Ramai kendaraan menjadi alunan lagu yang mengiringi mereka dalam perjalanan menuju rumah Chenle. Kini, Haechan dan Jasmin, dengan Haechan yang mengendaraiㅡmenaiki motor vespa matic milik Haechan yang jarang ia gunakan. Mereka akan mendatangi rumah Chenle. Sebenarnya hanya untuk sekedar berdiskusi dengan santai. Kasus kali ini mungkin terasa sederhana, namun Minaㅡorang yang memberikan laporan, sangat sulit untuk sekedar dihubungi.
Jadi, di hari pertama berdiskusi. Mereka hanya ingin mencari tahu beberapa kalimat yang dimaksud itu. Sampai saat ini, baru Jasmin dan Chenle yang paham dari kalimat-kalimat tersebut.
"Jasmin!" panggil Haechan dengan suara keras.
"Hm?"
"Lo... maafin gue 'kan?" tanya Haechan masih dengan suaranya yang ia naikkan volumenya.
Jasmin mengernyit bingung, "maafin apa?"
"Ck, yang kemaren? Lo yang ama Nancy! Gue dimaafin gak?" tanya Haechan lagi untuk memperjelas.
Jasmin mendengus.
"Gak usah ungkit-ungkit yang kemaren! Gue udah lupain," jawab Jasmin dengan singkat.
Jika mengingat kejadian itu, rasanya Jasmin ingin marah kepada Haechan. Apalagi mengingat lelaki itu sedang mendekati Nancy, perdebatan kemarin sudah menjelaskan bahwa Nancy dan Haechan memiliki hubungan spesial. Entahlah, Jasmin hanya merasa sakit kalau mengingat hal itu. Ia sudah sadar apa yang ia rasakan. Makanya untuk saat ini ia ingin mencoba melupakan. Walaupun itu tidak mudah.
Haechan menghela napas lelah. Sejak perbincangan dirinya, Kamal, dan Jasmin di kantin rumah sakit saat menyelesaikan kasus Junkyu. Gadis itu terus menghindari Haechan, sampai sekarang Haechan terus mencari kesalahan yang ia perbuat pada gadis yang duduk di belakangnya.
Bahkan setiap sebelum tidur, Haechan selalu menanyakan kesalahannya kepada Mark. Teman arwahnya yang selalu menemani Haechan ke mana pun. Haechan tak pernah merasa secanggung ini kepada orang yang ia kenal.
Jadi, ada rasa aneh yang ia rasakan ketika ingin mencoba berbicara dengan Jasmin.
"Lo... udah ngindarin gue sebelum kejadian kemaren. Kenapa?" tanya Haechan saat motornya berhenti akibat lampu lalu lintas berwarna merah.
Jasmin berdecak. Harusnya tadi ia naik busway saja jika Haechan mengungkit hal-hal yang tak ingin Jasmin bahas. Bukan Jasmin tidak mau menerima tumpangan Haechan, tapi Jasmin paham betul apa yang akan lelaki itu bahas saat di perjalanan.
"Gak papa," jawab Jasmin dengan singkat.
Haechan berdecih, "kalo gak papa kenapa jauhin gue? Kalo gue punya salah bilang."
Jasmin mengernyit, kenapa lelaki itu malah jadi memarahinya?
"Hati gue yang salah udah suka sama lo," tentu saja Jasmin hanya mengatakannya di dalam hati.
Untung Haechan bukanlah Brelin yang dapat mendengar ucapan hati seseorang. Mungkin ia akan menghilang jika hal itu terjadi. Mengenai perasaan Jasmin, Brelin sudah tahu dari lama. Selain karena memang Jasmin selalu bercerita kalau memiliki masalah, Brelin juga memang termasuk orang yang peka pada gerak-gerik orang-orang di sekitarnya, kecuali peka dengan perasaan laki-laki lain kepadanya.
"Hah? Enggak, kata siapa?" tanya Jasmin mencoba untuk terlihat biasa saja.
Haechan melirik Jasmin lewat kaca spion dan mengulum bibirnya sebentar.
"Gue baru bentar temenan ama lo tapi gue paham, gue bisa ngerasain kalo lo jauhin gue Jasminㅡ"
Tiin
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...