Suasan pernikahan Alan dan Ayana sangat indah dan mewah. Tepat hari jum'at yang cerah ini mereka melangsungkan acara pernikahan. Para tetangga, keluarga dan kerabat kerja telah memenuhi ruangan yang telah di dekorasi secantik mungkin.
Dengan pakaian serba putih kedua manusia yang baru saja merubah status jomblonya menjadi suami istri itu tampak cantik dan ganteng dengan senyum bahagia yang tercetak jelas dibibir mereka. Lebih tepatnya Alan yang tampak tersenyum karena Ayana mengenakan cadar.
"Gimana rasanya sudah halal?" tanya Alan sambil menggenggam tangan Ayana tanpa harus takut dosa. Selama ini dia menahan betul untuk tak menggenggam erat tangan mungil dan putih itu. Namun sekarang semua kesabarannya selama ini telah terbayarkan. Sekarang dia dapat merasakan betapa lembut dan hangatnya tangan Ayana.
"Ya gitu," jawab Ayana singkat. Dia masih malu karena sewaktu selesai ijab qobul Alan malah langsung nyosor memeluk bahkan mencium kedua pipinya di depan para tamu. Memang yang tersentuh langsung dengan bibir Alan adalah kain cadarnya bukan kulit pipinya. Tapi mau bagaimanapun dia tetap malu karena setelah hal itu langsung disoraki.
"Alan gak sabar buat tidur bareng sama kamu." ujar Alan santai membuat pipi Ayana yang tertutup cadar memerah.
Pembahasan mereka terhenti karena teman mereka menaiki pelaminan. Ada Aldi dan juga Yando dan yang lainnya meramaikan dengan menggandeng pasangan masing-masing. Suasana yang ramai menjadi sangat ramai karena mereka rusuh.
"Huaaaa siAlan gak jomblo lagi!" teriak Vino sambil memeluk Alan kencang.
"Vino! Jangan peluk Alan kesayangan gue!" teriak Jeni tak terima. Wanita itu menarik-narik badan Vino membuat pelukan itu terlepas.
Ayana menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. Dia tak menyangka bahwa Jeni sang nenek lampir yang membulinya dulu malah berakhir menjadi temannya. Apalagi wanita itu masih tetap memanggil Alan dengan panggilan sayang.
"Jangan gitu, Ayana cemburu nanti woy!" ujar Aldi.
"Ini bocah dari dulu emang genit!" sentak Vino kesal. Dia berjalan ke arah Ayana dan memberi selamat. Sementar Jeni mengikuti yang Vino lakukan dan menggandoli pria itu.
"Makasih ya, Jeni." ujar Ayana. Jeni mengangguk sambil tersenyum.
Sementara Yando malah asik ngebucin dengan Aluna sembari menonton drama live yang ada di depannya. Dia bosan karena mengantri untuk memberi Alan dan mantan cinta pertamanya selamat. Karena bosan dia lebih baik bucin dengan Aluna.
"Yang satu bucin banget dari jaman dahulu," ujar Rendi menyindir Vino. Di sampingnya ada Alin yang dia genggam erat tangannya. Setahun yang lalu mereka sudah menikah dan sekarang Alin sedang mengandung anaknya. Tak ada yang menyangka sama sekali bahwa mereka berjodoh mengingat betapa cintanya dulu Alin pada Aldi.
"Suka-suka Yando!" Yando berucap tegas sambil menggenggam erat tangan Aluna yang mungil. Walaupun tangan gadis itu kecil namun sangat pas dengan tangannya yang besar.
Sementara Alin berusaha melepaskan genggaman Rendi yang semakin erat. Dia sudah tak sabar untuk memeluk Ayana namun Rendi terus menahannya. "Yang, aku mau peluk Ayana!" rengeknya kesal.
"Sabar, liat si Jeni sama Vino masih berdebat disana." Yang lainnya mengangguk setuju. Diatas pelaminan ini penuh karena mereka naik rombongan. Tak perduli dengan tamu yang lain karena mereka sudah melakukannya tadi dan sekarang sibuk mencicipi makanan yang di sediakan. Kalau mereka tadi langsung makan dulu baru menjumpai pengantinnya.
"Vino, beliin mahkota kaya yang dipakai sama, Ayana, ya?" rengek Jeni sambil menatap mahkota yang ada diatas kepala Ayana.
"kalau Ayana cantik make gituan, lah elu jadi jelek, Jen!" jawab Vino kesal.
"Suami macam apa lo!" sentak Jeni kesal. Semua yang ada disana sontak tertawa karena tingkah Jeni dan Vino yang tidak seperti suami istri. Mereka lebih seperti Tom and Jerry yang suka berantem.Memang setelah lulus kuliah Jeni dan Vino langsung menikah karena paksaan Jeni. Vino yang baik hati langsung menerima karena dia juga suka sama nenek Lampir itu.
Yando menggandeng tangan Aluna dan mendorong Vino serta Jeni untuk menyingkir. Lama-lama dia tak sabar karena perdebatan mereka tak ada habisnya. "Selamat ya buat kalian." ujar Yando dan memberi kado yang cukup besar.
"Selama kak, semoga samawa." ujar Aluna memeluk singkat Ayana.
"Makasih, Yan, memang lo mantan musuh terbaik gue!" Alan memeluk singkat pria itu.
"Iyalah, gue emang baik karena nyerah untuk Ayana dan mempermudah lo, kan?" ucap Yando tertawa.
"Gak, mau lo maju atau mundur dia memang jodoh gue." Alan berucap tegas sambil merangkul pinggang Ayana.
"Dan nih bocil jodoh gue," Yando kembali mengambil tangan Aluna untuk di genggamnya. Dia dan Aluna baru menikah sejak 3 bulan yang lalu karena Yando sudah tak tahan dengan Aluna yang menggemaskan itu.
"Udah buruan gue mau ngasi kado ini." seru Yuda. Pria itu menerobos dan memberi kado kepada Ayana serta selamat.
"Selamat ya ganteng dan cantik." ujar Jeno Alay. Ayana dan Alan kompak mengangguk.
"Ayana gak sejutek pas SMA yakan?" tanya Jeno pada Yuda yang di sampingnya. Ayana yang mendengr itu tersenyum tipis. Mungkin dulu dia masih kekanakan dan labil jadi seperti itu. Namun sekarang sikap juteknya sedikit menghilang tapi tidak dengan cerewatnya.
"Ayana, selamat! Semoga samawa!" histeris Alin sambil menangis dan memeluk erat sahabatnya itu. Jujur dia sangat merindukan Ayana karena mereka berpisah lama sejak hari kelulusan.
"Makasih, Alin. Maaf gak datang kepernikahan kamu." ucap Ayana menyesal. Alin mengangguk didalam pelukannya.
Setelah semuanya selesai memberi selamat mereka menyusun barisan untuk foto bersama. Alin dan Rendi saling menggenggam tepat di sebelah Alan. Adal Yando dan Aluna disebelah Ayana yang saling merangkul. Jeno dan Yuda juga menggenggam istri mereka dengan mesra. Yando dan temannya memang menikah dengan adik kelas. Hanya Vino yang menikahi seangkatannya. Dan sekarang pasangan yang suka ribut itu saling melemparkan tatapan permusuhan.
Sang fotografer menghitung kemudian memotret mereka.
"Lagi, Bang!" seru Aldi kencang. Abang itu mengangguk kemudian menghitung dengan jari tangannya. Setelah lampu menyala Alan langsung mengarahkan wajah Ayana untuk menatapnya dan mencium bibir yang tertutup cadar itu. Semua yang ada disana langsung bersorak heboh. Bahkan yang ada diatas pelaminan sudah rapi dengan gaya masing-masing untuk siap difoto langsung melirik ke Alan dan Ayana.
"Baper!"
"Jomblo jangan sirik!"
"Untung kita semua udah nikah!"
Ayana terdiam karena malu. Lain pula dengan Alan yang tampak biasa saja namun jantungnya deg-degan karena gugup. Dia sangat refleks melakukan hal itu.
"Sorry, gak lagi deh. Gak tau kalau nanti." bisik Alan.
"Kamu ngeselin!" Ayana berucap kesal dengan wajah cemberut. Beruntung dia memakai cadar dan tak ada yang melihatnya.
"Mau cemberut sekalipun kamu tetap cantik, Ayana." kata Alan sambil mengedipkan sebelah matanya.
"ACIEEEEE, MENTANG-MENTANG UDAH HALAL!" Sorak mereka bersamaan. Alan lupa kalau teman-temannya masih stay didekat dia dan Ayana.
Jadi pengen nikah:( gak deh sik kecil.
Gimana suka gak?
Votenya jangan lupa!
Kalian tim siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Alim
Ficção Adolescente"Boleh dipanggil sayang aja gak?" Ini kisah Alan yang terkenal dengan gelar badboy alim. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia merasakan jatuh cinta dan pacaran. Setelah dia berjumpa dengan gadis dengan hijab panjang hatinya berdebar karena merasa...