Tertukar (2).

130 23 20
                                    

Alarik merenung dengan syahdu, dia tengah duduk manis dibawah pohon mangga. Pohon yang teduh, berdiri dengan kokoh. Jika kalian ingin tau Alarik dimana, ia baru saja selesai mengembalikan pinjaman buku-buku dari kelasnya, 12 ipa 1.

Selagi free class, jadi Alarik menyempatkan diri duduk dibawah pohon favoritnya. Tak bisa dibayangkan bagaimana jika suatu saat pohon ini ditebang. Rasanya kenangan selama SMA Alarik akan ikut terpotong.

Laki-laki itu merenung tentang ClassMeet yang semakin dekat, dan itu adalah acara terakhir yang akan ia susun. Karena sebentar lagi, jabatan ketua OSIS akan sirna untuknya.

Rasanya berat, meski banyak lika-liku yang harus dia hadapi sebagai ketua OSIS yang melaksanakan kewajibannya, tapi Alarik menikmatinya. Jika kalian mengenal Alarik dengan sangat, dia tak pernah jauh dari kata 'organisasi'.

Ketika masih asik diam, Alarik mendengar suara gaduh. Dengan rasa kepo yang menyerang tiba-tiba, dirinya bangkit, mengikuti arah suara yang ditangkap daun telinganya.

Dilihatnya gadis dengan banyak buku di tangan sembari mengucapkan sumpah serapah. Alarik tertarik untuk membantu dan dengan cepat, hampir semua buku tebal itu berpindah ke tangannya.

Aurelly mendelik ketika tangannya terasa ringan, dia melirik Alarik sekilas, bagus deh bebannya berkurang. Dengan santai Aurelly memasuki kelas hanya dengan dua buku ditangannya.

Alarik yang berharap akan disapa dengan senyuman ataupun kata terimakasih tengah menahan nafas.

"Seriusan?, Gw digininin?," Tanya Alarik kepada dirinya sendiri.

Pandangan Alarik teralihkan oleh munculnya kepala Aurelly dari balik pintu, "Ngapa diem aja, cepetan sini"

Demi Tuhan, Aurelly ni memang ngeselin gak ada obat.

Pantes aja berantem Mulu sama adeknya.

~~~~~~

Kaki Alea bergetar, gadis itu sibuk mengigit kukunya mencari solusi. Sepertinya sebentar lagi tangannya akan habis.

"Ayo Alea, ini soal mudah Lo"

Alea memutar bola matanya malas, tentu saja tanpa guru sialan itu ketahui.

Dari 30 siswa didalam kelas, kenapa harus dia ya Tuhan?!.

Mana Diva tidak ada, biasanya kan gadis itu sudah sibuk menggerakkan tangannya kesana kemari memberikan bahasa isyarat untuknya.

Meski kadang otak udangnya tidak menangkap apa yang Diva maksud.

"Lama bener Al," ejek Ridwan sembari tertawa.

Alea berbalik, menatap horor Ridwan, "Kalo Lo emang merasa mampu, sini jawab anjim!"

"Lah kenapa lu jadi nyuruh-nyuruh gw?"

"Heh, lu duluan yang cari gara-gara!"

"Oh ngajak baku hantam Lo?," Ridwan sudah berdiri dari duduknya.

Alea semakin naik darah, "Lu pikir gw takut ha?!". Gadis itu sudah menggulung lengan seragamnya ke atas, "Sini Lo kalo berani!, Gw Jambak usus Lo!"

"Gw mutilasi ginjal Lo!"

"Wah parah sih," gumam Alea, dia kehabisan kata-kata. Cuma Diva yang ahli kek ginian, kalo dia sih langsung bisa main tangan.

Tapi, image, image!.

Kelas semakin rusuh, bahkan Bu Sasa sudah pura-pura tuli, lebih baik dia scrool tiktok kan. Banyak yang berteriak memanggil nama Ridwan, tapi nama Alea pun tak kalah banyak.

Merasa keadaan semakin panas, Alea membalas.

"Ridwan!"

"Apa?!"

TIDAK LAGI UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang