Boneka beruang dengan perut bekas jahitan dan warna cokelatnya kini sudah mereka letakkan di atas single sofa ruangan diskusi. Sedangkan Brelin nampak serius mendengarkan kedelapan anggota lainnya yang sibuk saling bertukar pikiran.
"Iya, gue ada kenalan rumah sakit buat ngecek DNA sidik jari. Kalian gak ada yang megang-megang kan?" tanya Jaemin sambil mengedarkan pandangannya memperhatikan wajah serius mereka satu-persatu.
Kedelapannya mengangguk mengiyakan. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, Renjun sengaja mengajak mereka semua untuk kembali membicarakan kasus tersebutㅡyang tanpa disadari terhubung kepada kematian Mark yang Haechan kiraㅡarwah lelaki itu meninggal karena bunuh diri.
Dari apa yang Mark ceritakan, lelaki itu didorong seseorang saat dirinya tengah berada di atap sekolah merenungi semua bebannya akibat orang tua yang selalu menuntutnya dalam belajar.
"Mm... gu-gue pengen minta ke Kak Haechan sama Kamal. Anu- gue... pengen sebentar aja ngomong sama arwah Mark, tapi gue bingung juga mau ngobrolnya gimana... apa gue buka mata batin aja ya?" tanya Brelin kepada dua lelaki yang juga memperhatikan ia berbicara.
Jasmin mengerjap dan mengernyit, "si Brelin ngapain kudu buka mata batin? Kan ada gue."
Brelin menaikkan alisnya bingung, lalu membulatkan mulutnya kala mengingat kemampuan Jasmin yang memang dapat menampung arwah bahkan dapat merasakan bagaimana arwah itu mengambil alih tubuhnya.
"Bisa? Ya udah... kalo gitu gue mau langsung aja," ujar Brelin dengan cepat tanpa berbasa-basi.
"Emang mau ngomongin apa Lin?" tanya Renjun penasaran.
Brelin tersenyum tipis, "dugaan gue aja."
Jasmin sendiri sudah menundukkan wajahnya dan memejamkan mata. Sedangkan Mark sendiri meneguk salivanya susah payah. Sebenarnya ia amat sangat payah dalam melakukan hal ini, makanya mengapa Jasmin dapat mengingat memori Mark saat mengambil alih. Tentu saja karena Mark masih tidak bisa mengontrol rahasianya.
Jasmin yang sudah diambil alih itu kini memegang kepalanya sebentar, lalu mengerjap-ngerjap. Dan mendongak.
"Mm... hai guys?" sapa Mark dengan canggung.
Saat itu juga suasana amat ramai oleh Chenle dan Kamal yang terbahak dengan suara lumba-lumba mereka. Haechan yang kebetulan di sebelah mereka hanya bisa menutup telinga.
Entah apa yang membuat kedua lelaki itu tertawa terbahak.
"Muka Jasmin kek nahan boker, itu beneran udah dimasukin?" tanya Kamal sambil menunjuk Jasmin mengejek.
Mark yang berada di dalam tubuh Jasmin menatap datar keduanya. Merasa sebal.
"Gak usah ketawa lo setan! Jadi... Bre.. Lin? Lo mau ngomongin apa?" tanya Mark yang kini langsung menoleh kepada Brelinㅡyang sekarang sudah menatap Mark.
Brelin bisa merasakan bagaimana perbedaan pancaran tubuh Jasmin. Entahlah, itu yang Brelin rasakan.
Brelin mengambil sebuah kertas terlipat dari dalam kantung seragamnya. Hanya kertas kosong, lalu tak lupa mengambil pulpen dari saku roknya. Dan mulai membuat coretan di atas kertas tersebut.
"Pertama subjek kita ini Yuna, terus... objeknya boneka cokelat, terus... tanggal kematian MarkㅡKak Mark, okeh... gue jelasin sebentar tiga segitiga yang berhubungan ini," ujar Brelin sembari memberikan ilustrasi pada kertas HVS yang ia ambil dari kertas yang seharusnya ia gunakan untuk oret-oretan ulangan matematika.
"Pertama... Yuna bilang kalo boneka cokelat ini neror diaㅡatau kita bisa realistisin dengan nganggep kalo seseorang nakut-nakutin Yuna lewat bonekanya. Naah... dari ini aja kita udah punya patokan kalo orang ini neror Yuna dan alesannya nih kalo bukan karena bales dendam yaitu ngasih pesan tersembunyi, sampe sini paham?" tanya Brelin kepada yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...