Aluna menatap datar permen kapas ditangannya, lalu melirik Sean yang hanya menaikturunkan alisnya seraya terkekeh.
"Childish banget gw makan ginian"
Sean menyatukan alisnya, "Perasaan Minggu lalu Lo masih jadi cewe candy vibes feminim deh. Kenapa Lo balik jadi cewe Sok bad gini?"
Aluna memutar bola matanya malas, memilih mengacuhkan pertanyaan Sean barusan. Diamnya Aluna malah membuat Sean semakin bingung.
"Kenapa Lo diem si?, Kenapa?"
"Kalo gw jawab pertanyaan Lo tadi, emang Lo mau denger tentang Diva?," Jawab Aluna sarkas seraya mendongakkan kepalanya, menatap Sean yang memang tidak ikut duduk di kursi panjang yang sedari tadi Aluna singgahi.
Sean bungkam, ucapan Aluna barusan sudah memberi kejelasan bahwa perubahan Aluna berhubungan dengan Diva. Tapi tetap saja, itu bukanlah jawaban yang Sean inginkan. Meski ia selalu menghabiskan waktu bersama Aluna untuk melupakan Diva, bukan berarti Sean tak akan mendengarkan cerita Aluna seputar masalah masa lalunya dengan Diva.
"Kenapa diem?, Kita jalan buat nyingkirin Diva dari pikiran lo kan?."
Sean menelan ludahnya, lalu menghempaskan pantatnya ke kursi panjang yang ia anggurkan, "Sebenernya Lo sama Diva tu kenapa sih?"
Aluna terkekeh, dia mencubit permen kapasnya, menyalurkan kekesalannya ketika Sean malah membahas lagi tentang hal itu. Apakah raut marahnya ini belum menampakkan dengan jelas bahwa ia tak mau membahas sedikit pun tentang gadis bernama Diva?.
"Diem lu, sekali lagi lu nanya, gw tinggalin Lo disini," ancam Aluna seraya menatap Sean tajam.
Sean tertawa, membuat Aluna menyipitkan matanya merasa Sean sudah gila.
"Heh toge, Lo kesini naik motor gw, Lo mau ninggalin gw?, Yaudah Sono naik angkot."
"Anjing lu"
Sean menggelengkan kepalanya pelan, lalu dengan santai mengacak-acak rambut rapih Aluna. Mata Aluna melotot, dia terpaku, merasa kejadian barusan menyalurkan seceklit listrik ke darahnya.
Jantung Aluna berdegup, menahan semburat merah di pipinya. Sementara Sean tak menyadari hal kecil yang ia lakukan selama 3 detik mengubah suasana dihati Aluna.
"Sial," desis Aluna pelan seraya mencekram permen kapasnya kuat-kuat.
𒆜𒆜𒆜𒆜
Jason meneguk botol mineralnya hingga tandas, nafasnya masih terengah setelah melakukan satu match tanding basket bersama anak komplek. Awalnya ini semua diluar rencana Jason, tapi Wildan, salah satu anak komplek memanggil dirinya yang sedang berlari sore mencari keringat.
Dan akhirnya Jason menyetujui ajakan tersebut, lapangan komplek terbilang masih ramai. Banyak anak remaja dari komplek maupun luar komplek. Bahkan Jason dapat merasakan beberapa tatapan gadis di sebrangnya.
Jujur saja, Jason merasa risih, tapi karena hal ini sudah biasa ia dapatkan, Jason diam.
Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Jason, ia meraih benda pipih miliknya, menatap telfon dari sang ayah yang nomornya tak Jason simpan.
Dengan perasaan setengah malas Jason menjawabnya, seperti yang ia duga, telefon itu bermaksud menyuruh Jason untuk segera pulang, perihal acara yang diadakan kakeknya.
Jason hanya menjawab seadanya, lalu mematikan ponsel sepihak. Bersiap-siap untuk pergi, Jason bangkit dari duduknya. Berjalan menjauh dari lapangan. Ia sempatkan, menjawab pertanyaan Wildan, yang ingin tahu kemana Jason akan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIDAK LAGI UPDATE
FanfictionDISCLAIMER!!!. CERITA INI TELAH STOP PUBLISH CHAPTER BARU. TIDAK ADA LANJUTAN SAMA SEKALI. MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA BAGI PEMBACA!. Start {13-01-21} Finish {.........} Rank tertinggi #1 in Jasonwiliamwinata {11-feb-21} #1 in Jasonwiliamwinata {12...