Di pertengahan bakal ada intruksi buat memutar musik di atas, supaya bisa lebih mendalami cerita.
Selamat membaca.
.
.
.
.
Levi menatap kepulangan pamannya dengan wajah masam.
Bagaimana tidak? Semuanya tampak damai sampai Kenny kembali menginjakkan kaki di kediaman Ackerman. Baru saja turun dari mobil, pria tua itu sudah berkata dengan sangat lantang: "Kau lihatkan, Cebol? Aku tidak mati!" Lalu berlagak menjadi manusia tersehat di dunia walau harus duduk di kursi roda.
Kalau bukan karena kedua tangannya ditarik oleh Alex juga Selina untuk keluar rumah, Levi tidak mau menyambut kedatangan Kenny.
Kenny merespon sambutan hangat dari bocah-bocah di sana, memeluk rapat. "Cucu-cucuku! Pria tua ini sangat merindukan kalian."
"Kami juga rindu Kakek!" ungkap Alex saat pelukan itu terlepas.
"Apa kalian berbuat nakal saat Kakek tak ada?"
Santai, Selina menjawab, "Tidak."
"Aku biasanya berada di rumah, membuat kue ditemani Caven. Kalau Kak Selina lebih sering pergi keluar. Entah kemana."
"Oh?" Kenny mengalihkan pandangannya kepada Selina. "Katakan, kenakalan apa yang kau lakukan."
Selina mengerjap.
"Kuharap kau mengirimkan tagihan kartu kredit yang membengkak kepada Papamu. Atau setidaknya menghabiskan minimal seribu dollar dalam sehari."
Levi menatap anaknya yang tampak berpikir sebentar. Ia pun menjawab, "Selain tagihan sewa hotel untuk pesta kepulanganmu, tidak ada hal lain yang Selina maupun Alex habiskan."
"Sungguh? Hanya tagihan sewa hotel?" Kenny menatap kedua cucunya heran. "Tidak asik! Seharusnya bisa lebih dari itu."
"Seharusnya," tambah Levi, mencoba membenarkan. "Kau bisa berhemat, dan menabung. Bukankah kita sudah punya hotel sendiri? Kenapa harus repot-repot menyewa hotel lain?"
"Apa?" Kenny menatap jijik. "Berhemat tidak ada dalam kamusku."
Selina angkat bahu. "Kakek pasti bosan dan ingin suasana baru. Jadi aku menyewa tempat lain. Lagipula, uang kita kan banyak."
"Itu baru cucuku." Kenny mengelus puncak kepala Selina dengan bangga. "Kau sendiri bagaimana, Alex?"
Ia tersenyum kaku. "Aku tidak mungkin menghabiskan uang sebanyak Kak Selina."
Mendengarnya, Levi mendengus bangga. Bersyukur jika doktrin mengerikan dari Kenny tak sanggup menembus pertahanan milik anak laki-lakinya. Ternyata usahanya tidak sia-sia karena telah sedikit menjauhkan Alex dari pria tua itu.
Yah, paling tidak ada satu dari kedua anaknya yang memiliki sifat down to earth.
Di sisi lain, Kenny tampak kecewa. "Aduh, aku tidak bisa mati dengan tenang jika kau seperti ini. Selina kau harus mengajari adikmu. Jangan sampai dia mewarisi sifat Papamu. Sudah cebol, seperti orang miskin pula!"
Baik Selina atau pun Alex menanggapi ucapan itu dengan tawa. Jika bukan anaknya, Levi sudah menjitak kepala mereka satu per satu.
Di tengah-tengah tawa, seorang pengawal setia menginterupsi, "Tuan Kenny, kita harus segera masuk ke dalam. Cuacanya tidak baik untuk kondisi Anda." Lalu mencoba untuk mendorong kursi roda itu setelah ayah dan anak-anak di sana mengizinkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Before Dawn
FanfictionHanya sepenggal kisah kasih berhati dewasa yang tahu kapan harus berhenti mencinta. Bumi yang dipijaknya tak membiarkan kedua insan mempertahankan yang seharusnya dipertahankan. Sebab saat itu dunia memberi mereka tiga pelajaran hidup; ketika harus...