Simple untuk bahagia

107 25 1
                                    

Jason menguap, matanya terbuka perlahan. Seperti manusia biasanya, ngulet adalah hal terpenting saat membuka mata. Dengan santai Jason merenggangkan tubuhnya yang masih terbaring dikasur.

Laki-laki dengan muka bantal yang baru membuka mata itu menggaruk dagunya yang gatal, lalu melirik jam dinding dikamarnya yang menunjukkan pukul 2 siang.

Karena bukan golongan para darah rendah, dengan santai Jason bangkit dari tidurnya. Berdiri dengan tegap lalu kembali melakukan peregangan tubuh. Dari balkon kamarnya yang tertutup gorden, bisa terlihat jelas bahwa siang ini sangat terik.

Jason menoleh kesana-kemari, sorot matanya meneliti seisi kamar mencari ponselnya yang ternyata tergeletak di atas nakas.

Tangan besar Jason yang masih sedikit lemas meraih benda pipih berlogo iPhone miliknya. Terdapat beberapa notif, diantarnya dari Alea yang selalu berada paling atas, grup aneh yang dibentuk Evan, dan pesan kecil dari beberapa orang yang tidak mau Jason bahas.

Biasalah, orang ganteng nih bos.

Jason membalas pesan Alea terlebih dahulu, memberikan kabar dan menjawab pertanyaan Alea yang sudah gadis itu kirimkan sejak satu jam lalu.

Tak mau kalah, Jason juga melontarkan dua pertanyaan, salah satunya sama dengan pertanyaan yang Alea lontarkan. Dan satunya lagi adalah bentuk ke-kepoan seorang Jason Wiliam Winata.

Dua menit terkirim, pesan dari Jason langsung Alea balas. Dengan jawaban sederhana dan emoticon. Jason terkekeh, ia yang sejak tadi berdiri langsung mendudukan diri diatas kasur.

Jari-jari Jason kembali menari diatas keyboard, mengetikkan balasan singkat atas jokes yang baru saja Alea lontarkan.

Ditempat lain Alea tengah duduk diteras, sesekali atensinya teralih oleh suara motor dan kendaraan lainnya yang lewat didepan rumahnya.

Pengamat cogan(✿^‿^).

Sejujurnya Alea bukanlah tipikal orang yang ramah di chatting seperti yang terlihat. Ini hanya Alea tunjukan kepada Jason dan beberapa orang lainnya.

Namun tidak kepada Diva, mengapa?, Entahlah. Intinya Alea sangat kaku kepada sahabatnya sendiri, menjawab dengan satu huruf keramat seperti : y,g, atau mungkin, ha?, Haha, hm.

Memang perlu diruqyah yang seperti ini. Alea tersenyum tipis, tanganya mengambil cemilan keripik kentang diatas meja, memasukannya kedalam mulut lalu kembali sibuk membalas pesan dari Jason.

Hawa panas diluar membuat Alea malas, tapi angin semilir yang sejak tadi menerpanya sangat memancing gadis remaja ini untuk duduk diteras. Percayalah ia lebih sering menghabiskan waktu untuk rebahan di kasur king sizenya yang nyaman. Hahahah.

Tapi itu semua terkadang tak berlaku, terutama untuk hari minggu. Hari yang mungkin menjadi hari favorit banyak orang, tapi tidak dengan Alea.

Mengapa?, Disitulah hari paling melelahkan dalam seminggu. Dimana ia harus membersihkan rumah secara full hingga detailnya.

Yang bisanya dia hanya harus, menyapu, beres² rumah, ruang tamu, kamar, memasak terkadang mencuci baju dan menggosoknya.

Namun di hari libur ini Alea harus membersihkan jaring laba-laba yang membludak di setiap ruang rumahnya. Oke dia jadi ingat dengan ucapan Diva.

'Laba-laba bikin jaring itu bener-bener susah dan lama banget', bentuknya juga simetris dan bla-bla-bla.

Alea gatau Diva ngarang ucapan atau enggak, "kalau pun yang Diva ucapin itu bener, ya salah laba-labanya sendiri ngapain bikin jaring dirumah gue."

Ya, beginilah Alea, ngomong sendiri, ngoceh sendiri. Nerocos Mulu emang idupnye.

Kembali lagi dengan Jason, kini ia kembali berbaring di kasurnya. Meski tak menutup mata, namun rasanya malas sekali untuk bergerak hari ini. Jangan-jangan ini sindrom yang Alea tularkan?.

Bwa.

Suara ketukan pintu, mengalihkan atensi Jason dari ponselnya ke arah pintu. "Iya masuk aja!," Ucap Jason dengan santai.

Tak mengira yang masuk adalah sang ayah, Jason langsung bangkit. Sedikit kaget dan syok. Sebelumnya ayahnya sangat jarang memasuki kamarnya. Bila masuk pun ia tak akan pernah mengetuk pintu.

Aneh.

"Nanti malem ada acara kantor di rumah kakek kamu, jangan kemana-mana"

Jason terdiam sebentar, "Acara kantor? Buat apa gw ikut?"

Nafas kasar Terdengar di telinga Jason, ia dapat merasakan laki-laki tua dihadapannya ini sedang menahan emosi.

"Kakek kamu yang ada-in, beliau minta kita dateng. Udah gausah banyak tanya, pokoknya kamu ikut," setelah mengucapkan apa yang diperlukan, sang ayah langsung keluar dari kamar tanpa melihat kembali anaknya.

Jason hanya menatap pintu kamarnya sembari berkedip, lalu kembali fokus kepada ponselnya. Ujung bibirnya tertarik ke atas ketika membaca pesan dari Alea.

Rasanya Jason baru tau, sesimple itu untuk bahagia.

𒆜𒆜𒆜𒆜

Sean terdiam, dihadapannya ada Aluna yang sibuk menikmati makan siangnya. Aluna melirik Sean sekilas, laki-laki tukang galau ini terus saja menarik nafas, membuat telinganya lelah mendengar.

"Gausah tarik nafas terus anjing, gw gedek dengernya. Serasa Lo ngeluh mulu tau ga?," Ucap Aluna santai namun dengan mata melotot.

"Suka-suka gue," tak mau kalah Sean menjawab dengan santai, namun dengan sorot mata tajam.

Aluna berdecih, lalu kembali mengacuhkan Sean seperti beberapa menit sebelumnya. Makanan saat ini lebih menggoda baginya.

Rumah Sean terasa sepi, hanya ada dentingan sendok yang Aluna hasilkan. Rasanya hampa dan membosankan, sangat. Jarang sekali seorang Sean mengacuhkan ponselnya, namun nyatanya  saat ini, ponselnya hanya terbaring di atas meja.

Hening, Aluna bahkan tak mengajak Sean mengobrol sedari tadi. Bahkan yang dilakukan Aluna hanyalah menyusahkannya dengan menyuruh Sean memesan gofood.

Sialan memang.

Tapi tidak apa, karena Sean adalah remaja yang tampan yang baik hati dan tidak sombong, emm poin utamanya, Sean cukup kaya. Jadi gofood Aluna yang bukan seberapa tak akan membuatnya jatuh miskin.

Lama terdiam dalam haluan masing-masing, Sean mulai mengetuk meja dengan telunjuknya. Melirik Aluna yang sedari tadi tidak ia perhatikan.

"Jalan-jalan yuk"

Aluna mengentikan aktivitas makannya, tersenyum miring tanpa mengalihkan atensinya pada piring kosong dihadapannya.

"Okeh!," Aluna menaruh sendok dan garpunya dengan keras. Membuat Sean terlonjak mendengar dentingan kedua benda besi yang terbentur piring.

"Santai"

"Sekarang?," Tanya Aluna menatap Sean dengan mata berbinar.

"Sabi lah, yok gas ngengg"

Aluna tertawa kecil, ia bangkit dari duduknya bersamaan dengan Sean yang sudah lebih dulu berjalan didepan.

Dan saat Sean sudah berjalan jauh meninggalkannya, Aluna tersenyum tipis.

"Diva, Lo ready kan?"

"Luna!, Buruan anjir!"

"Sabar monyet!"


𒆜𒆜𒆜𒆜

Bau bau tikungan.

Dikit banget ga si part-nya?.
Ngehe.




TIDAK LAGI UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang