T

1.4K 302 115
                                    

Alunan musik dan nyanyian membuat suasana semakin meriah. Confetti bertebaran ketika orang-orang menembakkannya ke udara. Dekorasi bertemakan pahlawan super menghiasi seluruh dinding dalam ruangan gedung hotel berbintang lima. Aroma kue bertingkat juga cokelat menjadi satu mengisi indera penciuman mereka yang ada di sana.

Bibir tidak pernah absen menampilkan senyum. Deretan gigi susu tampak menggemaskan ketika si pemilik acara tertawa riang. Ia tak tampak berniat untuk berhenti menepukkan kedua tangan mungil. Semua orang menatapnya, dengan tatapan terpesona sekaligus iri dengan segala hal yang ia punya. Bocah itu menatap asap dari tiupan lilin dengan kerlingan mata ceria.

"Selamat ulang tahun," ucap Sang Papa. Sosok pria yang selalu disegani oleh semua orang itu mencium puncak kepala si anak dalam gendongannya. "Kau semakin besar saja."

Lalu wanita di sebelahnya tersenyum lembut. "Jangan cepat besar," katanya sambil mengusap lembut kepala sang anak. "Semakin besar wajahmu semakin mirip Papamu saja. Apa yang kau sisakan untuk Mama, hm?"

"Well, kau mewarisi sifatmu padanya."

Bocah kecil menatap sang Mama ketika wanita itu berbicara padanya. "Rasanya seperti baru kemarin mendengar tangismu untuk yang pertama kali. Selamat ulang tahun yang kedua, Alex. Mama menyayangimu."

Levi menatap anak laki-lakinya. Petra benar. Rasanya seperti baru kemarin Alex dilahirkan. Kejadian mengharukan lain pada dua tahun lalu seolah berlalu secepat mengedipkan kedua mata. Ia bahkan tidak sempat berada di sampinya ketika bocah itu berhasil berjalan atau sekadar mengucapkan kata pertama. Lagi-lagi dia terlalu disibukkan dengan pekerjaan.

Petra pun tertawa sambil menepuk pelan lengan suaminya. "Levi, kita masih harus melanjutkan acara."

Suara MC terdengar dan kembali menuntun mereka pada acara selanjutnya. Levi mendengarkan dengan serius. Jujur, semua orang yang berada di sana sama sekali tidak percaya ketika atasannya memberikan mereka sebuah undangan acara ulang tahun. Menurut mereka, pria satu itu lebih cocok mengundang mereka ke pesta yang diselenggarakan di bar dengan banyak penari wanita berpakaian minim, bukan acara anak-anak plus pertunjukan pesulap badut.

Setelah kegiatan bertemakan anak-anak selesai, sebuah band beraliran musik keras mulai mengisi kekosongan acara. Kenny Ackerman sebagai pengusul ide acara di luar pemikiran orang-orang pun baris paling depan untuk menonton band favoritnya. Jari-jari itu membentuk simbol metal ketika sang vokalis mulai melantunkan lagu.

Kenny—semua orang mengenalnya sebagai pria tua paling kaya yang usianya sudah mendekati uzur—meloncat ke atas kursi. Mulai menggila. "Salam Rrrrrrrrock n Roll! MAYHEM! WOOOO!" Lalu mengacungkan jari tengahnya ke arah para tamu.

Levi sudah menyuruh Petra untuk membawa Alex ke kamar sebab bocah itu langsung menangis setelah terkejut oleh suara yang begitu keras. Sementara ia akan segera menyeret Kenny untuk melontarkan segala kalimat protes sebab pria tua itu lagi-lagi merencanakan sesuatu tanpa seizin juga sepengetahuannya. Lagipula konser band metal di acara ulang tahun anak adalah ide yang buruk. Sangat buruk.

"O-oi?! Apa yang kau lakukan?" ucap Kenny ketika Levi menariknya turun. "Kau tidak lihat aku sedang bersenang-senang di sini?"

Ia berkata dengan mata menggelap. "Pak Tua, kau bisa menghabiskan seluruh uangmu hanya untuk bersenang-senang dengan band favoritmu. Tapi tidak di sini, tidak sekarang. Jangan kau rusak acara ulang tahun anakku."

Setelah berbagai perdebatan sengit, akhirnya Kenny pun menurut diikuti dengan umpatan.

Mereka duduk di sebuah kursi yang diperuntukan untuk keluarga pemilik acara. Sesekali para tamu yang sekadar lewat pun menyapa ramah. Levi membalasnya dengan anggukan ringan sementara Kenny bersikap tak acuh. Rupanya pria itu masih dendam sebab kesenangannya telah diganggu.

Before DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang