Bel pertanda istirahat berbunyi, Alan bangun dari tidurnya dan berjalan santai menuju musholah dengan topi dan jaket hitamnya yang masih ia pakai. Dari awal bel masuk, Alan tidur dengan nyenyak bermodal tangan sebagai bantalan.
Alan memasukkan kedua tangannya di kantong celana. Dengan wajah yang sok cool, Alan menyusuri lorong dengan berjalan santai menuju tempat tujuannya. Banyak pasang mata yang melihatnya sesekali menyapa ataupun menggodanya, dan dengam ramah Alan membalas dengan lirikan mata saja.
Setelah sampai disana, Alan langsung berwudhu dan memulai sholat sunnah nya. Setelah selesai sholat ia sempatkan untuk mengaji melalui aplikasi yang ada di ponselnya. Musholah pagi ini terbilang sangat sepi, hujan yang masih turun membuat orang malas untuk sekedar keluar dari kelas.
"Sikupret Aldi kemana, ya?" Alan bertanya pada dirinya sendiri sembari memakai sepatu.
"Uda selesai?" Ayana duduk disamping Alan dengan sedikit jarak dan memakai sepatunya.
Alan kaget karena suara merdu Ayana yang sangat ia hafal tengah menyapanya. "Eh, Ayana. Uda kok, kamu?" Alan merutuki kebodohannya karena bertanya yang tak masuk diakal, sudah tau Ayana memakai sepatu, ya yang artinya juga sudah selesai.
"Uda, Lan" jawab Aya terkekeh. Ayana berjalan meninggalkan Alan yang masih terpaku mendengar kekehan Ayana yang sangat indah saat masuk ke dalam telinganya.
Alan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis menatap sepatunya. "Apapun yang dia buat pasti buat gue terpesona"
"Ayana gak ke kantin?" tanya Alan.
"Loh" Alan tersadar karena ia tengah berbicara sendiri saat tak menemukan Ayana disampingnya.
"Buset! Malu-maluin" Alan langsung berlari menuju rooftop.
****
Setelah sampai di rooftop Alan menatap pemandangan indah yang ia lihat dari atas. Suasana sejuk dan dingin membuatnya tenang sekaligus damai. Rintik-rintik hujan tak membuat Alan beranjak dari sana. Dengan bermodalkan topi dan jaket, menurutnya sudah cukup.
"Gue nanti kalau uda besar mau jadi apa ya?" celetuk Alan bertanya.
Terkadang ia mikir, umurnya sudah mau 18 tahun, dan sebentar lagi ia tamat SMA. Cita-citanya sampai sekarang belum jelas, jangankan memikirkan cita-cita, di kelas saja ia selalu tidur. Mengharapkan warisan dari sang ayah terkadang membuat Alan sedikit tenang, namun dia tak ingin seperti itu, ia ingin dapat menghasilkan uang dari kerja kerasnya sendiri.
"Tamat SMA gue harus kuliah dan kerja, terus buat usaha aja, iya bener itu!"
Aldi baru saja sampai di rooftop dengan pop mie yang ada di tangannya. Dahinya mengerut saat melihat Alan dipembatas rooftop sambil berbicara sendiri.
"Woii! Ngomong sama siapa, lo?"
Alan kaget mendengar teriakan itu, ia menoleh lalu berdecak sebal saat menemuman wajah Aldi berada disatu tempat dengannya.
"Ngapain?" tanya Alan.
"Nyari kamu" jawab Aldi jahil.
"Makan duduk" tegur Alan saat melihat Aldi menyeruput mie nya dengan posisi berdiri.
"Sofanya basah"
"Yauda ayo kekelas" Alan berjalan menuju kelas mendahului Aldi.
"Tunggu, Lan" teriak Aldi sambil berlari.
"Lo jangan lari nanti jat--" belum selesai Alan melanjutkan ucapannya, bunyi orang jatuh terdengar begitu indah ditelinganya.
"Huaaaa bunda Alikaaaaa" rengek Aldi dengan posisi tersungkur. Ntah kenapa saat ia jatuh yang ia panggil bundanya Alan, mungkin karena setiap harinya ia selalu bertemu dan berbicara dengan Alika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Alim
Fiksi Remaja"Boleh dipanggil sayang aja gak?" Ini kisah Alan yang terkenal dengan gelar badboy alim. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia merasakan jatuh cinta dan pacaran. Setelah dia berjumpa dengan gadis dengan hijab panjang hatinya berdebar karena merasa...