41. Tak perlu disesali

1.4K 204 11
                                    

Gamau tau harus vote!!!!

***

Rahang Aldi mengeras, tangannya mengepal kuat. Suasana hatinya semakin buruk, bahkan ini masih jam 7 pagi, dan moodnya telah hancur seperti hatinya yang telah berkeping-keping bagaikan gelas kaca yang pecah. Melihat dua insan yang ada didepan matanya mengingatkannya tentang kejadian kemarin.

Kita ulang kejadian kemarin....

Karena terlalu banyak makan dan minum akhirnya Aldi kebelet dan ingin ketoilet. Namun, sebelum sampai ditempat tujuan, matanya menatap satu objek yang membuat hatinya panas seketika. Didepan pintu toilet cewek ada Rendi yang tengah mengikat jaket kepinggang Alin. Keduanya sangat dekat dan terkesan sangat romantis, tapi bagi Aldi itu hanya suatu hal yang sangat alay.

"Ah bodo amat!" Aldi langsung membalikkan badannya dan mengurungkan niatnya untuk buang air kecil.

"Huaa tapi gue kebelet banget" Aldi berjalan semakin pelan karena sudah tak tahan.

Karena tak ingin mengompol dicelana akhirnya ia berbalik dan berlari memasuki toilet. Beruntung Alin dan Rendi telah pergi dari sana.

"Gak puas apa dari kemarin berduaan ditoilet" gerutu Aldi pelan. Didepan matanya sekarang ada Rendi dan juga Alin yang sedang berjalan beriringan menuju kelas. Mereka berdua tampak tengah bergurau, Aldi tak tau kenapa mereka bisa sangat sedekat itu. Setaunya Alin tak pernah dekat dengan Rendi sebelumnya.

Hatinya panas. Aldi kesal dan terkesan tak rela melihat Alin bersama pria lain. Tapi apakah ia pantas cemburu disaat ia tak ada hubungan apa-apa dengan Alin?.

"Kemarin sama cowok jelek, sekarang sama Rendi jelek, besok sama siapa lagi tuh dia" gerutunya tak jelas. Sungguh dia sudah seperti seorang pacar yang terbakar api cemburu.

Gak penting banget gue cemburu!.

"Woi!" Aldi kaget tiba-tiba Alan merangkulnya.

"Ngagetin tau gak!" sentak Aldi kesal.

Alan menyengrit heran, tak biasanya Aldi terkecan judes dan kejam seperti ini. "Kenapa lo? Alin lagi? Makanya ucapan itu dijaga, nyeselkan sekarang?" ejek Alan dengan tersenyum remeh.

"Buat apa gue nyesal, karena yang gue lakuin itu uda hal yang sangat baik" kata Aldi bijak.

"Cie uda besar" gurau Alan. Pria itu mengacak gemas rambut Aldi dan pergi meninggalkan Aldi.

Aldi yang diperlakan seperti itu langsung diam dan tersipu malu. Aldi aja baper, apalagi Ayana.

"Ini cinta" gumam Aldi.

"Persahabatan" sambungnya lagi.

***
P

agi ini sangat berbeda dari pagi sebelumnya. Suasana dikelas Alan sangat hening dan tenang seperti tak berpenghuni. Kali ini semua guru sedang mengadakan rapat untuk ujian semester yang akan dilaksanakan minggu depan.


Aldi tengah menopang dagunya dan merenung. Alan, pria itu membaringkan kepalanya dilipatan tangan dan tertidur. Sedangkan yang lain sibuk dengan ponsel, ada yang membaca novel dan tertidur juga seperti yang Alan lakukan. Entah kenapa suasana kelas mereka sangat adem ayem, biasanya ada guru pun akan ramai seperti pasar.

"Lin, kemarin lo kemana?" tanya Ayana pelan.

"Bolos, ke rooftop" jawab Alin santai.

Aldi yang posisinya berada dibelakang Alin langsung menoleh. Lamunannya buyar karena mendengar suara Alin yang terkesan kuat, lebih tepatnya karena jarak meja mereka dekat.

Badboy AlimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang