Motor Sean berhenti dirumah yang cukup besar bergaya minimalis. Dengan cepat Sean melepaskan helmnya, berlari ke arah pintu dan masuk sembarang.
Langkah kaki Sean dengan cepat menaiki tangga, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah pintu bercat coklat. Meski nyelonong masuk, tapi Sean masih tau cara mengetuk pintu kamar seorang gadis.
Toktok.
Sama sekali tak ada jawaban, Sean semakin khawatir. Alasannya tak mengetuk pintu rumah ya karena tak ingin gadis cantiknya yang tengah lemah harus bersusah payah menuruni tangga.
Tapi apakah tuan putrinya selemah itu hingga tak mampu membuka pintu kamar.
Dengan nafas yang belum netral, Sean kembali mengetuk pintu.
Masih tiada jawaban.
Dan dengan hati yang ragu Sean membuka pintu, matanya menangkap seorang gadis berwajah pucat tengah sibuk mendengarkan musik dari headphone, bahkan matanya tak goyah dari tatapan fokus pada buku yang tengah ia baca.
Sean bernafas lega, setidaknya gadis itu tidak pingsan atau semacamnya.
Merasa aneh, Diva mendongak, dan terkejut setengah mati ketika Sean berada di kamarnya. Dengan cepat Diva menurunkan headphonenya, menutup novel baru yang sedang ia baca, dan menaruhnya di atas nakas.
"Lo ngapain ke sini?," Tanya Diva dengan suara serak, lalu melirik bingkisan buah ditangan kiri Sean.
Ya Sean menyempatkan membeli buah sebelum berkunjung, juga beberapa Snack yang Sean yakini bahwa Diva akan menyukainya.
"Kenapa Lo bisa sakit?," Sean mendekat, tangan kanannya terulur untuk memegang dahi gadisnya.
Nafas Diva tertahan, pipinya terasa memanas, apa ini efek AC yang mati?.
Sean menjauhkan tangannya, raut wajahnya memperlihatkan kekhawatiran tatkala melihat pipi Diva memerah, "Badan Lo panas, pipi Lo juga merah gitu. Astaga kenapa Lo ga hubungin gw sih kalo Lo sakit"
Diva masih bungkam, ayolah apa cowo dihadapannya ini masih mengira semburat kemerahan di pipinya itu karena dia demam.
Gadis itu berdeham, "Gw gapapa".
Sean tak mendengarkan, dia keluar dari kamar Diva menuju dapur. Baru saja Diva ingin melayangkan pertanyaan namun laki-laki itu sudah menghilang dibalik pintu.
Tangan Sean dengan lincah menari di atas kompor, baru saja dia mengeluarkan bahan yang ada di kulkas. Sup ayam akan segera menyapa Diva.
Sembari sibuk memperhatikan potongan sayuran, sesuatu tengah mengganggu pikiran Sean.
Segitunya kah bokap nyokap Diva?.
~~~~~~~
Aurella berjalan dengan santai memasuki gerbang, sendirian, tolong catat itu. Ya mau bagaimana lagi, kedua sejoli Rella dan Relly masih melayangkan tatapan permusuhan. Jangan tanyakan bagaimana Mama mereka memijat pelipis, pusing.
Tatapan dari laki-laki tak dikenal Aurella dapatkan. Dia terlihat asing, anak baru kah?. Tanyanya dalam hati. Keduanya masih bertatapan hingga akhirnya saling berlalu.
Aurella hanya menggidikan bahunya sambil terus berjalan, tapi tidak dengan laki-laki itu. Dia berhenti, dan berbalik untuk menghampiri gadis yang menurutnya bertingkah aneh.
Puk
Bahu Aurella ditepuk, sontak gadis itu berbalik, dan hampir saja terlonjak ketika laki-laki tadi berada sangat dekat dengan wajahnya. Aurella mengembuskan nafas untuk menetralkan jantungnya lalu mendorong pelan laki-laki itu dengan telunjuk tangannya.
"Sorry, siapa ya?. Ada urusan apa?," Tanya Aurella bertubi.
Laki-laki itu malah semakin mengerutkan alis, dia meraih tangan Aurella dan menyeretnya entah kenapa.
Mata Aurella membuka sempurna dia meronta, walau akhirnya pun pasrah.
"Lo siapa sih, kenapa narik narik gw!," Maki Aurella dengan nada tinggi.
"Lo ga inget gw?," Tanyanya sembari memberhentikan langkah.
Alis Aurella menyatu, dia semakin tak mengerti. Bertemu saja baru kali ini, kenal? Ya pastinya tidak lah!.
"Sorry deh, gw gakenal sama Lo, ga ngerti apa yang Lo maksud inget," kata Aurella penuh penekanan dibagikan, ingat.
Laki-laki itu mengulurkan tangannya, "Kenalin, Raka"
~~~~~~~
Jason menatap mata Caren dengan seksama, keduanya sedang berada di taman sekolah. Ya biasalah, EHEM.
Caren masih sibuk dengan ponselnya, lalu sesekali tertawa kecil. Jason masih diam memperhatikan gadisnya yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
"Caren"
"Hm?," Jawab Caren sembari mendongak.
"Kok cuek sih," rengek Jason dengan suara kecil.
Caren hampir saja tertawa, ayolah selama 3 tahun bersekolah disini, dia tak pernah melihat Jason seperti ini. Teringat dengan apa yang dilakukan Jason kemarin, Caren langsung mengubah rautnya lalu mendengus.
"Apaan kamu kemarin juga game terus!. Akunya dicuekin, kalo dipanggil, jawabannya hm hm doang," cerocos Caren panjang lebar.
Jason menaikkan satu alisnya laku terkekeh kecil, tangan laki-laki itu terulur untuk merusak rambut sang gadis.
"Ceritanya lagi balas dendam nih?"
Caren mengalihkan wajahnya, sebenarnya dia sudah tidak kesal, tapi seru juga menggoda most wanted yang sifatnya kek kulkas 35 pintu. Jason menata rambut Caren yang sempat rusak karenanya sembari bergumam.
"Maaf ya, nanti kita nge date deh, jalan-jalan kemana aja Caren mau"
Mata Caren berbinar, bahkan rasanya lupa bahwa disini sedang dalam misi.
"Serius?," Tanya Caren sembari menggerlingkan matanya.
Jason tertawa kecil, "Iya sayang, janji"
"YES," Caren menaikkan tangan kanannya ke udara, bahkan rasa bersemangatnya bisa jalan-jalan setelah sekian lama membuatnya tidak terlalu memperhatikan kata 'sayang' dalam perkataan Jason.
Sementara di kejauhan, seseorang tengah mengepal tangan dengan mata memicingkan.
_•_
Cemburu tanda cinta, marah tandanya sayang.
Kalo curiga?
Itu tandanya...Ada yang tau lagu itu?, Wah the best.
Untuk versi tertukar, tungguin kak Aurelly ya!.
Maaf kak belum muncul di part kali ini.
Sabar ya. Ehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIDAK LAGI UPDATE
FanfictionDISCLAIMER!!!. CERITA INI TELAH STOP PUBLISH CHAPTER BARU. TIDAK ADA LANJUTAN SAMA SEKALI. MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA BAGI PEMBACA!. Start {13-01-21} Finish {.........} Rank tertinggi #1 in Jasonwiliamwinata {11-feb-21} #1 in Jasonwiliamwinata {12...