Sambil menunggu di kursi panjang berbahan alumunium, mereka mendengar dengan seksama apa yang Jasmin ucapkan dengan jiwa Mark yang berada di dalamnya.
Setelah seharian kemarin Mark tidak kelihatan, akhirnya lelaki itu muncul di kamar Haechan pada pagi hariㅡdi hari ini. Wajahnya linglung dan bingung. Setelah berkonsultasi kepada arwah bernama Yuta, Mark akhirnya kembali dengan rutinitasnya yang mengikuti ke mana Haechan pergi.
Dan kini dengan wajah Jasmin yang tampak serius jiwa Mark menjelaskan mengenai siapa yang mengawasi mereka selama ini. Bahkan arwah lelaki itu membawa perempuan yang ternyata membuat Haechan sendiri takut-takut sebelumnya.
Perempuan dengan tubuh transparannya kini menjawab semua ketakutan Haechan. Mark bercerita bahwa arwah perempuan itu bernama Wonyoung, tentu saja mereka semua yang mendengarnya terkejut bukan main.
Tentu saja ada kesedihan saat Mark menceritakannya. Padahal mereka kira gadis bernama Wonyoung itu masih hidup dan Brelin sendiri sudah berniat mencari tahu identitasnya agar masalah ini cepat selesai.
Haechan dan Kamal bisa melihat arwah itu yang tertunduk sambil melayang tak jauh dari mereka berada. Wajah cantiknya tampak pucat dengan ekspresi yang terlihat lesu. Kamal menatap iba arwah itu, katanyaㅡWonyoung memiliki umur yang sepantaran dengan Kamal, Chenle, Jisung, Jasmin, dan Brelin.
Siapa sangka usianya yang masih muda itu sudah dijemput maut. Membuat mereka seketika dapat mengerti maksud dari Mark yang membawa gadis itu kemari.
"Dia dari kemaren ternyata gak berani nampakin diri karena takut." Ujar Mark dengan tubuh Jasmin yang kini menunduk dan menghela napas pasrah.
Renjun mengernyit, "takut kenapa?"
Mark dengan tubuh Jasmin mendongakkan kepalanya, "selain ada gue, dia juga takut Haechan sama Kamal ngeliat dia. Kan udah gue bilang dia gak ada tujuan, dia juga ngikutin Kamal terus kalo mau tau karena dia tau kalo Kamal bisa liat, cuman nggak berani ngedeket."
Kamal menoleh ke arah Wonyoung berada. Ia menghela napas pelan, benar-benar miris. Terkadang Kamal merasa iba jika bertemu dengan arwah gentayangan seperti Mark dan Wonyoung menghabiskan waktunya di dunia. Bukan apa-apa, hanya saja melihat mereka tidak tenang dan tak bisa ke atas tentu saja sangat menyakitkan. Apalagi ketika mereka bisa dengan bebas melihat kondisi keluarga yang larut dalam kesedihan.
Brelin yang berada di sebelah tubuh Jasmin, menepuk bahu gadis itu pelan. Ia bisa merasakan kesedihan Wonyoung maupun Mark yang kini bisa merasakan apa yang Wonyoung rasakan.
Ketika arwah lain dapat naik ke atas dengan tenang, mereka dengan tak tentu arah tertahan, tak ada teman, bahkan keluarga yang mereka kenal pun tak bisa melihat mereka yang kesepian.
"Lo sama Wonyoung jangan cemas, okeh? Kita bakal selesein ini semua, kalian berdua.... bisa ke atas dengan tenang," ujar Brelin dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca.
Walaupun ia hanya sekali dua kali berinteraksi dengan Mark dalam tubuh Jasmin. Tetap saja ia dapat merasakan bahwa arwah lelaki itu adalah orang yang baik. Tak seharusnya ia masih di sini, namun di sisi lain ada rasa di mana Brelin tak ingin arwah itu pergi. Brelin bahkan sudah menganggap arwah itu temannya.
Renjun yang berada di sebelah gadis itu menepuk bahu Brelin yang bergetar sudah menangis dan menutup wajahnya. Bagaimana pun Brelin bisa merasakan arti kesendirian itu sendiri. Bagaimana mereka tak menganggap dirinya ada, dan tak merasakan apa yang mereka rasakan.
Rasa iri yang besar pasti sangat melekat dari perasaan mereka.
Cklek
Bunyi pintu terbuka terdengar jelas di koridor yang kini nampak sepi. Hanya ada mereka yang berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft Hueningkai
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ 🌟🌟🌟 ;2nd book of Detektif H2J2 ➳➳➳ ❞Lo kalo mau berak nggak papa Haechan.❞ ❞Enggak, enggak, anjrit si Brelin! Baca pikirannya bisa nggak nanti aja?!❞ Haechan menatap perempu...