menjauh

114 22 34
                                    

"Demi apa Al, suer!?"

Alea mengangguk kecil seraya tersenyum sombong kepada Aurelly. Sementara Aurella dan Diva sih, Hem dah gak heran.

"Gila sih, trus Lo terima?"

"Woiya jelas, kesempatan ga dateng dua kali coy," jawab Alea dengan lantang.

"Dahla, yuk kita shopping yuk kita ke kantin," ajak Aurella kepada Diva.

"Ga usah parodi tiktok deh," Diva bangkit dari duduknya, meninggalkan Aurelly dan Alea yang masih sibuk bercerita.

Dan saat ingin melewati pintu, Diva mundur beberapa langkah.

"Relly, dicariin Raka tuh"

Aurelly menoleh dengan cepat, "Hah?!"

"Budek!," Maki Diva yang sudah berada cukup jauh dari kelas.

Alea menaikkan kedua alisnya naik turun, "Samperin gih samperin"

Aurelly menggeleng keras, "Yakali!"

"Eleh, malu malu ku tapi MAU"

"Bangke"

Alea terkekeh pelan, "Udah gapapa, mana tau dia cuman pengen malak elo, bukan ngajakin Lo ke kantin apalagi nge-date"

"Belum tau pesona gw ni bocah, gw primadona sekolah woy!, Kurang seksoy apalagi gw?!"

"Terserah deh, mau primadona kek, prima air mineral kek, bodo amat," Alea bangkit meninggalkan Aurelly sendirian di kelasnya.

"Anjir gimana caranya gw keluar?"

𒆜𒆜𒆜𒆜

Aluna menatap punggungnya dari pantulan cermin. Memberikan obat merah, sesekali Aluna meringis, merasakan perih yang semakin menjalar ke sekitar lukanya.

"Sembuh pun gw yakin bakal nimbulin bekas," lirih Aluna dengan tatapan sayu.

"Aluna, kamu ga makan?"

Wanita tua yang baru saja masuk menjatuhkan tas mahalnya, menatap punggung anaknya yang dipenuhi luka. Aluna reflek menutup lukanya, meski itu tidak mengubah apapun karena ibunya sempat melihat.

"P-punggung kamu kenapa Aluna?!," Tanya wanita itu dengan tatapan khawatir, pandangannya teralihkan ke pecahan Gucci putih di sekitar kasur, beberapa pecahannya pun berada di lantai.

"I-ini?, Sayang kok Bisa?"

Aluna menatap ibunya dengan nyalang, "Gausah sok khawatir. Keluar Lo dari kamar gw"

"Engga, biar mama liat punggung kamu dulu, kita ke rumah sakit yah?," Ketika tangan sang ibu hendak meraih punggungnya, dengan segera Aluna menepisnya.

"Jauhin tangan kotor Lo dari gw!!"

"Lo itu gapernah ada di saat gw butuh elo, jadi gausah sok khawatir. Urusin aja anak haram Lo yang sakit-sakitan itu!!"

Plakk!

Aluna merasakan pipinya memanas, dengan sekuat tenaga Aluna menahan tangis dan marahnya secara bersamaan. Dengan segera ia keluar dari kamarnya, tanpa menatap sang ibu yang syok dengan reflek menampar anaknya.

Wanita tua itu terduduk di tepi ranjang Aluna, seraya memegangi kepalanya yang berdenyut.

Aluna berusaha menghapus air matanya agar tak terus-terusan berjatuh. Tapi entah kenapa tangisannya tak bisa berhenti. Selalu saja Aluna lemah dengan perlakuan ibunya, meski sudah mencoba kuat pun tak bisa.

TIDAK LAGI UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang