A

1.5K 299 128
                                    

Ada yang sudah lihat spoiler chapter ini di Instagram?☺️ Mulai sekarang saya akan sering posting spoiler ya, jadi jangan lupa follow @Elchotye ^^

Sebelum lanjut baca ada hal yang perlu saya sampaikan, yaitu bijaklah dalam menanggapi cerita ini. Before Dawn termasuk kategori dewasa, sebenarnya, apalagi masalah konfliknya. Dunia dewasa itu penuh dengan lika-liku, yang harus sebisa mungkin bijaksana dan berpikir panjang untuk masalah pengambilan keputusan. Kalau masih ada yang DM minta tokoh-tokoh di sini untuk egois dsb, maaf, itu artinya mungkin kalian belum cukup ngerti apa itu kedewasaan. Dan maaf juga, mungkin cerita ini bukan untuk kalian.

Jadi sekali lagi, tolong bijak dalam menanggapi cerita ini ya! Terima kasih dan selamat membaca😊

.
.
.
.
.

Kenop pintu mendingin, dibekukan oleh sepasang mata kelabu.

Levi berdiri di depan rumah itu. Rumah yang rasanya sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali ia mampir dan memperkenalkan diri sebagai kekasih putri si pemilik tempat tinggal. Rumah yang menjadi saksi bisu perpisahan dua insan di masa lalu. Dan sekarang rumah ini pula yang akan menyaksikan persatuan kembali Levi dengannya.

Kediaman Petra.

Pria itu masih bergeming di sana. Menatap pintu dalam ketenangan luar biasa. Hidup ini memang bedebah, jadi sudahlah. Lakukan apa yang sudah seharusnya ia lakukan. Apapun yang akan terjadi selanjutnya, ia harus bisa menjamin bahwa rasa penyesalan tidak akan pernah datang.

Pintu diketuk, dan tidak membutuhkan waktu lama bagi pemilik untuk membukakannya.

"Levi?"

"Hai," sapanya datar.

Pria itu melirik sekilas pakaian yang dikenakan wanita di hadapannya. Hanya kaos biasa dengan rok selutut berwarna senada. Sederhana, tetapi benar-benar khas Petra. Di sisi lain, mata Levi secara tidak sengaja menyapu daerah perut. Ah, anaknya yang lain. Yang harus ia pertanggungjawabkan. Alasannya berada di tempat ini.

"Apa ayahmu ada di rumah?"

Belum sempat Petra menjawab, sosok pria itu muncul di balik pintu. Ia tampak jauh lebih sehat dari terakhir mereka bertemu. Pun, jika Levi masih harus menerima pukulan di tubuhnya, pasti akan terasa lebih sakit.

Tak apa. Ia sudah siap.

Levi siap mempertanggungjawabkan semuanya.

Pria itu menatapnya tepat di mata. "Ada hal yang harus aku bicarakan denganmu."

Setelah meneliti Levi dari atas hingga bawah—yang sangat jarang—terlihat agak berantakan, ia pun membalas, "Masuklah."

Sebenarnya penampilannya saat itu tidak buruk-buruk amat jika hal itu terjadi kepada orang lain. Tetapi ia adalah Levi, dan kemeja lusuh yang lintingan lengannya tidak rapih, ikat pinggang agak terteruk hingga wajah sedikit pucat karena kurang tidur bukanlah suatu hal biasa yang dia tunjukkan kepada orang lain.

Ya, Levi tidak tidur semalaman. Dan menyelesaikan pekerjaan di kantor bukanlah penyebabnya.

Levi meninggalkan kantor tepat jam delapan malam. Hanya pulang untuk mengambil baju sebelum pergi mencari hotel sebagai tempat bermalam hingga beberapa hari ke depan. Tetapi apa daya. Niat awal menyapa anaknya sebentar malah berakibat lain; Levi mendengar semuanya. [Name] yang berniat membawa Selina pindah ke tempat terpencil. [Name] yang menjelaskan jika ia akan semakin sibuk hingga tidak bisa terlalu sering berkunjung.

Before DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang