5. Perlindungan DND

1.6K 365 31
                                    

"Giniㅡgue, Kamal, Jisung, Jaemin, Renjun, ngikutin dari belakang. Gimana?" tanya Haechan.

Rencana yang sebelumnya amat sangat tak diterima oleh kedelapan orang itu. Begitu saja dijalankan setelah Brelin dengan wajah pucatnya memohon untuk rencana Jeno diiyakan, karena hanya itu satu-satunya cara bagi Brelin untuk membayar terima kasihnya kepada merekaㅡkarena telah dengan suka rela membantu.

"Lo gak mau nemenin si Jeno sama Chenle aja Chan?" tanya Renjun karena tentu saja empat orang lelaki pun sudah cukup.

"Enggak Njun, gue punya perasaan gak enak dari kemaren." Haechan mengelus tengkuknya sambil menggigit bibir.

Sedangkan mereka saat ini masih berada di ruangan Chenle yang penuh dengan alat teknologi yang sering ia gunakan untuk belajar pemograman secara autodidak. Pendingin ruangan bersuhu enam belas derajat sangat menemani mereka dan membuat suasana pun terasa lebih nyaman. Apalagi ada camilan gratis yang sudah disiapkan.

Kalo kata Haechan, 'nikmat tuhan mana lagi yang dusta.'

Dan hanya Jaemin yang dengan enteng memukul kepala lelaki ituㅡdengan amat gemas.

"Oh ya guys, rumah gue kan selalu sepi nih, pembahasan juga keknya gak bisa selesei sampe sini aja. Lo semua ada yang mau nginep gak? Soal seragam buat besok mah santai ajaㅡnanti gue siapin," ujar Chenle yang kini mengambil ponselnya yang sebelumnya ia letakkan di karpet berbulu.

Mata keenam lelaki itu seketika berbinar.

"Boleh Le? Asek, kalo gitu gue telpon nyokap dulu biar kagak usah nunggu gue pulang," ujar Jisung dengan wajah senang.

"Manteep dah, pokoknya nanti buatin makanan yang enak yak Le? Otw kabarin ortu kalo gitu," ujar Haechan yang dengan sigap mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

"Bang lo mau nginep juga? Terus gue gimana?" tanya Jasmin yang sudah amat hapal dengan ekspresi Kakaknya itu yang siap mengucapkan kata-kata yang membuat suasana menjadi semakin heboh.

Chenle menoleh, "kalo mau... lo bisa tidur sama Brelin aja. Kamar Brelin kasurnya king size kokㅡatau mau kalian berdua di kamar tamu kerja yang satunya, kasur di sana ukurannya super king size."

"Waah... asik ikut nginep, boleh kan Bang?ㅡeh gak usah Le, gede amatㅡyang kamer Brelin juga cukup. Ya kan Lin?" tanya Jasmin sambil menatap Brelin yang kini tengah sibuk menyuapi Yuli dengan camilan yang Chenle hidangkan.

Jaemin tersenyum tipis dan mengangguk, "selagi lo masih bisa gue pantau mah oke aja."

Brelin menoleh dan menaikkan alis, "oh iya Jas."

"Oke sip, kalo gitu gimana misal sekarang kita diskusinya di ruang sebelah? Di sini sempit banyak elektronik," ujar Chenle kepada kedelapan orang di sekitarnya.

KamalㅡHueningkai mendengus, "si Chenle abis lahiran kucing ape gimana sih? Nyuruh pindah-pindah mulu."

"Tau lu Le, tau dah nih pinggangㅡbolak-balik mulu. Udah rumah lo gede," ujar Jaemin menambahkan.

Chenle terkekeh, "kan tadi mau liat CCTV. Eh gak jadi katanya besok, jadi sekarang ke ruang sebelah aja yang lebih enak. Di sana kalian bisa sambil tiduran, sambil makan, ada tempat pijetnya juga. Kuy?"

Haechan sendiri sudah berdiri dan merenggangkan ototnya yang terasa kaku.

"Uwaaa!! Ayok Le, di mana? Udah ngantuk nih gue," ujar Haechan dengan senyuman lima jarinya.

Chenle mengangguk dan menginterupsi kedelapannya untuk mengikutinya keluar ruangan pribadi Chenle. Brelin yang paling belakang terkekeh saat Yuli dengan wajah imutnya mendongak dan bertanya apa yang akan mereka lakukan.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang