20. Vanila

1.1K 235 56
                                    

Banyak kebiasaan yang berubah sejak kehadiran Adit. Biasanya, Sera tidak pernah sarapan, tetapi sejak ada Adit, sarapan itu jadi hal wajib. Biasanya, Sera tidak suka masak, tetapi karena Adit, masak itu jadi hal utama alih-alih pesan makan lewat aplikasi. Biasanya, Sera tidak mengisi waktu liburnya dengan lari pagi, tetapi hal itu berubah lagi-lagi karena Adit.

Begitu juga dengan hari ini. Tanpa aling-aling, Adit mengajaknya belanja untuk keperluan rumah di luar kebiasaan Sera. Jangan tanya. Ia tentu saja tidak pernah belanja bulanan---mengingat dirinya hanya tinggal sendiri---kecuali soal sabun, shampoo, dan lain-lain. Namun, berkat Adit, kakinya jadi melangkah menuju rak makanan beku. Hal langka yang tak pernah dilakukannya selama bertahun-tahun hidup sendiri.

"Kamu kalau mager, masak ini aja, gampang." Adit berujar sembari memilih nugget di dalam lemari pendingin. "Jangan keseringan pesen GoFood."

Sera mengangguk.

"Mau tempura, gak?" tanya Adit.

"Boleh."

"Beli satu aja, ya," gumam Adit, lalu memasukkan beberapa bungkus nugget siap goreng ke troli yang saat ini tengah dipegang oleh Sera. "Apalagi?"

"Ud---"

"Oh, telur."

Bibir Sera kembali mengatup saat Adit menyela jawabannya.

"Sini, aku aja yang dorong."

Sera menyerahkan troli tersebut kepada Adit, lalu menggeser sedikit posisinya agar dapat berjalan seirama dengan lelaki itu. "Kak Adit, masih tinggal di apartemen?"

"Hm, masih."

"Berarti suka belanja gini juga?"

"Ya."

"Oh, pantesan. Enggak heran di rumah masak mulu."

Adit terkekeh. "Mending masak sendiri, Ra, daripada GoFood."

"Tapi mager."

"Makanya aku beliin nugget, biar tinggal goreng," timpal Adit. "Nanti kalau nikah gimana coba? Masa suaminya mau dikasih makan dari GoFood terus?"

"Emang kenapa? GoFood juga banyak ragamnya, kok."

"Enggak gitu, dong," sanggah Adit. "Suami juga kali-kali pengin dimasakin sama istrinya."

"Oh, gitu?"

Adit mengangguk.

"Kalau istrinya gak bisa masak gimana?" tanya Sera.

"Mana mungkin gak bisa," tampik Adit. "Semua orang bisa masak, cuma belum tentu bisa ngenakin makanan."

Kenapa Sera tersindir, ya?

"Terus gimana biar enak? Belajar, tapi sayangnya gak semua orang mau belajar, makanya pada berdalih di balik kata 'gak bisa', padahal manusia itu makhluk serba bisa. Buat matahari jadi dua aja bisa, masa perkara masak aja gak bisa?" tambah Adit. "Seenggaknya, coba dulu sebelum bilang gak bisa. Belajar terus. Setahap demi setahap. Selangkah demi selangkah. Kamu siap, 'kan?"

Sera menoleh. "Siap apa?"

"Jadi istri yang bisa masak."

Sera tergelak. "Masih jauh! Skripsi aja belum selesai."

"Ya, enggak apa-apa. Anggap aja edukasi sebelum menikah."

Lagi, Sera hanya tertawa. Untuk saat ini, menikah adalah tujuan terakhir dalam hidupnya. Masih banyak hal yang belum dicapai sebelum mendedikasikan diri menjadi seorang istri. Tidak masalah, 'kan? Setiap orang punya goals sendiri dalam hidupnya, dan menikah bukanlah goals utamanya.

Serama (Ayo, Move On!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang