Menjauh

169 33 4
                                    

Windy memutar pulpennya, sedari tadi yang dilakukan gadis itu hanya melamun. Tak tahu apa alasannya, tapi gadis itu merasa ada yang aneh. Sesuatu yang terasa kurang.

Suasana kelas mulai ramai, kursi kosong semakin berkurang. Sesekali Windy melirik ponselnya yang hening, tak ada notif satupun. Padahal biasanya dentingan ponsel yang terus menerus membuat Windy pusing, nyatanya saat tak terdengar satupun notifikasi, Windy merasa sepi.

Bagian belakang buku tulis sejarahnya pun sudah penuh tercoret tinta hitam.

Bisakah ada yang menjelaskan apa yang terjadi pada Windy saat ini?.

Dan sepertinya ini jawabannya.

Ridwan memasuki kelas dengan diam, beberapa orang sebelumnya sudah menyumpal telinga, mengambil ancang-ancang ketika saja Ridwan kembali berteriak keras. Namun aneh, Ridwan tak seceria biasanya. Dia hanya berjalan santai dengan tangan disaku.

Padahal setiap pagi, membanting pintu dan berteriak ada ciri khas kedatangan seorang Ridwan. Apa yang terjadi saat ini?.

Windy yang melihat itu hanya bungkam, laki-laki yang selalu mengusiknya berubah. Dia tak menghampiri, yang dilakukannya hanya menarik kursi lalu duduk dengan kepala yang ditenggelamkan di tumpukan tangan.

Bisa dikatakan banyak yang hancur sejak kemarin dan hari ini bukan?.

Scandal Diva dan Sean.
Kepatah hatian Alea terhadap Jason.
Dan kini, rasa aneh yang dirasakan Windy atas sikap Ridwan.

~~~~~

Suara motor terdengar melewati gerbang masuk pelataran sekolah. Sang ketua OSIS yang masuk dengan senyum manis, menyapa beberapa orang yang ia temui di gerbang.

Motor Alarik berhenti tepat di parkiran, gadis yang duduk di jok belakang turun, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Alarik tersenyum, melepaskan helm lalu ikut menata rambutnya.

"Lo dikelas mana?"

Pertanyaan dari sang pangeran membuat putri kecil mendongak.

Aurella tersenyum manis, "12 Ips 6"

Alarik mengangguk paham, keduanya masih berhadapan saling menatap di tempat parkir.

"Berarti kita harus pisah disini, gw duluan ya," Alarik melambaikan tangannya.

Aurella mengangguk mantap, matanya melirik name tag laki-laki dihadapannya secepat kilat sebelum akhirnya dia berbalik.

Narakhata Elzo Alarik

'Astaga namanya aja aesthetic!' pekik Aurella dalam hati.

Aurella tau, dia adalah ketua OSIS SMA 250 Jakarta. Tempat dimana dirinya bersekolah selama tiga tahun terakhir.

Salah tidak jika Aurella melupakan namanya?.

Tungkai kaki Aurella akhirnya bergerak menuju kelas, meski gadis ini telah pergi. Tapi pikirannya mungkin masih tertinggal diparkiran. Membayang-bayangi sang pangeran yang tiba-tiba menawarkan tumpangan.

Selamat, mungkin saja anda jatuh cinta!.

Aurelly yang tengah duduk santai di kursinya sembari tertawa kecil melirik Aurella. Senyum miring terbit di wajahnya yang cantik.

"Hay!, Gimana rasanya ditinggalin dipinggir jalan?"

Aurella tidak mengindahkan sapaan Aurelly. Eh, apakah itu sapaan?. Lagipula mood Rella sedang naik saat ini, dan dia tak mau menghancurkan moodnya hanya dengan beradu mulut dengan sang kakak.

Aurelly tak berhenti sampai disitu, ia mendekat ke kursi adiknya.

Gadis itu tersenyum menggoda, "Naik apa Lo tadi?"

"Nunggang kuda sama pangeran," jawab Aurella tanpa menoleh ke arah Aurelly.

"Idih, sok lu. Naik angkot?, Jalan kaki? Atau lo--"

"Ngesot gw, udah diem!," Sambung Aurella dengan geram. Ayolah kakaknya ini memang menyebalkan.

Dan untuk kalian anak tunggal atau yang ingin memiliki kakak perempuan. Ada pesan dari Aurella.

"Belum tau aja Lo rasanya berantem sama kuntilanak. Ngeri woy!"-Aurella.

_•_

Kemarin kan vote na nda tembus 10 ya bund





TIDAK LAGI UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang