Jason berlari kecil, melirik Caren yang menjauh dari kelasnya. Laki-laki yang penuh dengan pertanyaan dikepalanya hanya mengencangkan alis, lalu berbalik, kembali ke mejanya.
Secarik kertas berwarna ungu muda telah Jason genggam. Dengan hati yang mantap Jason membuka lipatan kertasnya. Warna ungu muda yang telah tercoret dengan tinta hitam, gaya tulisan yang rapi memenuhi isinya.
Untuk Jason
Bolehkah aku menyapa mu dengan sepucuk surat yang kutulis dimalam penuh warna dengan sinar rembulan. Hai!, Aku Caren, ku rasa Jason mungkin tau siapa aku. Cuman gadis feminim yang akhirnya memberanikan diri memberikan secarik kertas tak berharga.
Jason,
Izinkan lah aku mewarnai hati mu yang terlihat mendung. Perbolehkan lah aku menoreh kenangan manis dengan surat surat kecil setiap harinya.Terimakasih sudah membacanya, aku harap ini tersampaikan dengan baik pada Jason Wiliam Winata. Laki-laki yang berhasil membuatku jatuh ke jurang cinta.
Salam, dan sampai jumpa di surat selanjutnya.
Caren.
Jason terdiam, ujung bibirnya tergerak membuat lengkungan pelangi terbalik. Dengan cepat, secarik kertas itu masuk ke dalam saku seragam Jason. Tungkainya bergerak keluar dari kelas.
Sekolah sudah sepi, mungkin Caren pun sudah pulang. Padahal Jason hendak menghampirinya. Siapa yang tidak senang bila orang yang ditaksir juga menyukainya?.
Masih kurang jelas?, Jason menyukai Caren, dan surat ini menjadi jawaban terbalasnya rasa suka Jason bukan?.
Alea, kau kalah cepat.
~~~~~~~
Aurella merebahkan tubuhnya di sofa, kakinya terasa pegal entah mengapa. Rasa ingin melepas seragam pun terurung.
"Males banget Lo, ganti baju sana!, Bau asem nih," sungut Aurelly sembari mengibaskan udara di sekitar hidungnya.
"Diem lu, pegel nih kaki gw. Pijetin dong"
Aurelly mendengus, "Kurang ajar banget Lo sama kakak sendiri"
"Yaelah baperan Lo"
"Hey hey kenapa ini kok teriak-teriak"
Aurelly dan Aurella sontak mendongak, menatap ibunya yang berjalan menuruni tangga. Dengan cepat Aurella memalingkan wajahnya.
"Nih mah, masak ada sih kakak kayak dia"
Aurelly melotot, "Heh Lo pikir gw bersyukur punya adek kaya Lo?"
"Idih"
"Udah-udah, kalian tu ga pagi siang malem berantem terus," wanita yang mulai berumur itu melewati kedua kakak beradik yang masih melayangkan tatapan sengit dengan gelengan kepala.
"Aurella, mandi sana trus makan"
Aurella bangkit, menaiki tangga lalu masuk ke kamarnya dengan membanting pintu. Aurelly hanya mendengus sembari menggeleng pelan.
"Gila ni anak"
Hembusan nafas terdengar di ruangan yang rapi, Aurella membuka lemarinya. Mengambil kaos serta celana pendek.
Dengan malas gadis berambut sepunggung itu memasuki kamar mandi, mengganti baju seragamnya dengan baju santai yang sudah dia pilih tadi.
Mandi? Oh ayolah bukan Aurella namanya jika melakukan kerajinan badan seperti itu.
Nada rington panjang terdengar, Aurella keluar dari kamar mandi, meraih ponselnya yang berdering mengundang emosi sang pemilik.
"Eh nomor saha ni?"
Tak ada nama di layar, hanya beberapa angka yang tidak Aurella kenali.
"Awas aja kalo ha penting," ucap Aurella seraya menggeser icon hijau.
"Halo?, Budhe, pesen rotinya lagi ya. Kayak biasanya bunda pesen aja ya budhe."
"Heh, budhe-budhe, gw masih sekolah dodol"
"Tuttt"
"Fax gw dikira sales roti dong"
_•_
Dah lama gak update ya?
Tenang aku tau ini pendek :(
Ntar malem ku update lagi muah
KAMU SEDANG MEMBACA
TIDAK LAGI UPDATE
FanfictionDISCLAIMER!!!. CERITA INI TELAH STOP PUBLISH CHAPTER BARU. TIDAK ADA LANJUTAN SAMA SEKALI. MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA BAGI PEMBACA!. Start {13-01-21} Finish {.........} Rank tertinggi #1 in Jasonwiliamwinata {11-feb-21} #1 in Jasonwiliamwinata {12...