarga. Begitu pula dengan Kamal, Chenle, Jeno. OhㅡBrelin juga, mengingat gadis itu juga tinggal bersama Chenle, lelaki itu mengajak Brelin ke perusahaan cabang di bali milik sang Ayah. Sekalian berlibur juga katanya.

Membuat keduanya dijadikan bahan ejekkan oleh Haechan dan Jeno, seperti Haechan yang mengejek 'itu mau liburan apa mau honeymoon.'

Balik lagi, kepada Haechan yang mulai melangkah mengambil sesuatu dari tas sekolahnya. Mengeluarkan buku tulis dan mengambil pulpen yang tak memiliki tutupㅡdari saku depan tas.

"Coba, kasih tau alamat rumah lo di mana. Biar nanti gue sama yang lain bantu ortu loㅡoh! Lo gak lupa 'kan sama alamat rumah?" tanya Haechan yang sudah siap menulis sesuatu dari apa yang akan Mark ucapkan.

Mari menggeleng, "masih ingetlah anjir, orang gue setiap hari ke rumah mulu. Lo tau gak sih perumahan SM? Gue di situ, tinggal cari aja jalan NCT nomer 127."

Haechan mengangguk, "oh.. tau-tau, perumahan deket SMA TEUME kan? Oke nanti gue ke sana sama yang lain."

Haechan meletakkan buku tulis dan pulpen di sebelah bantal setelah menulis alamat rumah Mark di kertas buku bagian belakang. Lalu mata lelaki itu beralih kepada Wonyoung yang kini memainkan mainan robot milik Haechan yang terpajang di pojok meja belajar lelaki itu.

"Wonyoung, lo juga... karena gue pengen nih masalah cepet selesai. Lo punya alamat rumah Eunsang? Gue mau ketemu, biar jelas. Boneka beruang, potongan jari lo, dan siapa yang bunuh lo," ujar Haechan dengan serius.

Wonyoung menoleh ke arah Haechan, membalas tatapannya. Wonyoung mengangguk dan berdeham.

"Dia tetangga aku, sekaligus sahabat aku dari kecil," ujar Wonyoung dengan senyum senang kembali mengingat kenangannya bersama lelaki itu.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang