Sean mendengus, Nana memaksa untuk mengantarnya ke sekolah. Hey, Sean adalah laki-laki berumur 18 tahun, dia bukan anak TK yang harus diantar ke sekolah kan.
"Yeayy dah sampee"
"Nah dah sampe kan, gw masuk ya," ucap Sean seraya melangkah pergi.
Namun Nana menahan tangannya, membuat Sean menoleh, berkontak mata dengan Nana. Sean sedikit tidak nyaman, pasalnya ini sudah pukul 06.45 dan gerbang sedang ramai-ramainya.
"Kenapa sih na?," Tanya Sean dengan nada kesal.
"Kebelet pipis!!"
Sean melotot, untung saja Nana berbisik tadi, dia tak bisa memikirkan jika orang lain mendengarnya.
"Ya terus gimana?"
Nana menggeretakkan giginya, "Numpang disini aja ya!"
Sean menggeleng keras seraya menghempaskan tangan Nana yang masih mencekalnya.
"Gabisa, lagian SMA lu ga jauh dari sini kan. Udah disana aja!"
"Sean jahat banget sih!," Nana mulai merunduk.
Sesenggukan terdengar, itu membuat Sean mengurut keningnya, "Yaudah, sana masuk. Jangan nangis!"
Nana langsung mendongak seraya tersenyum, dia mengusap air matanya dengan cepat. Lalu tiba-tiba menarik tangan Sean masuk kedalam pelataran sekolah.
Sean hendak menepis tangan Nana, namun terlalu banyak yang melihat. Setidaknya jangan memberi kesan kasar kan.
"Kamar mandinya dimana?," Tanya Nana ditengah lorong.
Sean memutar bola matanya malas, "Sok-sokan narik sih"
Nana hanya terkekeh geli, dia memeluk lengan Sean dengan manja. Terserah deh Sean pasrah aja.
Beberapa orang yang lewat pun melirik Nana, meski sama-sama memakai seragam abu-abu. Namun mereka menatap Nana dengan asing. Sebagian dari mereka mengira Nana adalah anak baru.
"Dah Sono masuk, gw tungguin disini"
Nana mengangguk mantap, Sean mengerutkan dahinya seraya melipat kedua tangannya didepan dada.
"Kesel banget gw anjim"
"SEAN!"
Sean mengalihkan pandangannya, tubuhnya langsung tegap ketika melihat Diva berjalan ke arahnya.
"H-hai," sapa Diva dengan gagap.
Mengingat kejadian kemarin yang sempat membuat Diva kesusahan dalam memejamkan mata.
Flashback On
"Div...," Panggilan lirih itu membuat Diva meneguk ludahnya.
"I-ya?"
"Jangan jauhin gw please"
"Sean, Lo gapapa?"
Sean semakin mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher jenjang milik Diva.
"Jangan deket-deket ya sama Arion, gw gasuka," Sean menajamkan kata 'gasuka', mengecam Diva.
"Kenapa?," Diva merutuki degup jantungnya yang semakin tak beraturan.
"Masih kurang jelas?, Gw suka sama Lo"
Dan momen itu berakhir saat Sean memilih mengurai pelukan dan mengantarkan Diva pulang.
Flashback off
Mengingat itu membuat pipi Diva bersemu merah. Sungguh!
"Weh bedua aja nih," saut Alea dari belakang seraya bersandar lengan dibahu Diva.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIDAK LAGI UPDATE
FanfictionDISCLAIMER!!!. CERITA INI TELAH STOP PUBLISH CHAPTER BARU. TIDAK ADA LANJUTAN SAMA SEKALI. MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA BAGI PEMBACA!. Start {13-01-21} Finish {.........} Rank tertinggi #1 in Jasonwiliamwinata {11-feb-21} #1 in Jasonwiliamwinata {12...