"Sekali lagi, semangat, Rama. You deserve to be happy."
Tubuh Rama tiba-tiba membatu ketika Sera tiba-tiba menepuk sisi kepalanya. Ia tak pernah mengharapkan ini, bahkan tak sedikit pun terlintas di benaknya Sera melakukan hal tersebut tanpa diminta. Ingatannya kembali pada mimpi di Balikpapan. Persis. Diamnya bukan karena sentuhan itu, melainkan karena orang yang melakukannya. Dia, Anasera, perempuan yang akhir-akhir ini kerap menimbulkan perasaan aneh di dalam dirinya. Perasaan yang sudah lama ditinggalkan.
Melihat Rama terdiam membuat Sera segera menarik tangannya menjauh. "S-sorry."
Tak ada reaksi apa-apa dari Rama selain menatap Sera dalam diam.
Berbeda dengan Sera yang tiba-tiba merasa salah tingkah karena perbuatannya sendiri. Ia berdeham, lalu meraih segelas air yang masih utuh di atas meja, kemudian meminumnya demi mengurangi kegugupan. Jangan sembarangan lagi, Sera. Menyentuh Rama adalah kesalahan---setidaknya untuk saat ini sampai ia memastikan bahwa degup jantungnya terhadap lelaki itu tidak berarti apa-apa.
"Sera."
"Hah? Iya?" sahut Sera, cepat---terlalu cepat sampai gelagapan sendiri.
Rama bangun perlahan, lalu menopang sisi kepalanya dengan tangan di atas meja tanpa mengalihkan tatapannya dari Sera. "Cerita, dong," pintanya.
Kernyitan serta-merta timbul di kening Sera. "Cerita apa?"
"Apa aja," jawab Rama. "Cerita Nabi juga gue dengerin."
"Apa, sih? Random banget."
"Ayolah," rajuk Rama.
Untuk sesaat Sera tercenung, bingung. Permintaan Rama sebenarnya tidak aneh, tetapi ia tidak tahu harus menceritakan apa, tidak ada yang ingin diceritakannya. Ia merapatkan bibir, sebelum mengalihkan tatapan ke depan, lalu berdeham. "Pada suatu hari---"
"Lo mau cerita apa?" sela Rama, membuat Sera menoleh kembali.
"Si kancil dan buaya."
Wajah Rama mengerut dengan bibir mencebik. "Kayak didongengin mau tidur."
"Tadi katanya cerita apa aja mau didengerin?"
Rama terkekeh. "Iya, iya. Lanjut, Bu."
Giliran Sera mencebik. "Enggak, ah. Entar disela lagi."
"Enggak akan."
"Enggak, udahan sesi ceritanya."
"Mulai juga belum."
"Justru itu, mulai juga belum, tapi udah disela."
"Ooh, ngambek nih ceritanya?"
"Iya!"
Tawa Rama langsung lepas begitu Sera mengakui tanpa basa-basi dengan mata bulatnya yang sedikit mendelik. "Ganti cerita, dong. Jangan tentang kancil, tentang Sera, misalnya."
"Huh?"
"Lo," dagu Rama bergedik menunjuk Sera. "Gue mau tau tentang lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serama (Ayo, Move On!)
FanfictionDiselingkuhi pacar dengan teman sendiri memanglah epic, tetapi pernah tidak diselingkuhi pacar dengan kakak sendiri? Ya, kakak sendiri, kakak kandung, bukan kakak-kakak-an, apalagi kakak adik zone. Benar-benar kakak yang satu ayah, satu ibu, dan sek...