B

1.4K 289 73
                                    

Kemarin-kemarin sewaktu update spoiler di IG saya sudah kasih tahu kalau BD bakal update hari Minggu. Chapter kali ini pun cukup panjang, hampir 4000 kata! Selamat membaca....

.

.

.

.

Petra tahu sekuat apapun Levi mencoba menyembunyikan sesuatu, ada kalanya pria itu kelepasan hingga membuat semuanya tampak di permukaan.

Dulu sekali, Petra selalu merenungkan berbagai hal. Memikirkan banyak kejadian, sebab-akibat, sampai sesuatu yang belum tentu terjadi—secara berlebihan. Yang membuatnya tak bisa berpikir jernih hingga hampir meregang nyawa membawa serta sang buah hati. Levi berkata jika semua itu salahnya sebab tidak peka dengan keadaan. Merasa menikahi Petra adalah jalan terbaik tanpa memikirkan perasaan lawan. Tetapi bagi wanita itu sendiri, kesalahan terbesar berasal dari dirinya, yang membuat awal keretakan rumah tangga orang lain.

Walau begitu, tidak ada yang benar-benar pantas disalahkan dari semua ini.

Setelah bertahun-tahun bersama, mereka akhirnya bisa saling mengerti. Petra sudah tak lagi depresi hingga berkeinginan melukai diri. Levi pun berkata sudah bisa menerima keadaan, dan berjanji akan menjaga keluarga kecilnya sebaik mungkin.

Wahai, Levi. Petra pun tahu apa maksud dari janjimu. Di balik sikap selalu menjaga baik hubungan mereka, wanita ini mengerti, jika Levi hanya tidak ingin kesalahan yang sama akan terulang kembali.

Levi memiliki ketakutannya sendiri, terhadap perpisahan. Sebab setiap ada pertengkaran kecil di antara mereka, pria itu dengan sigap memperbaiki hubungan. Semakin lama Petra pun sadar, jika hal yang dulu ia anggap remeh—karena pertengkaran adalah wajar dalam setiap pasangan—merupakan saat-saat dimana suaminya akan merasa begitu tertekan. Wanita ini mengerti, jika perceraian dengan [Name] telah membuat luka yang terlalu dalam bagi seorang Levi, hingga trauma karenanya.

Banyak hal yang baru diketahuinya—secara diam-diam—setelah beberapa tahun menikah. Salah satunya adalah hal ini: Petra menatap perubahan ekspresi, nada bicara hingga gestur sang suami ketika Selina sedang memperkenalkan sosok lelaki asing ke hadapannya. Hal yang tidak pernah Petra dapatkan dari Levi; perasaan cemburu.

Namun, ketika Levi berbalik dan mata mereka bertemu, Petra kembali memunculkan senyumannya.

"Kenapa kalian tidak memperkenalkannya kepadaku juga?" tanya Petra saat Levi menghampiri.

"Kami bahkan tak tahu kau ada di sana." Levi terus melangkahkan kaki, masuk ke dalam rumah. "Sejak kapan?"

Jawaban Petra mengudara saat ia menutup pintu. "Tidak lama." Jawaban bohong. Wanita itu sudah berdiri di sana bahkan saat Levi memberikan ancaman pembunuhan kepada lelaki tadi.

Levi menunggui Petra, kembali berjalan ketika wanita itu telah menutup rapat pintu rumah. "Ada apa?"

"Oh, itu ... apa kau mau kue?"

"Kau tahu kan jika aku—"

"Kau tidak suka makanan yang manis, aku tahu," jawabnya santai. "Tapi ini anakmu sendiri yang membuatnya. Alex ingin kau menjadi orang pertama yang mencoba kue buatannya."

"Dia semakin sering membuat dapur berantakan," ujarnya. "Kau jadi mendaftarkannya kursus memasak?"

Petra mengangguk. "Kelasnya akan dimulai minggu depan. Dia bersemangat sekali, dan berkata akan memasak ataupun membuat kue setiap hari."

"Dia sudah menemukan hal yang disukainya. Itu hal bagus."

"Lalu Selina," kata Petra. "Kau benar-benar merelakannya melakukan apa yang diminta Pamanmu?"

Before DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang