+×+
Hari ini yara mau belajar buat ulangan besok, dia bentar lagi naik kelas 2.
Malam hari tanpa bintang sdikit kurang karna cuaca yg memang tidak mendukung.Yara menatap keluar jendela kamarnya yg sedang hujan itu, akhir akhir ini suka turun hujan.
Melihat hujan,terbesit memori di mana ia sangat bahagia ketika tau hujan turun, bermain bersama dia di bawah deras nya hujan, tak perduli kekhawatiran bunda yg sudah memperingatkan mereka sedari awal.
Tubuh kecil itu terpental jauh di atas aspal jalanan yg basah bercampurkan darah yg mengalir dri sekujur tubuh nya, yara yg baru sja datang itu hanya bisa berdiri mematung. Kaki nya berat melangkah,mulutnya susah berteriak, namun air mata nya dapat turun dgn deras.
bersyukur mereka mau ber tanggung jawab atas kecelakaan yg menimpa itu, tpi sayang nya semua nya hrs terlambat begitu sja, takdir Tuhan berkata lain.
Dia... Dia
Pergi..
Meninggalkan mereka semua.Selamanya.
Di hantui rasa bersalah melihat bunda yg setiap harinya seperti orang yg tersiksa, dia frustasi dan keadaan menjadi kacau saat itu, meskipun sudah di katakan bahwa itu memang bkn kesalahan nya dan murni kecelakaan tapi tetap sja menjadi orang yg tdk berguna adalah pikiran yara saat itu.
Dada yara mendadak sesak, air mata nya turun lagi, dia benci ini tapi dia juga sadar dia seorang wanita yg sangat mudah lemah.
Kenapa mendadak begini? Memori lama yg berusaha ia lupakan itu slalu muncul di hening nya malam,
Dan yara bersyukur tdk ada siapapun yg mendengar ia menumpahkan segalanya pada saat itu juga.Tangan yara bergerak cepat menghapus jejak air mata nya yg semakin lama semakin deras ini ketika tau ada orang yg mengetok pintunya dari luar.
"Masuk" Ucap yara dgn suara yg serak dia gamau terlihat abis nangis di depan bunda atau abang nya.
Cklekk..
"Abang?" Panggil yara krna itu ada minseo yg lagi berdiri di bibir pintu sambil melipat tgn di dada, dia cma berdiri tanpa mau masuk, aneh biasanya jga main nyosor gtu aja.
Minseo perlahan tersenyum membuat yara bergidik ngeri, ini beneran abang nya kan? Lagian ini jga udah mlm loh, kalo bkn minseo gimana? Jgn blg minseo—
"Kenapa?" Tanya minseo membuat yara binggung, maksud?
Minseo membuang napas kasar, perlahan mendekati yara, tpi sebelum itu dia menoleh ke arah hordeng jendela yg terbuka, memperlihatkan suasana luar yg sedang turun hujan.
"Pantas" Batin minseo tersenyum miris.
"Jgn pura pura bego, tadi malam dan skarang malam ini.. Beruntung cuma gue yg dengar" Ucap minseo membuat yara membeku di tempat.
Itu artinya abang nya mendengar dia yg semalam....,
"Maksud abang apa sih hahaha, lagian tdi malam yara lagi marathon drakor kebetulan aja sad ending makanya nangis" Ucap yara dgn senyum manisnya.
Dia tadi mlm emang beneran nangis tpi kok bisa ketahuan? padahal udah ketutupan bantal, kamar mereka emang berseblahan tpi pintu nya di tutup kok.
"Payah, lo ga bisa bohongin abang lo sendiri Lee ayara." Ucap minseo dgn nada serius bikin yara menatapnya dgn takut takut.
"A-abang knapa sih hahahaha..." Yara mendadak tertawa padahal gada yg lucu, membuat minseo menggeleng geleng kan kepalanya. Ketawa paksa sih lebih jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feign Love || Park SungHoon
Fiksi Penggemar"Lo serius sama tu cewe?" "Ngk" "Lah bukannya keluarga kalian udah deket? "Trus?" "Sapa tau di jodohin" "Bisa dibatalin" "Kalo dinikahin gimana lo?" "Masih bisa cerai kan" ------------ Ah haiii Welcome to second story[𝔣𝔢𝔦𝔤𝔫 𝔩𝔬𝔳𝔢] Baca lalu...