Aldi berjalan pelan menyusuri hamparan rumput menuju danau. Hari ini ia merindukan Masha dan ingin bertemu gadis itu. Sejak 5 tahun mereka berpisah baru minggu kemarin ia kembali bertemu dengan Masha di rumah pohon. Selama ini Aldi tak mengetahui asal usul gadis itu. Bahkan letak rumah dan nomor ponselnya saja Aldi tak punya.
Matanya menyusuri setiap sudut yang ada di tempat ini. Tanda-tanda kehadiran manusia tak terlihat. Kosong dan sunyi yang menemani Aldi sekarang ini. Dulu Aldi menemukan Masha tengah menangis tepat di tepi danau. Sekarang Masha tak ada disana. Aldi berjalan menuju rumah pohon siapa tau dia menemukan gadisnya di sana.
Cuaca akhir-akhir ini sangat panas membuat dia gerah. Aldi membuka kemeja yang dia pakai dan mengikatnya tepat di pinggang. Langkahnya kembali menyusuri tempat itu.
Suara isak tangis terdengar sayup-sayup masuk ke dalam telinganya. Aldi melirik untuk melihat sekitar. Tak ada orang sama sekali namun ada suaranya. Namun Aldi mengenali suara tangisan itu. Suara itu persis suara tangisan Masha yang ia dengar 5 tahun yang lalu.
Mata Aldi membola karena melihat gadis itu tengah menangis di atas rumah pohon dan duduk dengan kaki yang menjuntai ke bawah. Aldi khawatir kalau gadis itu terjatuh ke bawah dan pada akhirnya terluka.
"Kamu ngapain di atas sana, Sayang!" teriaknya dengan suara lantang. Pada perjumpaan mereka seminggu yang lalu Aldi mengubah kata lo-gue menjadi aku-kamu. Bahkan Aldi tak ragu memanggil Masha 'sayang'.
Masha menghentikan tangisannya karena menemukan Aldi ada di bawah dan memperhatikannya dengan raut wajah khawatari.
Aldi yang gemas dan cemas langsung menaiki tangga dan duduk di sebelah Masha. "Jangan gitu, kalau jatuh gimana?"
Masha tersenyum kemudian menggeleng. Tangan mungil itu mengusap matanya yang berair.
"Kenapa nangis lagi, hmm?" Aldi bertanya sambil memandangi wajah imut itu dari samping. 5 tahun tak bertemu membuat Masha banyak berubah. Rambut coklatnya semakin panjang dan indah. Wajah cantiknya dan juga pipi gembulnya membuat gadis itu semakin menggemaskan. Dan yang tak berubah dari Masha adalah cengeng dan badan yang masih tetap pendek seperti dulu.
Masha memilik rok yang ia kenakaan dengan wajah tertunduk. Air matanya kembali luruh ke bawah membuat Aldi tak tega dan ingin mendekap gadis itu. Sebisa mungkin Aldi menahan sampai mereka halal nanti.
"Aku kangen sama Ayah dan Ibu." Masha menggigit bibirnya menahan tangis. Dia sudah mengikhlaskan kepergian orang tuanya. Namun perasaan rindu itu selalu ada membuat dia sering menangis karena tak tahan dengan sesak yang ada di dada.
"Aku gak suka kamu nangis. Tapi untuk kali ini kamu boleh nangis sepuasnya." ujar Aldi dan mengarahkan kepala gadis itu agar bersandar di pundaknya.
Tangisan Masha langsung pecah karena dia sudah tak tahan ingin mengeluarkannya. Rasa sesak di hatinya membuat kesedihan itu membara. Sejak 7 tahun orang tuanya pergi membuat dunianya seakan hancur karena kesedihan.
Aldi mengelus surai coklat itu dengan lembut dan berusaha untuk menenangkan gadis itu. Dia tau apa yang Masha rasakan karena dia juga sudah merasakannya. Sedih? Sudah pasti. Namanya anak akan sangat sedih dan sakit jika ditinggal oleh orang tuanya. Namun mau apa di kata jika takdir sudah berkehendak?
Masha mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya kasar. Dia tak mau menangis lagi. Sudah cukup hari ini dia banyak mengeluarkan air mata.
"Sudah lega?" tanya Aldi sembari merapikan rambut gadis itu.
Masha mengangguk dan tersenyum.
"Mau menikah denganku?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Alim
Teen Fiction"Boleh dipanggil sayang aja gak?" Ini kisah Alan yang terkenal dengan gelar badboy alim. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia merasakan jatuh cinta dan pacaran. Setelah dia berjumpa dengan gadis dengan hijab panjang hatinya berdebar karena merasa...