31. Another Level of Pain

1.4K 236 36
                                    

"98.4 FM Prambors Radio Indonesia Number One Hit Music Station!"

"Ngomong-ngomong, Kaula Muda, Bandung lagi macet banget sore ini karena hujan di mana-mana, tapi gak usah khawatir karena Prambors akan kasih lagu-lagu yang enak buat nemenin kalian!"

"Nah, mumpung cuaca lagi dingin-dinginnya kayak gini, kita udah siapin lagu yang paling cocok didengerin sambil ngenang mantan. Apalagi buat yang baru-baru aja ditinggalin, nih, tapi masih bertanya-tanya dan yakinin diri kalo dia bakal balik lagi, lagu ini dijamin pas banget buat kamu! Ini dia, Kaula Muda, April dari Fiersa Besari."

Detik itu juga petikan gitar mulai tersiar membuka lagu seiring dengan suara sang penyiar yang lenyap perlahan.

Rama tidak terusik, masih betah menelungkupkan wajah pada lipatan tangan di atas meja, meski suara sang penyanyi sudah terdengar.

Coba tanya hatimu sekali lagi
Sebelum engkau benar-benar pergi

Apa yang spesial? Ini hanya lagu galau biasa dan---

Masihkah ada aku di dalamnya?
Karena hatiku masih menyimpanmu

---dirinya tersindir di bait kedua.

Kisah kita memang baru sebentar
Namun kesan terukir sangat indah

Kenapa liriknya begini?

Kumemang bukan manusia sempurna
Tapi tak pernah berhenti mencoba

Membuatmu tersenyum
Walau tak pernah berbalas
Bahagiamu juga bahagiaku

Dengkusan nyaris keluar. Rasanya ingin menertawakan diri sendiri.

Saat kau terlalu rapuh
Pundak siapa yang tersandar?
Tangan siapa yang tak melepas?
Kuyakin aku

Bahkan saat kau memilih
Untuk meninggalkan aku
Tak pernah lelah menanti
Karena kuyakin kau akan kembali

Sempurna! Hujan dan lirik lagu ini berhasil membuatnya teringat pada Sera.

"Oy, Ram, hujannya udah mayan reda. Balik sekarang, kagak?"

Bahu yang ditepuk berulang kali membuat Rama langsung membuka mata, seketika menghentikan bayang Sera dalam kepala. Didapatinya sosok Yuda yang sudah berdiri sembari merapikan barang ke dalam tas. Ia lantas duduk tegak, melepas earphone yang terpasang di kedua telinga, lalu memandang jejak hujan yang mulai berkurang dari jendela kaca.

"Lo bawa motor?"

Rama menoleh sekilas pada Yuda seraya memasukkan earphone dan ponsel ke saku hoodie. "Bawa."

"Parkir di mana?"

"Depan fakultas," jawab Rama. "Motor lo parkir di sini, 'kan? Gue nebenglah sampe parkiran fakultas."

"Ayo."

Rama praktis berdiri, merapikan laptop dan buku referensi yang masih berserakan di atas meja ke dalam tas, sebelum mencangklong benda tersebut pada salah satu bahu. Setelah itu, tanpa mengatakan apa-apa, mereka melangkah ke luar perpustakaan.

Entah efek kedap suara di dalam ruangan, atau dasar tidak bisa membedakan antara reda dan belum, keduanya sama-sama berhenti melangkah begitu tiba di lantai luar perpustakaan. Dipandangi rinai air yang turun dari langit dengan ketegunan. Memang sudah tidak sederas dua jam yang lalu, tetapi juga tak cukup aman untuk diterobos. Baju mereka akan tetap basah meski hanya mengambil motor di depan.

Serama (Ayo, Move On!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang