38. Rumah Sakit

1.4K 310 25
                                    

"Gak!" tolakan Kamal membuat Haechan mendengus.

"Kita di sini cuman bentar Mal, lo jangan jadi kek pengecut. Ini cuman rumah sakit doang, lo anggep aja 'mereka' setan," ujar Haechan kepada lelaki yang memiliki tinggi badan beberapa centimeter di atasnya.

"Ck, ya kan mang setan anjrit," jawab Kamal yang kini makin kesal oleh ucapan lelaki berkulit tan di depannya.

"CHAN!! MAL!! BURU MASUK!!" teriakan Jaemin yang kini berada sepuluh meter dari mereka berdiri, membuat Haechan dengan tenaganya menarik seragam yang Kamal kenakan dan menggeret lelaki berwajah blasteran itu memasuki lorong rumah sakit yang kini nampak ramai.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat dua belas waktu indonesia barat. Jeno saat di perjalanan sempat menghubungi Irene untuk mengabari bahwa sepertinya kasus hari ini membuat mereka tak bisa kembali ke sekolah sampai pulang. Tapi tak diduga bahwa sekolah pun saat ini sudah sepi karena dipulangkan.

Agak lega rasanya, jadi mereka tak perlu merasa was-was untuk tidak masuk sejak pagi. Walaupun sebenarnya memang kelas tidak belajar atau bisa dikatakan bebas karena memang sebentar lagi waktunya libur kenaikan kelas.

Kembali kepada mereka kecuali Renjun dan Jisung yang sudah lebih dulu berada di depan ruang unit gawat darurat rumah sakit. Sembilan orang termasuk Junghwan dan Junkyuㅡmelangkah menuju ruangan yang sudah tak jauh dari mereka melangkah sekarang.

Waktu yang akan menuju makan siang, membuat lorong rumah sakit begitu ramai oleh pembesuk yang datang. Dan beberapa pasien yang berlalu lalang dengan tiang infusㅡmenemani mereka atau bahkan ada pula yang memakai kursi roda dengan suster berpakaian putih yang menemani.

"Rame banget anying," bisik Haechan yang berada di barisan terakhir dengan Kamal di sebelahnya.

Tentu saja ramai yang ia maksud bukan hanya dari manusia yang berlalu lalang, melainkan makhluk astral yang berdampingan dengan kehidupan manusia.

Kamal melirik dan mendesis, "sape tadi yang maksa-maksa gue buat masuk."

Haechan menggaruk belakang lehernya yang tak gatal dan mencoba untuk fokus ke depan dan tak melihat arwah-arwah 'baru' yang melewati mereka.

Langkah mereka memelan saat ruangan unit gawat darurat sudah berada beberapa centimeter di depan mereka. Seperti Chenle yang langsung bertanya mengenai kondisi wanita paruh baya yang beberapa waktu lalu sempat membuat mereka panikㅡkepada Renjun yang sudah duduk di kursi panjang alumunium dengan Jisung di sebelahnya yang tengah mengecek ponsel.

Lalu kembali memasukkannya saat merasa ada yang duduk di sebelahnyaㅡKamal.

"Gimana kata dokter?" tanya Kamal kepada lelaki bermata sipit itu.

Jisung melihat pintu ruangan unit gawat darurat terlebih dahulu, "kita telat banget bawa ke rumah sakit. Lukanya juga bukan cuman dua, tapi empatㅡpunggung, betis, bahu sama lenganㅡ"

"ㅡkekurangan banyak darah, tapi kita beruntung stok darah di sini lagi banyak, atau bisa dibilang baru keisi, gitu dah... gue kagak begitu paham, tapi kasarnya begitu."

Kamal mengangguk sesekali mengusap lengannya yang merasakan 'tetesan darah' dari sebelah kanannya yang terdapat ruang kosong. Mengingat ia duduk di paling kanan.

Jisung mengernyit dan menatap penuh tanya Kamal, "kenapa lo?"

"Hahㅡenggak, gue cuman gatel aja," jawab Kamal seadanya.

Walaupun kenyataannya ada arwah dengan bau busuk dan wajah rusak tengah berdiri dengan pakaian hitam penuh darah dan tetesan darah dari dahinya yang terus menerus menetes dan mengenai lengan Kamal saat ini.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang