A

1.7K 304 172
                                    

Kenny Ackerman tidak pernah menyangka, jika pemikiran sepintas akan membuahkan hasil sebagus ini.

Mengikut sertakan sang cucu, membuat Selina harus mengotori tangannya yang masih suci. Putih bersih seperti bayi yang baru saja dilahirkan. Setelah ini, anak perempuan itu barangkali sudah terdoktrin berbagai hal mengerikan. Berpikir jika berbuat tindakan kejahatan juga kelicikan adalah sesuatu yang wajar. Lalu jauh di depan sana, cucunya bisa saja melakukan hal lebih besar dari ini.

Selina yang malang.

Katakanlah Kenny tidak berperasaan. Tetapi memang tak ada rencana lain yang lebih baik dari itu.

Kenapa harus Selina? Itu hal yang sangat mudah untuk dijawab.

Membuat lawannya lengah karena yang sedang dihadapi saat itu hanyalah bocah polos—yang sebenarnya kepolosan itu sudah terenggut oleh sifat egois para orang dewasa. Aurille mungkin tidak menyangka jika anak seperti Selinalah yang justru sudah dilatih untuk menjatuhkannya. Hingga hancur tak menyisakan apapun.

Tentu, itu bukanlah hal yang mudah agar dapat terlaksana dengan lancar. Perlu waktu bertahun-tahun bagi Kenny untuk mendidik Selina. Menjadikan cucunya bukan hanya sekadar anak pintar, tetapi juga tangguh dengan mental kuat. Walau tetap saja, ia harus merelakan kepergian sifat periang yang disukai banyak orang itu.

Kenny bahkan masih ingat setiap senyuman riang, yang kini sudah tergantikan. Selina masih tersenyum, hanya saja tampak dingin tak berperasaan.

Lalu yang terakhir, ia harus menjauhkan Levi dari perusahaan. Bukan tanpa alasan. Sebut saja ia meminjam putri kecil pria itu, tanpa izin pula. Jika saja Levi tahu rencananya selama ini, dia pasti sudah pindah jauh membawa serta keluarganya. Kenny tak lagi diberikan kesempatan untuk bertemu dengan mereka.

Kenny bahkan harus memberikan perkataan kelewat pedas untuk membuat Levi tidak datang bekerja seperti: "Habiskanlah waktumu untuk memulihkan kesehatan!" Padahal kondisi pria tua ini jauh lebih memprihatinkan. Atau: "Dasar, sudah cebol sekarang kau cacat pula! Sudah berapa kali kau membuat bisnisku hampir terjun bebas? Pria sepertimu itu lebih baik diam di rumah, duduk manis seperti Bapak Rumah Tangga yang patuh terhadap istri!"

Namun, mau sepedas apapun perkataannya, Levi tetaplah menjadi kebanggaan juga kebahagiaannya.

Terutama sejak adik cantiknya harus berpulang. Membuat Kenny berjanji untuk melindungi juga menjaga bocah tak ramah yang dulu sempat dititipkan kepadanya. Janji itu ... terus ia pegang hingga saat ini. Jika sekarang Levi merasa terusik dengan itu, maka biarlah Kenny melindunginya secara diam-diam.

Kepada Levi.

Kepada anak-anak dari pria itu. Termasuk orang-orang yang sedang, atau dulu pernah menjalin hubungan serius dengan Levi.

Orang-orang pasti akan meremehkannya sebab hidup terikat dengan janji. Tetapi menurut Kenny, mereka yang memegang teguh setiap janjinya, diikuti dengan rintangan sesulit apapun itu ... adalah sosok tangguh yang sebenarnya. Sungguh, menurutnya seseorang pasti gagal dalam berkarir jika janji kecil saja selalu diingkari.

Janji nonformal. Tanpa ada hitam di atas putih. Hanya segelintir orang yang bisa setia menyanggupinya.

Kini sudah lewat berbulan-bulan sejak kejadian mencengangkan yang dilakukan Selina. Banyak orang terkejut, terutama Levi juga [Name]. Mereka tidak habis pikir dengan kelakuan anak perempuan satu itu. Sebetulnya tidak terlalu mengejutkan jika kau bertanya kepada pria tua ini. Sebab dia selalu tahu hal-hal apa saja yang dilakukan cucunya.

Kali ini di waktu senggangnya, Kenny menyempatkan diri untuk mampir ke kediaman terbaru Aurille. Walau cukup banyak manusia yang menempatinya, tetapi tempat ini terbilang kecil, bahkan lebih mungil ketimbang halaman rumahnya. Kamar mandinya pasti kotor, lembab seperti tak terurus dan banyak sekali kuman di sana. Walau terdengar memprihatinkan, Kenny justru bersyukur inilah tempat tinggal baru bagi Aurille.

Before DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang