J

1.7K 325 111
                                    

Di pertengahan akan ada instruksi untuk memutar musik. Saya memang menyarankan untuk baca sambil dengar lagunya supaya bisa lebih meresapi cerita.

Selamat membaca!

.
.
.
.
.

"Kau siap?"

Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam ketika [Name] menatap pria itu berbalut tuxedo hitam hingga rambut yang tersisir rapi ke belakang. Rasanya sudah lama sekali, saat terakhir ia melihat Levi mempersiapkan diri seperti itu. Dia terlihat jauh lebih tampan dari biasanya.

Sebab malam ini adalah malam yang spesial.

"Siap untuk berpura-pura bahwa kita baik-baik saja?" ucapnya sedikit sarkas. "Ya, aku siap. Selalu." Andaikan jika bisa.

Levi di sampingnya, mengulurkan lengan sebagai isyarat agar [Name] menggenggamnya di sana.

Mereka masuk ke dalam gedung dimana pesta para pengusaha juga pejabat negeri berlangsung. Acara yang mengusung tema amal membuat Levi mau tak mau harus menggandeng [Name] setiap ia melangkah. Walau otaknya menolak semua ini, tetapi ketika wanita itu terus mengapit di sisinya, ia merasakan apa yang disebut kenyamanan.

[Name] tersenyum kepada setiap orang yang menyapa mereka. Memuji berbagai hal dari mulai gaun, riasan wajah, hingga betapa serasi pasangan-pasangan yang hadir malam itu. Namun, ketika seorang wanita paruh baya, tetapi terlihat sangat anggun balik memuji kemesraan Levi dan pasangannya, [Name] agak merengut. Tersenyum paksa adalah pilihan terbaik.

Satu lagi pasangan yang tiba-tiba menyapa. Begitu ramah dan tampak sangat kaya dengan busana berharga selangit.

"Mereka partner perusahaan kita," jelas Levi kepada [Name]. "Berjasa besar karena bantuan untuk proyek dua tahun lalu."

"Tentu. Kami selalu siap membantu. Karena sebenarnya yang benar-benar berjasa adalah perusahaan kalian di masa lampau. Tanpa bantuan Tuan Kenny, kami tidak bisa menjadi seperti sekarang ini."

"Gaunmu indah sekali," puji [Name] pada istri pria itu.

"Ah, terima kasih. Gaun ini didesain khusus untukku. Nama perancangnya sedang naik daun akhir-akhir ini karena busana terbarunya yang fantastis. Harganya pun mahal sekali."

[Name] hanya tersenyum menanggapinya. Kalau ia adalah wanita yang hobi menyombongkan kekayaan, ia akan menyebutkan nominal. Sebab harga dari pakaian beserta perhiasan yang sedang dipakainya saat itu bisa ditukarkan dengan gedung tempat acara ini berlangsung.

"Dan, oh, gaya rambutmu itu keren sekali. Seperti vampir yang di film-film," pujinya kepada Levi, lalu melirik suaminya sediri. "Suamiku, kau juga harus berdandan seperti itu sesekali."

"Aku tidak mungkin cocok," balasnya diselingi tawa.

Levi menanggapinya dengan santai. "Aku hanya perlu mendengarkan perkataan istriku." Lalu melirik [Name] sekilas lalu memeluk pinggangnya dengan sebelah tangan.

[Name]—walau Levi menyadari terdapat sedikit keterkejutan di sana—otomatis merapatkan diri ke arah pria itu. Ia menatapnya, juga memeluk balik dengan senyuman lembut. "Aku benar, kan? Gaya rambut seperti ini memang cocok untukmu."

"Ya, kau benar." Levi balas menatap, begitu dalam. "... Dan akan selalu benar."

Bermenit-menit berikutnya, lagu yang mengudara pun berganti. Dari klasik menuju romantis. Entah apa yang dipikirkan pihak penyelenggara acara, tetapi para pasangan diminta turun ke lantai dansa dan, yeah, kau tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

Before DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang