16. Rencana

1.4K 364 55
                                    

Suasana ramai tak mengganggu perbincangan mereka yang kini nampak serius dan melingkari dua meja sekaligus. Bukan, mereka bukan berada di kantin atau pun lingkungan sekolah.

Dengan baju bebas yang terlihat nyaman di tubuh mereka masing-masing. Kesembilannya berbincang di dua meja yang disediakan di salah satu kedai yang berada di dalam mall yang mereka kunjungi atau seperti yang mereka bicarakan di group chat waktu ituㅡstarb*cks.

Tadinya Haechan yang diminta membayar untuk jumlah harga nanti, tapi karena Chenle ada di sini dan perasaan lelaki itu sedang baik. Dengan senang hati lelaki berkulit putih itu menraktir semua apapun pesanan yang mereka beli.

Seperti saat ini, di atas meja sudah terdiri beberapa menu yang mereka pesan. Sembari melahapnya, mereka pun mengutarakan pendapat dan memberi beberapa informasi yang baru mereka ketahui.

Namun, pembicaraan mereka yang bertubi-tubi kini terhentikan oleh instrupsi Haechan agar mereka berhenti. Ada sesuatu yang seriusㅡyang harus ia beritahu untuk kedelapan lainnya. Mengenai ucapan Mark kemarin lalu.

"Lo masih inget Mark? Temen arwah gue yang sempet bantu kita waktu kejadian geng itu?" tanya Haechan memastikan mereka.

Untuk anggota baru pun seperti Jisung, Kamal, Chenle, dan Brelin sudah amat mengetahuinya. Jasmin? Sudah pasti tahu lebih awal, karena gadis itu lebih dulu berada di tempat kejadian.

Mereka mengangguk untuk mengiyakan. Haechan menghela napas lelah, "Yunaㅡdia adek dari cowok yang ngebunuh Mark waktu dulu- sekitar.... dua taun yang lalu."

"Bentar-bentar, jadi... maksud loㅡ"

"Iya, gue curiga kalo Yuna ini punya tujuan yang beda sama laporan yang dibuatㅡbuat kita. Udah pasti selain biar bisa ngeliat gebetannya," ujar Haechan sambik melirik Jeno yang menyadari arah pandangnya.

Membuat Jeno memutar bola mata malas dan berubah masam. Sejak mengetahui bagaimana Yuna suka dengannya, lelaki itu jadi agak sensitif dan tak sebersahabat biasanya kepada gadis itu. Tentu saja agak merasa janggal ketika kita tahu orang yang menyukai kita ternyata mencari sebuah alasan agar dia melihat diri kita.

Dan Jeno pun merasakan hal itu. Sangat, amat, tidak menyukainya dan sangat merasa tidak nyaman.

"Ngomong sekali lagi gue jejelin lama-lama mulut lo pake asbak, mau?" ujar Jeno dengan kesal.

Yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkahnya. Brelin juga membawa Yuli yang kini terlihat cantik dengan dua kucir kembar di sisi kanan dan kiri kepala gadis kecil itu. Membuat sisi imutnya semakin terlihat menggemaskan.

Bahkan saat datang ke sini bersama Chenle saja, rasa-rasanya ia seperti sedang dilihat banyak orangㅡatau mungkin memang iya (?) Dengan Yuli digendongan Brelin dan Chenle yang menjulang tinggi di sebelahnya tentu membuat mereka seperti pasutri muda.

Mengingatnya saja membuat Brelin merinding merasa geli.

"Lin, Brelin," panggil Jisung yang ada di sebelahnya.

Menyenggol lengan gadis itu dengan pelan, bahkan Yuli saja yang berada di pangkuan Brelin sudah sadar dan menatap Brelin kebingungan.

"E-eh apa?" tanya Brelin kala menyadari bahwa ia tengah melamun.

"Lo mau mesen apa lagi? Mumpung nganggur gue mau ke depan sana beli menu lagi," jawab Jisung setelah menggeleng maklum.

Brelin menggaruk tengkuknya lalu melirik menu yang terpajang di papan atas tempat pembayaran sana, "mm... gue... pengen new york cheese cake dehㅡtapi, bentar."

Jisung tersenyum tipis melihat tingkah teman di sebelahnya itu yang seperti aba-aba ingin meminta izin kepada Chenle yang hari ini membebaskan mereka memesan makanan.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang