L

2K 275 133
                                    

Levi Ackerman tahu jika waktu berjalan sangat cepat. Terlebih ketika ia hanya bisa terbaring di ranjang rumah sakit, bertahun-tahun, membuat semua orang panik dan mulai merelakannya untuk pergi.

Ia mengalami tidur panjang, walau rasanya hanya seperti terlelap untuk satu malam suntuk. Tahu-tahu ketika terbangun, anak-anak ini telah beranjak dewasa. Levi bahkan hampir tidak mengenali beberapa dari mereka sebab memori yang terpecah dan pertambahan usia orang-orang.

Terlebih saat Si Tua Bangka menarik tangan Selina dan berkata, Kau harus memberitahu Mamamu, suruh dia datang kemari. Levi sempat terdiam.

Kenapa? Pikirnya. Petra ada di sini.

Kemudian Levi seperti baru saja dijatuhkan dari gedung tertinggi. Sadar sesadar-sadarnya ketika menatap wajah Selina. Bocah itu memang memiliki paras persis seperti dirinya. Namun, ada beberapa hal yang merupakan warisan dari sang ibu, dan hanya Levi seoranglah yang tahu apa itu.

Ah, dia hampir saja melupakannya.

Saat berjumpa kembali dengan wanita itu beberapa saat setelahnya, Levi tidak melihat banyak perubahan yang signifikan. Syukurlah. [Name] tetaplah [Name]. Masih sama seperti yang ia ingat.

[Name] mengingatkan, karena sekarang Selina tidak lagi tinggal bersamanya, ia meminta agar Levi menepati setiap janji yang telah dibuat. Tak peduli sekecil apapun itu. Dia menyanggupi, Untuk beberapa hal, aku memegang teguh janji-janjiku. Wanita ini tidak merespon apapun. Tetapi Levi tahu [Name] mengerti jika janji yang dimaksud adalah janji yang mereka buat di hotel beberapa tahun silam.

Hal pertama yang Levi ucapkan ketika ia mulai kembali lancar berbicara adalah, Ini gila ... mereka cepat sekali tumbuh dewasa. Selina dan Alex. Ada berapa banyak hal yang pria itu lewatkan untuk melihat perkembangan anak-anaknya? Lalu Petra menjelaskan secara rinci. Menjabarkan setiap hal—juga barangkali setiap detik yang Levi lewati. Mulai dari situasi canggung karena Selina belum sepenuhnya menerima kehadiran orang lain, tiap kesedihan hingga pertikaian kecil yang hadir selama beberapa tahun ini.

Salah satu yang menarik perhatian Levi adalah perubahan Selina. Sebab tanpa dijelaskan sekali pun, pria itu tahu jika ada hal yang tampak berbeda dari anak perempuannya.

Dulu, Selina adalah anak ceria yang senang menceritakan hal apapun kepada semua orang. Tetapi sekarang? Bocah ini lebih sering menyendiri, dan bahkan tak akan bersuara jika orang lain tidak menyapanya lebih dulu. Senyumnya pun—walau terkadang masih sering terlihat menghiasi wajahnya—tampak sangat berbeda. Selina tidak lagi tersenyum sebagai Selina. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan jauh di lubuk hati.

Terkadang hati Levi seringkali meradang. Ia seolah sedang bercermin jika berhadapan dengan Selina.

Dulu sekali, Levi pernah menjadi anak paling nakal yang hobi berbuat keisengan hanya untuk membuat diri sendiri tertawa. Tetapi semenjak kepergian Kuchel, ia tak lagi melakukan kesenangan hanya untuk tersenyum. Sama halnya dengan Selina. Anak itu telah kehilangan orang-orang terdekat hingga tidak lagi mau untuk menampakkan wajah ceria.

Namun, jangan panggil ia ayah dari Selina jika tidak tahu bagaimana caranya membuat senyum itu hadir kembali.

Levi baru saja pergi mengunjungi toko buku saat ia tahu Selina sedang berada di rumah saat akhir pekan. Kesibukan keduanya membuat mereka jarang bertemu akhir-akhir ini. Levi harus kembali bekerja untuk menggantikan Kenny yang sedang berobat ke luar negeri. Sedangkan Selina sibuk belajar, juga mempersiapkan segala hal yang Si Tua Bangka inginkan.

Bedebah, memang. Levi tidak pernah mau anak-anaknya meneruskan perusahaan. Mereka lebih baik menggapai cita-citanya masing-masing. Tetapi karena pria ini sempat absen di antara mereka hingga 8 tahun lamanya, tak ada yang bisa dirubah kembali.

Before DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang