Kantin yang ramai tak membuat ketiganyaㅡKamal, Jasmin, dan Haechanㅡmerasa baik-baik saja. Walaupun mereka merasa sedikit lebih nyaman di sini karena 'mereka' tidak begitu banyak. Tapi tetap saja ada beberapa dari 'mereka' dengan rupa yang sangat buruk bahkan beberapa kali Haechan dan Kamal menutup mata akibat terlalu berantakan dan sebelumnya juga mereka tak pernah melihat beberapa dari 'mereka' yang benar-benar memiliki definisi menyeramkan.
Tubuh Jasmin juga agak sedikit ringan karena hanya beberapa arwah yang menyadari energinya ini dikarenakan memang di tempat kantin arwah-arwah tak begitu banyak berlalu lalang.
Haechan meneguk minuman kaleng yang sebelumnya ia beli di stand yang tak jauh dari mereka duduk saat ini. Di atas meja yang mereka pilih sudah ada satu kantong plastik sedang berisikan titipan yang lain.
"Eh Bang lo katanya lagi deket ama Nancy ya?" tanya Kamal memecahkan keheningan di antara mereka.
Jasmin sendiri merasa lelah di tubuhnya saat ini. Makanya ia hanya diam untuk menenangkan tubuhnya yang mulai lemas. Mengingat energinya hampir terserap habis akibat 'mereka' yang ingin mencoba masuk. Jadi, yang gadis itu lakukan hanya menggulir layar ponsel yang menampilkan sebuah aplikasi berwarna ungu yang digradasi warna pink.
Jasmin sendiri kini nampak mendongak saat mendengar apa yang Kamal ucapkan.
"Hah? Kata siapa lo?" tanya Haechan yang kini sudah menghentikan aktivitasnya dalam menghabiskan minuman.
"Dari Eunsang-lah, gue kan sering chattan ama dia," ujar Kamal seadanya.
"Bilang deh ke si Eunsang 'sok tau lo,' lagian kok bisa nyimpulin gitu?" tanya Haechan sedikit tertarik.
"Lo bedua keliatan cocok sih...," ujar Kamal mengungkapkan pendapatnya.
Jasmin mengangguk dengan bibir bawah yang ia gigit, hanya sibuk menyimak.
Haechan tersenyum tipis, "bagus deh."
"Bagus? Hah? Loㅡbeneran?" tanya Kamal sedikit berjengit.
Jasmin tersenyum getir, entah mengapa Jasmin merasa suasana kantin saat ini amat panas padahal di luar sana sedang gerimis dengan keadaan awan yang terlihat mendung.
"Gue sih yang lagi nyoba deketin. Dukung gue ya?" ujar Haechan dengan alis terangkat.
"Idih, males banget. Tapi, Nancy emang sih cantik banget cuman gue kurang demen ama perilakunya agak kasar," ujar Kamal lagi-lagi menyampaikan pendapat yang lewat dari benaknya.
Sesekali melirik Jasmin yang sedaritadi hanya diam dan sepertinya hanya mendengarkan dengan jari telunjuknya yang setia memainkan botol hanya untuk diputar-putar secara acak.
Haechan juga mulai menyadari tak ada suara dari Jasmin kini terang-terangan memerhatikan apa yang gadis itu lakukan dan mengernyit.
"Lo kenapㅡ"
"Gue ke toilet bentar deh kalo gitu, nanti kalo mau balik ke UGD gak usah nunggu gue. Gue nanti langsung ke sana," ujar Jasmin memotong pertanyaan Haechan yang sebelumnya sempat ingin lelaki itu sampaikan.
Jasmin mengambil botol tehnya itu lalu melangkah dengan cepat meninggalkan keduanya.
"Kenapa dah tuh bocah? Tumben amat diem gitu," ujar Haechan masih melihat punggung Jasmin yang semakin mengecil.
"Mungkin lemes, ya bayangin aja energi lo keserep, terus badan lo kayak ditindihin beberapa orang. Gak sesek napas aja udah bagus," jawab Kamal yang ikut memerhatikan punggung Jasmin yang baru saja menghilang di belokkan lorong.
Kamal mengembuskan napas.
Oke gue maju.
••DND••
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...