63. Bidadari ditepi danau

1.3K 178 1
                                    

"Beneran Alien suka sama gue?" Aldi menopang dagunya memandang rumput yang bergoyang ke kanan dan ke kiri.

Aldi tak tau sekarang dia sedang dimana. Yang jelas sekarang dia berjongkok di bawah pohon dan terdapat hamparan yang luas penuh rumput panjang yang bergoyang-goyang terkena angin. Aldi menatap ke arah rumput itu dengan pandangan kosong.

"Kalau Alien suka gue, lah terus sekarang gue harus suka lagi sama dia?" Aldi bingung dengan perasaannya sendiri.

"Ah gini banget direbutin! Nasib jadi cogan ya gini!" Aldi mengacak rambutnya kasar.

Penampilannya bahkan sudah seperti gembel. Seragam sekolah yang lusuh dan rambut yang seperti habis diterpa angin topan. Aldi tadi kabur dari sekolah karena harus belajar tambahan karena sebentar lagi akan ujian.

"Terus nasib gue gimana? Ibu cantik ternyata uda punya cem-ceman!" Aldi berucap lesu.

Dia baru mengetahui fakta mengejutkan tentang Bu Kirana. Guru cantik itu ternyata sudah hampir sold out. Guru itu sudah memiliki tunangan sejak 3 bulan yang lalu. Dan rumornya akan menikah sebulan lagi. Sedih? Sudah jelas bahwa dia sangat sedih sekali dengan fakta itu. Kecewa? Tentu saja sedikit. Beruntung hati Aldi kuat. Dan yang lebih menyedihkan adalah calon suaminya itu seorang dokter muda yang sukses dan tampan.

"Aelah. Dari pada gue bingung mending gue gak usah cinta-cintaan! Puyeng pala gue!" Aldi memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.

Aldi berjalan tak tentu arah menyusuri rerumputan itu. Matanya terbelalak kagum karena keindahan alam yang satu ini. Dia baru saja menemukan tempat yang indah dan enak untuk menyendiri.

"Wawwww. Andai aja disini ada bidadari, pasti menyenangkan." Bidadari yang ia maksud adalah cewek cantik.

Setelah jauh dia berjalan, Aldi berhenti karena didepan matanya ada danau yang sangat indah dan cantik. Mulutnya berdecak kagum dengan keindahan alam yang Allah ciptakan ini.

Aldi berjongkok di tepi danau itu dan memegang sedikit airnya kemudian menjauh takut. "Kalau ada buaya gimana,ya?" Aldi berucap takut.

"Ah, kan gue buayanya." Aldi terkekeh sendiri.

Suara isak tangis membuat Aldi langsung merinding dan memundurkan langkahnya takut. "Huaa ada kuntilanak disiang bolong?!" Aldi berlari tak tentu arah. Namun dia salah karena berlari malah menghampiri suara itu.

Mata Aldi terbelalak melihat sosok wanita dengan rambut panjang duduk sendirian di tepi danau. Aldi melihat wanita itu dari belakang dan tak terlihat wajahnya. Dengan takut-takut dia berjalan mendekati wanita itu. Sepatunya bahkan dilepas agar tak menimbulkan suara.

"Sejak kapan kuntilanak rambutnya coklat begitu?!" Aldi menyengrit heran dengan kuku jari yang di gigiti karena merasa takut.

Suara isak tangis itu semakin terdengar kuat ditelinganya karena jaraknya sangat dekat. Tiba-tiba tak sengaja Aldi memijak batang kayu yang menimbulkan suara.

"Aish, goblok!" Aldi bergumam.

Wanita itu langsung menoleh dengan tangisan yang sudah berhenti. Dia menyengrit heran mendapati sosok pria berseragam SMA.

Aldi mengangkat pandangannya untuk kembali berjalan. Namun Aldi terjungkal kebelakang karena wanita itu melihat ke arahnya. Seketika Aldi mengusap dadanya bersyukur karena bukan wajah hancur penuh darah yang ia lihat. Justru wajah cantik dengan pipi gembul yang memerah.

"Kamu siapa?" tanya wanita itu.

Aldi berjalan mendekat dan duduk di sampingnya. "Aldi, cowok ganteng nomor 2 di komplek karena Alan nomor 1." jawab Aldi songong.

Aldi memandangi wanita itu kemudian menganggukkan kepalanya lucu. Ternyata gadis itu berseragam SMA dan yang lebih parahnya satu sekolah dengannya.

Suara tangisan kembali terdengar membuat Aldi langsung tersadar dan ketakutan sendiri. "Eh, lo kenapa nangis? Gue salah kalau gue ganteng?" pertanyaan konyol dari Aldi membuat tangisan itu semakin kencang.

"Haduh gue harus apa! Gak mungkil lo gue peluk kayak yang di novel-novel? Gak boleh nanti gue di marah tuh...."

Belum selesai Aldi menjelaskan gadis itu langsung memeluk Aldi dan bersandar di dadanya. Tubuh Aldi mendadak kaku dan mulutnya tak bisa berbicara. Badannya kotor. Gadis itu manusia berjenis kelamin perempuan yang memeluknya pertama kali selain Bundanya.

"Aku sedih... aku gak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Kenapa tuhan biarkan aku sendirian? Ayah dan Ibuku diambil oleh tuhan. Hikss hiksss aku harus apa? Aku gak punya siapa-siapa?" Suaranya bergetar dan tangisannya semakin kencang.

Aldi bingung sendiri harus menanggapi apa. Mau mendorong gadis ini agar tak memeluknya sembarang tapi takut gadis ini malah kecebur ke dalam danau. Mau marah tak tega karena gadis ini terlalu imut. Akhirnya Aldi memilih untuk menepuk punggung gadis itu pelan agar tenang. Habis ini ia akan mandi bersih dan memohon pada Allah agar tak semakin banyak dosanya.

"Lo gak sendiri. Ada gue disini," ucap Aldi menanggapi.

Sedetik kemudian Aldi menepuk mulutnya sendiri karena sudah lancang berbicara ngawur.

Pelukan itu terlepas membuat Aldi sedikit tak rela. Gadis itu menatap Aldi dengan mata sembabnya. "Kita gak kenal, bahkan aku gak tau siapa kamu. Maaf sudah lancang meluk kamu sembarangan. Aku hanya sedih. Soal curhatan tadi tolong jadikan ini rahasia kita berdua."

Aldi menganggukkan kepalanya. Dia sedikit heran karena dia tak seterkenal yang dia bayangkan. Yang Aldi tau gadis ini memakai seragam yang sama dengan sekolah ayah Arlan. Tapi nyatanya gadis ini tak mengenalinya. Apakah kepopulerannya sudah tersingkirkan?

"Kamu kok bisa disini?"

"Nyasar," jawab Aldi seadanya.

"Selama ini tempat cuma ada aku sendiri yang selalu disini."

Aldi menganggukkan kepalanya menanggapi. Dia jadi bingung sendiri mau berbuat apa. Badannya mendadak kaku karena serangan mendadak dari gadis itu tadi. Jantungnya bahkan masih berdebar kencang. Pelukan itu sangat nyaman sehingga Aldi ingin merasakannya lagi.

"Kamu satu sekolah sama aku?" tanya gadis itu baru sadar.

"Iya, lo gak kenal gue?" gadis itu menggeleng.

"Padahal gue populer karena ketampanan gue." ujar Aldi pede sambil menyugar rambutnya.

Gadis itu terkekeh membuat Aldi menoleh dan menatap kagum. Kekehan gadis itu terdengar indah di telinganya.

"Makasih kamu sudah datang kesini. Karena kamu aku bisa tertawa lagi." Aldi langsung terdiam.

"Kamu orang pertama yang buat aku tertawa. Aku suka sama kamu," ucap gadis itu blak-blakan.

Jantung Aldi langsung ingin melompat dari tempatnya. Gadis ini asli atau jadi-jadian sih? Kenapa sangat ngampang sekali mengucapkan kata keramat itu.

"Nama aku Masha. Kamu, Aldi kan?"

"Lo kenal sama gue? Tadi katanya gak kenal!" serobot Aldi.

"Kan tadi kamu duluan yang bilang nama kamu Aldi,"

Pipi Aldi bersemu merah karena malu.

"Kamu mau aku tunjukin tempat yang menakjubkan, gak?" Aldi mengangguk semangat.

Gadis itu bangkit lalu menggandeng tangan Aldi membawanya berlari. Aldi menatap tangannya sendiri dengan perasaan amburadul. Jadi ini yang Alan rasakan saat dia gandeng?

Keduanya sampai di rumah pohon yang tampak cantik membuat Aldi menganga tak percaya karena tempat seindah ini tak ada yang mengetahui.

"Bagus gak?" Aldi mengangguk lucu membuat Masha tersenyum geli.

"Dulu Ayah yang buat untuk aku, tapi sekarang Ayah sudah pergi bersama Ibu," ucap Masha dengan senyum pedih.

Aldi merasa hatinya sakit karena gadis itu sedih. Ada perasaan aneh didalam tubuhnya yang tidak bisa dia jabarkan.

"Boleh peluk kamu lagi, gak? Aku butuh pelukan."





















Jangan lupa vote dong.....

Badboy AlimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang