"Bahkan gw ga sudi, ngejual waktu gw buat Lo. Berapapun harganya"
Aluna meremas seprai, mengingat kata-kata pedas Alea yang menusuk hatinya. Dia hanyalah dompet berjalan bagi sebagian teman sekelasnya. Aluna tak masalah, asal mereka ingin bermain dengannya.
Asalkan mereka juga akan mengajak Aluna berpergian, kemanapun itu, ke caffe, mall, atau sekedar memutari kota disore hari.
Aluna sanggup jika dia yang diharuskan membayar, dia tak akan menolak. Yang Aluna inginkan hanya satu, teman, dan perhatian.
Tidak perlu dari banyak orang, Aluna hanya membutuhkan satu. Dimana ada seseorang, siapapun itu yang berkeinginan menjadi temannya, saling berbagi seperti apa yang selama ini Aluna impikan.
Apakah sesulit itu?, Menjalin sebuah hubungan pertemanan.
Tringg
Sebuah pesan singkat masuk, Aluna sedang menelungkupkan diri di pojok ruang kamarnya dengan selimut serta kegelapan yang mendominasi.
Tringg
Aluna masih abai, hingga denting pesan ketiga masuk, ia baru membacanya.
Iblis
|Sayang, kamu dirumah?
|Udah makan belum?
|Mama bawaain sate ya?
Aluna melempar ponselnya yang tepat mengenai ujung meja, lalu jatuh dengan apik ke lantai. Bahkan gadis itu tak peduli jika ponsel berharga fantastis itu tak dapat lagi ia gunakan.
Satu tetes air mata Aluna jatuh, memperjelas kantung matanya yang menghitam dan sembab. Matanya terasa perih, terutama ketika terpejam.
Pintu rumah dibanting, Aluna masih tak bergeming. Seakan suara lantang itu sudah biasa terdengar di telinganya. Kini berganti, pintu kamar Aluna yang dibuka dengan keras.
Kamar yang berantakan, gelap, benar-benar suram.
"MANA IBU KAMU? JAM SEGINI BELUM PULANG!"
Aluna masih diam, dia memutar tubuhnya membelakangi sang papa mencoba tidur.
'Ngapain nanyain dia ke gw,' batin Aluna dalam hati
"Kurang ajar, kamu pikir saya lagi ngajak ngobrol siapa!"
Satu guci melayang, terlempar tepat di punggung Aluna. Suaranya yang keras menggema di rumah besar yang sepi.
Aluna meringis merasa perih dipunggungnya, namun dia tetap diam seraya mencoba untuk tertidur.
Hingga laki-laki tua itu kembali membanting pintu lalu menjauh dari kamar Aluna.
Aluna menangis, dia tidak dapat lagi menahannya. Perlahan dia memasukkan tangannya kedalam piyama yang ia pakai, meraba punggung nya yang terasa perih dan basah.
Didalam kegelapan Aluna melihat darah di telunjuknya, lalu tanpa peduli mengelapnya di seprai, Dan kembali memejamkan mata.
~~~~~~~
Jason merunduk, dia tengah berada di meja makan, sarapan bersama sang kakek yang tiba-tiba berkunjung.
"Gimana kabar kamu?"
"Baik kek"
Laki-laki dengan kulit keriput itu tersenyum, dia memandangi isi rumah Anaknya yang membuatnya marah. Dimana gerangan dirinya yang pagi hari seperti ini tidak ada dirumah.
"Ayahmu mana?"
Jason menarik nafas, "Ngumpulin dosa kali"
"Jaga mulut kamu Jason!," Kecam sang kakek bingung menatap cucunya yang tak pernah luput dari kebencian kepada ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIDAK LAGI UPDATE
FanfictionDISCLAIMER!!!. CERITA INI TELAH STOP PUBLISH CHAPTER BARU. TIDAK ADA LANJUTAN SAMA SEKALI. MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA BAGI PEMBACA!. Start {13-01-21} Finish {.........} Rank tertinggi #1 in Jasonwiliamwinata {11-feb-21} #1 in Jasonwiliamwinata {12...