B

1.9K 315 178
                                    

Hai, BD update lagi. Minggu lalu sebenernya bakal update hari Sabtu atau Minggu. Cuman karena lagi nggak enak badan jadi terpaksa diundur ke hari ini. Saya sudah sering kasih info di Instagram. Entah lewat instastory ataupun balesin DM yang masuk. Saya memang lebih sering aktif di IG untuk kasih spoiler, info atau jokes karena di sana bisa lebih fleksibel. Jadi buat yang nggak mau ketinggalan info bisa langsung follow akun saya, usernamenya sama kok kayak wattpad.

Lalu part kali ini yang paling makan waktu banyak untuk ditulis. Karena sampai 10 ribu kata lebih! Jadi musti dicicil beberapa hari untuk diketik. Dan maaf kalau semisal ada typo. Chapternya terlalu panjang dan mungkin ngebuat saya kurang teliti. Jadi tolong tandain aja seperti biasa biar bisa langsung saya edit.

Selain itu setelah saya amati, ternyata banyak Selina2 lainnya yang sering ngisi kolom komentar. Saya cuman mau bilang kalau kalian hebat! Jangan menyerah karena setiap perjuangan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Yang terakhir, bacanya nggak perlu terburu-buru. Dinikmatin aja. Kalau ada kegiatan yang belum beres lebih baik diselesaikan dulu supaya bacanya tenang^^

Selamat membaca!

.

.

.

.

Selina Ackerman belum mengerti, jika hidup berjalan selayaknya air di sungai. Terus mengalir, terkadang menempa batu keras, lebih sering terjatuh di tebing tinggi. Terjun bebas mencapai dataran yang lebih rendah lalu kembali melanjutkan hidup, mengalir lagi. Juga, ia belum mengerti. Kenapa setiap kali pelangi akan muncul, air harus lebih dulu terjatuh?

Mungkin ia sudah terlalu nakal hingga Tuhan memberinya hukuman lewat mimpi buruk.

Kesedihan juga kebahagiaan merupakan kesatuan yang selalu berdampingan. Adalah wajar jika manusia mengalami kedua hal itu. Tetapi semakin memikirkan kebenaran yang selalu ditutupi darinya, ia malah emosi. Selina tidak pernah menangis walau sesakit apapun luka di tubuh karena terjatuh, atau sesedih apa ketika orang kesayangan tak bisa datang berkunjung. Namun, kali ini amarah terlalu memuncak hingga air mata itu terjatuh begitu banyak.

Air mata masih menetes terlalu banyak hingga akhirnya mengering. Ketika membuka mata dan mendapati Caven masih memeluknya, Selina baru tersadar jika mimpi buruknya nyata.

Mata kelabu menatap keluar jendela. Memperhatikan tiga bintang bersinar di langit malam yang menyerupai keluarga kecilnya dulu. Terlalu jauh, sampai kapan pun tak akan pernah bisa tergapai lagi.

Memandang tiga bintang tampak berhimpitan di langit malam yang menyerupai keluarga kecilnya dulu. Tetapi Selina tahu, jarak yang memisahkan mereka melebihi jutaan cahaya. Terlalu jauh, sampai kapan pun tak akan pernah bisa bersatu.

***

Tahun pertama.

[Name] memandangi ponselnya dalam diam.

Terhitung lima hari sudah Selina berpisah dengannya, tetapi tidak satu kali pun bocah itu menyempatkan waktu untuk berbincang lewat telepon. [Name] selalu menghubungi pengawalnya setiap kali ia ada waktu. Tetapi sayang, Caven berkata jika Selina sedang tidak ingin diajak bicara, atau sudah terlanjur tidur pulas.

Menghubungi Kenny di waktu yang sekarang sangatlah berbeda dengan dulu. Teleponnya selalu disibukki berbagai panggilan. Pria itu itu benar-benar mengambil alih segala kekuasaan Levi di kantor. Jadi untuk sementara waktu, [Name] tidak bisa menghubunginya.

Lalu suatu malam, [Name] terlonjat ketika nama Caven muncul di layar ponsel.

"Halo?"

Suara lugu yang bergetar menyambut, "Mama ... Selina rindu Mama."

Before DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang