Tatapan Maut (2)

191 36 15
                                    

Bless, sepertinya Diva datang sebagai penyelamat kali ini, dia berhenti tepat di hadapan Alea, menutupi pandangannya hingga gadis itu bisa bernafas lega.

"Huhh, makasih Div, Lo emang debest dah"

"Hah?," Diva cuman masang muka bloon karena emang gatau apa-apa. Dan akhirnya ya ikut nimbrung lagi, duduk disamping Alea.

Tringg

Kayaknya ni SMA ada dendam kesumat dah sama Diva, baru aje pantatnya duduk terhempas beristirahat agar tak keram. Bunyi bel masuk yang sangat menyesatkan!.

Double rell bangkit, melambaikan tangan ala say good bye dengan anggun.

Alea mendengus, agaknya dia juga tidak suka bel masuk berbunyi.

"Al"

"Hm?"

Diva mengembuskan nafas kasar,"Lo tau ga kenapa gw males masuk kelas"

"Ga"

"Pertama, gw udah pw. Kedua, gw males ketemu Sean. Ketiga, GW MALES PELAJARAN FISIKA TOLONG"

Alea melotot, "ASTAGA PELAJARANNYA PAK BAGONG?!"

Diva mengangguk cepat sembari memasang muka masam.

"Kapan sih Pak Broto absen, sehari ajaa" keluh diva

Iya, pak Broto(read:pakBagong). Guru paling dibenci para murid seantro jurusan IPA.

"Ck, buru kelas, sebelum pak Broto masuk duluan," ucap Windy yang sudah berjalan lebih dulu didepan

Dengan letoy Diva dan Alea bangkit, bahkan Alea tak begitu memperhatikan Jason masih duduk di meja kantin sembari memperhatikannya diam-diam. Efek terkena sindrom rumus yang tiba-tiba menyerang ingatan kedua gadis belia itu.

Semoga mereka tidak menjadi gila.

Atau lebih tepatnya, semakin gila?.

~~~~

Double Rell, mereka berdua sebangku?. Oh tydak, tentu enggak. Alasannya?, Bisa ditanyakan sendiri kepada yang bersangkutan.

Ha-ha-ha.

Murid kelas 12 IPS 6 ga sedamai itu, meski guru masih berkutat dengan papan tulis. Ada yang diem-diem pacaran, gibah-in murid sebelah, julid-in para guru, bahas crush dan lain-lain.

Ya begitulah isi kelas jahanam ini, ga ada yang bener kek Double Rell contohnya, mereka lagi asik bahas ClassMeet yang bentar lagi bakal diadakan di SMA 205 Jakarta.

Toktok

Seisi kelas menoleh, menatap Anggota Osis di daun pintu.

Bu Hana tersenyum tipis lalu mempersilahkan mereka untuk masuk.

"Salam 6 agama untuk kalian, saya berdiri disini hanya untuk mengingatkan tentang ClassMeet yang sudah menjadi pertandingan olahraga rutin di sekolah kita. Diharap setiap kelas segera mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan. Sekian terimakasih."

Kedua anggota OSIS itu mengucapkan salam terakhir untuk Bu Hana yang duduk dikursinya, lalu keluar dari kelas 12 IPS 6 ke kelas sebelah.

Aurella mendengus, jujur dia malas jika nanti disuruh bergabung untuk kotor-kotoran di lapangan. Sementara Aurelly? Dia sangat bersemangat, olahraga adalah hobi kesekian untuknya.

"Ngapain sih lu semangat bener," cibir Aurella sembari mendengus, Aurelly yang tengah tersenyum cantik itu mengubah raut wajahnya.

"Diem lu, ngerusak mood orang aja"

Aurella memutar bola matanya ke kanan, gadis yang duduk tepat dibelakang Aurelly itu menoleh ke jendela disampingnya, tak sengaja bola matanya menatap laki-laki yang tengah mengacak-acak rambutnya.

Laki-laki itu menoleh ke arah jendela dimana Aurella tengah tak sengaja memperhatikannya. Tatapan mereka bertemu, dan seketika itu juga Aurella menarik gorden hijau cerah menutupi jendela.

Pipinya terasa panas, dan gadis dengan mata terpejam itu membatin. 'astaga'

~~~~~

Bel sekolah berbunyi begitu nyaring, Namun seorang Jason tak bergerak, dia masih kaku di kursinya dengan earphone yang setia menyumbat telinga.

Kelas semakin kosong, Jason masih belum mau bangkit. Kenyamanan tiba-tiba menghampiri dan menahan dirinya untuk tak pergi.

Buku tebal dan pulpen masih berserakan di atas meja, Jason menyenderkan tubuhnya di kepala kursi, masih menikmati alunan musik yang serasa mengalir kedalam darahnya.

Semakin larut dan larut, Jason tak menyadari bahwa waktu terus berjalan seiring alunan musiknya terus berganti. Dari depan kelas, derap langkah terdengar, Jason yang mendengar langkah---ah sepertinya orang itu berlari ke arah kelasnya.

Dan entah kerasukan apa Jason mengais buku, pulpen, dan tasnya dengan cepat. Berjalan ke arah belakang, memojokkan diri sembari bersender di rak kecil didalam kelas.

Benar, gadis dengan rambut sepunggung memasuki kelasnya. Kepalanya celingak-celinguk, sorot matanya menyapu sekeliling. Memastikan benar-benar tak ada orang didalam kelas. Yang semakin membuat Jason heran, gadis itu menuju ke mejanya, memasukan secarik kertas kedalam laci.

Jason masih belum dapat memastikan siapa gadis itu, dia membelakanginya, membuat Jason susah menebak siapa yang tengah beridiri tegap di samping mejanya. Dan ketika gadis itu hendak berbalik, Jason mengerjap, dia mengenalnya.

Gadis yang tersenyum lebar sembari keluar dari kelas dengan langkah terburu.

_•_

Na-na-na-na-na-na
Oyy


TIDAK LAGI UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang