bencana

103 23 2
                                    

Jevas menatap Caren dengan horor, dia benci situasi ini. Caren yang sedari tadi hanya mengusap-usap ibu jarinya, dia juga tidak suka cara Jason menatapnya. Ia merasa seperti, dikuliti.

Wkwk.

"Putusin sekarang"

Caren melotot.

"Plus, harus didepan umum"

Caren membulatkan mulutnya, "Kok gitu sih?"

"Lo itu sukanya sama dia apa gw?"

Akhirnya Caren hanya bisa menghela nafas, sejujurnya setelah sampai disini dia menjadi tidak enak jika harus melakukan itu. Bukan, Caren bukannya beralih hati dari Jevas ke Jason, dia hanya....

Merasa nyaman, dia merasa berada dalam lingkup lindungan bersama Jason. Ibaratkan adik dan kakaknya, yah anggap saja begitu.

"Yaudah ayo berangkat," Jevas meninggalkan Caren didepan pintu rumahnya.

Eh, tunggu tunggu. Berangkat bareng?, AAA GILA!!.

OKE LUPAKAN TENTANG JASON UNTUK SAAT INI.

"Yes, akhirnya ya tuhan!!!," Caren mulai melangkah, mensejajarkan dirinya dengan Jevas.

Jevas memakai helm fullfacenya, lalu memakaikan helm Cargloss yang ia beli kemarin. Entah apa yang dipikirkan cowo itu, tapi dia merasa Caren cocok memakainya.

Dada Caren berdetak keras, dia harap Jevas mendengarnya, agar dia tau seberapa senang dan gugupnya ia saat wajah Jevas mendekat memakaikan helm untuknya.

"Naik," kata Jevas setelah menepuk kepala Caren yang sudah terpasangi helm.

Laki-laki itu naik terlebih dulu ke motor besarnya, lalu disusul oleh Caren yang tanpa aba-aba memeluk Jevas dengan erat.

"Ayo, ngebut juga gapapa"

Jevas menyunggingkan senyumnya, gadis dibelakangnya ini sudah gila.

Iya, tergila-gila sama kamu bwang

~~~~~~~

Alea mendengus, ketika Diva selalu menebeng Sean demi keamanan yang tak ia pahami. Dan parahnya dia tidak tahu harus nebeng siapa saat ini.

'Naik bis oke juga kali ya?,' pikir Alea sembari berjalan ke arah halte, setidaknya dia harus keluar dulu dari gang yang entah mengapa ini, sepi.

Alea sedikit merinding ketika tukang ojek didepan sana memandanginya dengan aneh. Tolong siapa saja, Alea takut.

Namun dengan segenap hati yang diberikan Tuhan keberanian, Alea melewati pangakalan ojek yang dihuni sekitar lima pria berkepala empat. Mencoba untuk terlihat cuek dan biasa saja.

Sial, dia malah mengarah kesini. Alea berbalik, dia lari. Iya lari!, Memang siapa yang tidak berpikir aneh saat ini. Dengan sekuat tenaga dia berlari, jika pikirannya salah, harusnya om om itu tak mengejar nya bukan.

Tapi dia mengejar Alea!, Alea semakin merinding, dia bahkan sudah mengeluarkan air mata. Sekali lagi memastikan, Alea menoleh, dan tukang ojek itu masih mengerjarnya. Tiga orang, tiga orang. Alea tak tau apa masalahnya, tapi hatinya berkata lari.

Lari!.

Alea berteriak, mencoba meminta bantuan di gang yang sepi. Namun tak ada seorang pun yang muncul, Alea berbelok ke gang lain, mencoba mencari celah agar lolos dari tukang ojek yang Alea rasa bermaksud buruk.

Dan yah, demi tuhan terimakasih!. Ada seseorang yang tengah menghentikan mobilnya dipinggir jalan, entah ada masalah apa dengan mobil itu.

"PERMISI KAK TOLONG KAK!!!"

Cowo itu menoleh, sedikit bingung karena Alea berlari kearahnya sembari berteriak. Dan mulai sadar ketika Tiga orang muncul dari balik gang.

Alea semakin deras mengeluarkan air mata, dengan cepat, Cowo itu berlari menghampiri Alea yang berjarak sekitar 6 meter dari mobilnya tadi.

Tanpa pikir panjang cowo itu menarik tangan Alea, membawanya kabur lebih jauh. Bukan masuk kedalam mobil, entahlah mungkin saja benar mobil itu bermasalah.

Para tukang ojek masih terus mengejar, Alea semakin panik, mereka pun mempercepat larinya.

Dan ketika di berikan pilihan antara dua gang, cowo itu menarik Alea ke kiri.

Dan sayangnya, dia memilih jalur yang salah.

~~~~~~~

Jason melirik sarapan diatas meja, dia hanya mencomot sandwich lalu memuju garasi mengambil motor. Sejujurnya hari ini dia hendak menjemput Caren. Tapi gadis itu menolak, dan ketika ditanya alasannya.

Gadis itu tidak mau merepotkan. Jason? Dia menjadi semakin menyukai gadisnya. Mandiri.

Meskipun, Jason fine fine saja direpotkan Caren, apalagi dia pacarnya sendiri.

Tanpa pamit kepada siapapun, Jason menjalankan motornya keluar dari pekarangan rumah yang yah, cukup luas. Besar pula.

Dijalan, tidak ada yang spesial, sama sekali tidak ada. Jason berhenti ketika lampu merah menunjukkan dirinya. Dan ketika si merah undur diri, berganti kuning lalu hijau, Jason kembali menjalankan motornya.

Belum lama Jason berhenti, kini dia harus menepikan motornya. Suatu telfon masuk.

"Ya?"

"Jason Lo lagi dimana?!"

Jason menjauhkan ponsel dari telinganya yang berdengung, lawan bicaranya ini berteriak seenak hati.

"Gw dijalan," jawab Jason singkat.

"Lo dijalan mana?, Plis bantuin gw dong"

Jason mengerutkan keningnya, kembali melihat siapa yang menelfon.

'Diva kok, bener,' batin Jason.

"Halo?"

"Eh, iya"

"Bantuin gw ya, please!!"

"Bantuin apa?"

_•_

Part selanjutnya putus fix, gamau tau.

Untuk Alea, Mon maap aku ga bisa ngejaminin apa-apa( ´◡‿ゝ◡').

TIDAK LAGI UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang