kapur

290 53 6
                                    

"ALEA BURUAN IH!," Teriak Diva dari halaman.

Entah sudah berapa lama Diva menunggu diatas motor dengan tatapan sengit menatap pintu rumah yang tak kunjung memperlihatkan sosok Alea.

Diva sudah bermuka masam, dia malas menunggu, sangat tidak etis!. "ALEAAA!!! IH BURU!!!"

"SABAR!"

Boro-boro disuruh masuk, disuguhin minum aja enggak, dasar anak ayam!.

Akhirnya Alea terlihat di daun pintu, menutupnya, lalu berjalan kearah Diva dengan wajah tanpa dosa.

"Dah yuk"

Diva masih menatap Alea datar, keinginannya untuk mencabik-cabik Alea meningkat.

"Sabat div sabar, biasa nak tiri kek gini"

Alea berdecak, "Lama lu"

"Ngaca!"

Bodo amat, itu yang Alea tanamkan dibenaknya saat ini, tanpa mengindahkan Diva yang sudah komat-kamit mengucap sumpah serapah untuknya.

"Jalan bwang"

Diva mendengus, menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Diam-diam Diva juga kepo, ngapain aja Alea sama Jason kemarin, gadis yang tengah menatap jalan sembari melamun itu masih tidak percaya Jason berbicara kepadanya kemarin. Maklum itu adalah obrolan pertama mereka.

Meski singkat, dan Alea yang menjadi topik utama, Diva tetap bangga. Hei kapan lagi bisa ngobrol sama Jason Wiliam Winata.

Cittt.

"Aduh!," Alea meringis ketika Diva berhenti mendadak.

Dengan raut kusut Alea membenarkan helmnya, memukul punggung Diva yang langsung membuat empunya meringis.

"Heh!, Lu kalo mau mati jangan ngajak gw dongo!"

"Bacot anjing!"

"HEY EPRIBADEH!," Diva dan Alea sontak menoleh ke samping, menatap si Double Rell dengan datar.

"Kenapa say?, Motornya mogok?, Kehabisan bensin?," Tanya Aurelly dengan nada menyebalkan.

"Mobil rentir gausah sok sok an lu!"

Aurella menyembulkan kepalanya, "Oh lu nantang jambak-jambakan lagi?"

Diva memutar bola matanya malas, "Gw kira Lo bakal main lebih berani, eh tau-taunya main cara dasarnya cewe"

Alea menepuk bahu Diva sembari menggeleng, "Cuekin aja, cepet jalan"

"Ayo ah," bisik Alea.

"Dih takut kan Lo?," Balas Diva sembari tersenyum menggoda.

"Banyak cekcok lu, udah ayo!"

Diva terkekeh sembari menjalankan motor maticnya kembali tanpa sedikit pun menoleh ke arah Aurella dan Aurelly.

"Sialan tu anak, belum tau rasanya nelen kapur," Aurelly mendengus seraya melipat tangannya didepan dada, Aurella yang masih menyembulkan kepalanya dikaca bersuara, "Oiya, lu dulu ga sengaja nelen kapur kan pas tk?"

Sunyi.

~~~~~~

Windy mengucek matanya yang terasa lengket, direnggangkannya otot-otot yang terasa kaku sembari bangkit, duduk di tepian ranjang. Dengan rambut yang acak-acakan dan wajah bantal, Windy melirik jam dinding kamarnya.

Mata Windy yang masih melihat dengan samar, mencoba untuk memfokuskannya dengan mengerjap beberapa kali.

06.47

"GILA!"

Windy langsung meraih handuk mokanya dengan kasar lalu keluar kamar. Ritual mandi yang biasanya ia lakukan selama 15 menit tidak dapat ia jalankan. Dengan cepat Windy langsung memakai seragamnya, menguncir rambutnya asal-asalan serta sepatu yang talinya menjontai diabaikan tanpa diniati untuk ditali.

"IBU!"

Windy menggeram ketika ibunya masih bergelut dengan kasur, daripada repot harus membangunkan ibunya yang tentu menghabiskan waktu, Windy tanpa aba-aba langsung keluar dari rumah dengan sepedanya, dan cukup terkejut dengan Ridwan yang tengah berdiri bersandar di motornya.

"Ngapain lo disini?"

Ridwan yang tengah melirik jam tangannya menoleh, menatap Windy dengan senyum lembut yang jarang dia tunjukkan.

"Mau gw anter ga? Naik sepeda udah pasti telat sih"

Windy menatap Ridwan malas, berbincang dengan laki-laki ini semakin membuang-buang waktu.

"Gaperlu, gw bisa berangkat sendiri," Windy sudah hampir mengayuh sepedanya tatkala Ridwan kembali berbicara.

"Jam 07.08, kira kira pukul berapa Windy sampai ke sekolah," ucap Ridwan dengan nada menyebalkan.

"Ih"

_•_

Fyi, ini cerita bukan cerpen, alias yang cuman 15 part atau kurang bakal selesai. Cerita ini bakal lumayan panjang, cuman ya sengaja setiap part-nya dikit, biar bisa update tiap hari. Dah gitu.

Sekali lagi, yang ini formal.

Ayo vote/komen, belajar menghargai seseorang dengan sederhana.

Menulis tak semudah apa yang kamu bayangkan, dan mungkin hanya bisa kamu rasakan ketika kamu sedang berada di posisi itu.

Jadi....

Tolong vote dan komennya(^^)

TIDAK LAGI UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang