Sera bingung ketika mendapati sebuah mobil fortuner hitam terparkir di halaman rumahnya. Ia tidak tahu ini milik siapa karena seingatnya mobil Ayah dan Ibu bukan seperti ini. Yah, memang mungkin saja jika Ayah dan Ibu sudah ganti mobil, tetapi yang tidak mungkin adalah keberadaan mereka di rumah secara tiba-tiba.
Kaki Sera melangkah ke dalam rumah dengan perlahan. Mungkin mobil ini milik saudara atau kerabatnya yang sedang berkunjung. Mana mungkin pencuri datang seterang-terangan ini sampai parkir mobil di depan rumah, kan? Tidak, tidak. Itu mungkin saja karena pencuri jaman sekarang tidak mengenal takut. Astaga, membayangkan sesuatu yang buruk membuatnya bergidik ngeri.
"Sera?"
Langkah Sera sontak berhenti ketika seseorang memanggil namanya. Ia menoleh, dan terkejut ketika mendapati seorang lelaki sedang menuruni anak tangga. "Kak Adit?!"
Lelaki bernama Adit itu malah mengernyit bingung karena melihat Sera berjalan mengendap-endap sambil celingukan seperti sedang memastikan sesuatu. "Kamu ngapain?"
Namun, Sera masih terkejut sekaligus linglung melihat Adit ada di rumah. "Kak Adit, kenapa bisa di sini?"
"Mbak Nia yang bukain pintu tadi."
"Bukan, bukan itu," sanggah Sera. "Kemarin Kak Adit bilang masih di Jakarta?"
Adit mengulum senyum, lalu terkekeh. "Surprise?"
Tatapan heran Sera pada Adit semakin kentara. Ia tetap tak mengerti dengan kehadiran tiba-tiba Adit di rumah ini. Baru kemarin malam dia mengatakan masih ada di Jakarta, tetapi malam ini secara tiba-tiba ada di hadapannya. Bagaimana bisa?
"Gimana kabar kamu, Ra?" tanya Adit ketika berhenti di hadapan Sera. "Sehat?"
Sera menggigit kecil bibirnya. "Hm, sehat. Kak Adit sendiri?" Ia tiba-tiba ingin menangis karena mendapati sosok yang selama ini hanya dapat dilihat melalui panggilan video ada di hadapannya saat ini.
"Sehat," jawab Adit. "Ibu sama Ayah juga sehat. Mereka titip salam buat kamu."
Mendengar kabar itu membuat dada Sera semakin berdesir. Ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan sampai membuatnya sulit menelan. "Kenapa mereka enggak ke sini?"
"Ada kerjaan yang enggak bisa ditinggal," jawab Adit.
Tak ada sahutan. Sera hanya bergeming menatap Adit tanpa suara.
"Kenapa, Ra?" tanya Adit saat mendapati Sera hanya diam.
Sera menggeleng. "Emang Kak Adit enggak ada kerjaan?"
"Ada," jawab Adit. "Justru ke sini mau ngurus kerjaan."
"Ooh, gitu?" Sera tersenyum kecut. Sedikit kecewa mendengar alasan keberadaan Adit di rumah ini. Bagi mereka, perkejaan memang nomor satu. Mungkin, tanpa urusan pekerjaan, dia tak akan mengunjungi rumah ini, sama seperti Ayah dan Ibunya.
"Ra?" panggil Adit. Ini kali kedua mendapati Sera terdiam. "Kamu enggak seneng aku di sini?"
"Enggak. Em, maksud aku, seneng. Aku seneng." Meski sedikit kecewa, tetapi Sera cukup senang dengan kehadiran Adit. Ia hanya bingung bagaimana cara mengekspresikan rasa senangnya. "Kak Adit pasti capek di jalan. Mau makan dulu atau langsung istirahat?"
Sebelum Sera sempat melangkah, Adit segera menahan tangan perempuan itu, sehingga membuatnya kembali menatap. "Sebentar, Ra." Ia bertutur pelan sebelum mendekat, lalu memeluk tubuh kecil Sera.
"Kak Adit---"
"Sebentar aja, Ra. Aku kangen sama kamu," sela Adit sebelum Sera selesai melayangkan protes. Ia menghirup dalam wangi rambut Sera yang langsung menyeruak masuk ke dalam hidung begitu tubuhnya mendekat. Harum yang selalu ia rindukan selama jarak memisahkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serama (Ayo, Move On!)
FanfictionDiselingkuhi pacar dengan teman sendiri memanglah epic, tetapi pernah tidak diselingkuhi pacar dengan kakak sendiri? Ya, kakak sendiri, kakak kandung, bukan kakak-kakak-an, apalagi kakak adik zone. Benar-benar kakak yang satu ayah, satu ibu, dan sek...